Senin, 29 April 2013

Memilih Jenis Lampu Kilat

 
Built-in flash (Ist.)
Jakarta - Lampu kilat bukan hanya yang terpasang di kamera, tapi masih ada beberapa jenis lain yang populer untuk fotografi. Di sini, saya akan membahas beberapa di antaranya.

Yang pertama adalah lampu kilat built-in (yang terpasang di kamera), lampu kilat eksternal/speedlite dan monobloc/powerpack atau yang sering disebut juga lampu studio.

Lampu Kilat yang Terpasang di Kamera

Kesemuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Lampu kilat terpasang di kamera adalah yang paling praktis dan gratis, karena hampir semua kamera digital memilikinya. Untuk sekedar mengisi cahaya di daerah bayangan dari jarak dekat, lampu kilat ini cukup handal.

Namun, lampu kilat terpasang di kamera memiliki banyak keterbatasan, antara lain kekuatan dan jangkauannya pendek, menghabiskan daya baterai kamera lebih cepat, melambatkan kinerja kamera saat memotret berturut dan tidak bisa diarahkan. Karena itulah, sulit memperoleh hasil yang kreatif dan menarik dengan mengandalkan lampu kilat yang terpasang di kamera digital.

Lampu Kilat Eskternal

Untuk mengatasi berbagai keterbatasan lampu kilat built-in, lampu kilat eksternal atau yang sering disebut flash atau speedlite dibuat. Lampu kilat ini menarik daya dari baterai, jadi tidak menguras daya baterai kamera, kekuatannya lebih tinggi, bisa diarahkan ke atas, ke samping, dan beberapa model bisa ke belakang.


(Speedlite)

Kelebihan lain yang penting adalah bisa dilepaskan. Dengan dipisahkan dari kamera, fotografer lebih bebas mengarahkan cahaya ke subjek. Aksesoris pembentuk cahaya (light modifiers) seperti softbox, payung, juga bisa digunakan untuk membuat sifat cahaya yang berbeda-beda.

Salah satu kelemahan utama dari lampu kilat / speedlite adalah kekuatannya yang relatif terbatas dan kinerjanya yang lebih pelan karena membutuhkan waktu daur (recycling time) beberapa detik setiap pemotretan.

Kekuatan lampu flash yang relatif terbatas sebenarnya sudah bisa diakali dengan meningkatkan nilai ISO. Di masa sekarang, ISO 800 masih memberikan hasil yang lumayan bagus. Karena berukuran kecil, speedlite mudah dibawa-bawa, sehingga populer untuk yang sering motret di lokasi outdoor. Tapi bagi kaum perfeksionis, speedlite tidak begitu memuaskan.

Lampu Studio

Ada juga lampu kilat yang bertenaga lebih besar, yang sering disebut lampu studio, karena lampu-lampu jenis ini memang ukurannya besar dan biasanya ditempatkan di dalam ruang studio.

Lampu jenis ini terbagi dua, monobloc dan powerpack. Lampu monobloc bisa dipakai secara individu dan mendapatkan tenaga langsung dari stopkontak. Sedangkan yang powerpack, biasanya berukuran lebih kecil, dan mendapatkan daya dari baterai powerpack yang berbentuk seperti baterai aki.


(Monoblock)


Kekuatan, setting kepala lampu kilat akan diatur dari powerpacknya. Fotografer kelas atas yang membutuhkan kekuatan tinggi, berkecepatan tinggi untuk foto berturut-turut, seperti pemotretan fashion misalnya, akan cenderung memilih mengunakan sistem powerpack.


(Powerpack kit)

Selain itu, ada beberapa keunggulan lain, yaitu adanya lampu modeling, sehingga kita bisa dapat melihat simulasi jatuhnya cahaya dan bayangan. Ukuran dan kekuatan yang besar memungkinkan pemasangan light modifier berukuran sangat besar seperti softbox 80x100cm atau oktabox berdiameter 120cm. Tapi, yang kurang menyenangkan adalah harga sistem lampu studio relatif mahal dan merepotkan untuk dibawa kemana-mana.

Jadi, semua jenis lampu kilat punya kelebihan dan kekurangannya. Penting bagi kita untuk mengenal memanfaatkan kelebihan masing-masing sesuai dengan jenis fotografi yang dilakukan.

Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com


(sha/ash)


http://inet.detik.com/read/2013/03/01/102915/2183019/1279/memilih-jenis-lampu-kilat

5 Cara Kreatif Memotret dengan Bermain Foreground

 
(Ari Saputra/detikINET)
Jakarta - Saat jalan-jalan, pasti sering berfoto dengan mencari-cari latar belakang (background) yang unik dan ikonik. Biasanya berupa gedung ataupun bangunan khas di kota itu. Tujuannya bisa bermacam-macam.

Namun secara fotografi, background tersebut dapat berfungsi sebagai penguat cerita bahkan salah satu unsur utama dalam sebuah foto. Misalkan saat pergi ke Singapura dan berfoto di depan patung singa Merlion, maka aktor utamanya tidak lain Anda dan patung singa.

Nah, selain background terdapat pula cara kreatif lain yang dapat memperkuat foto atau mempercantik foto jalan-jalan yakni foreground atau latar depan.

Hanya saja teknik ini memang kurang begitu populer karena memang tidak semua foto perlu diberi foreground. Selain itu, kesulitan lain yakni pada tingkat eksekusi. Sebab tidak semua yang ditemui enak dijadikan foreground.

Pun demikian, foreground dapat menjadi solusi kreatif saat ide memotret sedang buntu. Alhasil, dengan menempatkan foreground dengan tepat, foto menjadi lebih dinamis dan atraktif.

Tidak heran, foreground sudah menjadi hal yang jamak dilakukan dalam foto-foto traveling, jurnalis, portrait, hingga komersial dan pernikahan. Untuk mendapatkan foreground yang menarik dan unik ada beberapa langkah yang patut diperhatikan:

1. Biasanya membuat latar depan dilakukan karena alasan estetika. Artinya subjek utama akan terasa 'hambar' karena tidak ada background pendukung yang kuat. Atau di sekeliling subjek tidak ada hal-hal yang unik untuk dimainkan secara fotografi. Dengan membuat foreground, komposisi foto 'semakin padat' dan dinamis.

Karena itu, bila menemui subjek yang terasa 'datar' bila difoto, cobalah mencari sesuatu yang bisa dijadikan foreground supaya foto makin atraktif.



2. Tidak hanya soal estetika, foreground biasa dilakukan untuk memperkuat subjek utama. Misalkan subjek utama sedang menelpon, maka dapat memasukan orang lain yang sedang bermain gadget supaya ceritanya makin kuat.



3. Saat berada di lokasi pemotretan, segera lakukan pengamatan adakah hal-hal yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi foreground misalkan patung, bunga, atau gelas. Bahkan kalau mungkin, kerumunan orang menjadi foreground yang menarik untuk dimanfaatkan.

4. Setelah menentukan subjek utama dan foreground pendukung, foreground dapat dibuat dengan teknik bokeh atau tetap fokus. Pilihan ini tergantung kebutuhan cerita yang akan disampaikan.

Kalau hanya alasan estetika, foreground dapat di-bokehkan. Sementara bila foreground turut memperkuat cerita, tentu tidak perlu menggunakan bokeh yang keterlaluan. Nah, fotografer-lah sang penentu cerita bukan alat atau kamera.



5. Foreground dilakukan di komputer seperti memberi efek lampu bokeh dalam foto model untuk memberi kesan glamour. Hanya saja ini jarang dilakukan karena membutuhkan kemampuan teknik olah digital selain kemampuan fotografi.



(Ari/ash)


http://inet.detik.com/read/2013/02/28/123915/2182097/1279/5-cara-kreatif-memotret-dengan-bermain-foreground

Sabtu, 27 April 2013

3 Kunci Komposisi Fotografi

 
( Foto bernuansa abstrak seperti tekstur pantulan di air ini memang tidak membutuhkan subjek, tapi tetap perlu ditata supaya rapi dan terlihat menarik. Saya mengatur batang pohon dalam posisi diagonal supaya terlihat lebih dinamis)
 
Jakarta - Bagi saya, teknik itu nomor satu dalam fotografi. Tanpa menguasai teknik fotografi, sukar membuat hasil karya yang baik sesuai keinginan hati. Tapi teknik saja tidak cukup. Menguasai teknik tapi komposisi fotonya kurang bagus, fotonya menjadi tidak menarik dan tidak jelas.

Tapi sebelum memberikan tips tentang komposisi, kita juga harus tau apa itu komposisi. Menurut kamus, komposisi adalah aksi menggabungkan elemen-elemen menjadi satu. Di dalam konteks fotografi berarti aksi menggabungkan elemen-elemen visual menjadi satu foto. Contoh elemen visual adalah garis, warna, bentuk, dan sebagainya.

Ada tiga hal utama yang harus kita perhatikan sebelum membuat komposisi yang bagus:

1. Mana Jagoanmu?

Banyak sekali foto yang saya lihat tidak memiliki jagoan (alias: point of interest, titik fokal, subjek foto). Tanpa jagoan, orang yang melihat sebuah foto menjadi bingung, apa sebenarnya maksud dari fotografer tersebut. Memang, tidak semua foto perlu subjek, contohnya foto abstrak. Tapi sebagian besar foto membutuhkan subjek.

Di suatu lokasi, yang paling penting yang perlu diperhatikan dahulu adalah subjek foto. Apakah itu matahari terbenam, seorang wanita cantik, kakek-kakek, perahu tua, atau satwa. Subjek foto harus jelas dalam foto.

Salah satu cara supaya jelas adalah dengan membuat ukuran subjek lebih besar atau menonjol dibandingkan dengan orang atau benda yang lain. Jangan sampai orang-orang harus bersusah payah menemukan apa yang Anda maksudkan.

(Untuk foto portrait, subjek yang difoto harus jelas, dan jika memungkinkan, pilihlah latar belakang yang simpel sehingga subjek lebih menonjol. Talent: Wullan)


Lalu, kalau ingin fotonya lebih bercerita dan lengkap, lengkapi komposisinya dengan subjek - predikat - objek/keterangan. Misalnya, seorang penambang belerang di kawah Ijen sedang beristirahat sambil merokok dengan latar belakang pegunungan.

2. Background dan foreground

Latar belakang merupakan hal yang penting, tapi sering diabaikan. Di beberapa foto tertentu, latar belakang justru yang duluan diperhatikan daripada subjeknya. Contohnya, di foto portrait atau pre-wedding, fotografer akan mensurvey lokasi untuk mencari background foto yang indah atau menarik.

Usahakan background tidak terlalu ramai dan menyolok sehingga mencuri perhatian penikmat foto. Juga lebih cermat dalam memperhatikan latar belakang.

Contohnya, kabel atau tiang listrik, pohon, atau benda-benda/orang di latar belakang yang tidak seharusnya masuk ke foto seharusnya dihindari. Jika sulit mencari latar belakang yang menarik, salah satu cara adalah membuatnya menjadi blur dengan setting bukaan besar.

Foreground (sesuatu di depan subjek) bisa memberikan kesan dimensi ke foto yang berbentuk dua dimensi. Foreground bisa menguatkan foto tapi juga mengacaukan komposisi foto jika tidak dipilih dan ditempatkan dengan baik.


(Memanfaatkan foreground yaitu batu karang, membantu memberikan kesan tiga dimensi. Foto oleh Erwin Mulyadi)

Contoh foreground yang sering digunakan misalnya dedaunan, bingkai seperti pintu, jendela. Contoh foreground yang bisa mengganggu komposisi adalah jeruji atau pagar saat memotret di kebun binatang.

3. Memilih perspektif dan lensa

Yang terakhir tapi yang cukup penting adalah memilih sudut pandang. Dengan lensa lebar dan posisi dekat dengan subjek, kita dapat membuat kesan tiga dimensi yang dramatis.

Subjek yang dekat akan terlihat besar dan menonjol, latar belakang akan terlihat kecil dan jauh. Sedangkan dengan lensa telefoto dan berada di posisi agak jauh dari subjek, latar belakang bisa didekatkan dan dikompresi menjadi bentuk yang lebih dua dimensi. Komposisi dengan lensa telefoto ini efektif saat motret gugus pegunungan di kejauhan.

Memilih posisi memotret dan lensa yang digunakan akan membuat perspektif yang berbeda. Imajinasikan dan tentukan dulu hasil foto yang ingin didapat, baru memilih lensa dan posisi yang tepat.

Dengan kata lain, jangan diam di tempat saja saat tiba di lokasi, carilah sudut pandang dan juga gunakan lensa dengan jarak fokus yang bervariasi.

Selamat mencoba!



Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com


(sha/fyk)

http://inet.detik.com/read/2013/02/21/125430/2175974/1279/3-kunci-komposisi-fotografi

Mengenal Mode P (Program) yang Lebih Bagus dari Full Auto

 
(Ilustrasi kenop mode kamera Digital SLR/Enche Tjin)
 
Jakarta - Sebelum memotret dengan kamera digital, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah mode kamera. Kenop mode kamera biasanya berbentuk bundar dan terletak di bagian atas kamera.

Pemilihan mode yang tepat penting karena mode kamera menentukan siapa yang berhak mengatur kendali terang-gelap (exposure), dan juga pengaturan penting lainnya untuk membuat efek kreatif.

Sebagian besar pemula biasanya mengunakan mode otomatis atau FULL AUTO. Tapi banyak juga yang kecewa dengan mode Full Auto. Misalnya saat di dalam ruangan, lampu kilat akan nongol dengan sendirinya padahal kadang kita tidak menginginkannya. Di mode Full Auto, banyak pengaturan yang terkunci dalam arti tidak bisa diganti.

Sebagai alternatif, ada mode P. Mode P (Program) ini adalah mode yang mirip-mirip Auto, karena pengaturan bukaan lensa dan shutter speed yang sangat mempengaruhi terang gelap foto dibantu oleh kamera. Tapi mode P menawarkan fleksibilitas tambahan untuk bisa berkreasi secara lebih kreatif.

Lampu kilat internal kamera tidak lagi otomatis menyala jika tidak dikehendaki, dan beberapa pengaturan juga bebas dipilih yaitu ISO, White Balance, dan beberapa pengaturan kreatif lainnya.

Jika Anda mengaktifkan lampu kilat, Anda bisa secara manual menekan tombol lampu kilat yang biasanya terdapat di bagian kiri badan kamera.

Di mode P, Anda juga bisa mengendalikan ISO. ISO adalah sensitivitas sensor terhadap cahaya. Anda bisa menentukan ISO secara spesifik sesuai dengan kondisi cahaya yang ada, misalnya ISO 100 untuk foto di luar ruangan yang cerah, atau ISO 800/1600 untuk motret di dalam ruangan.

Anda juga bisa memilih Auto ISO, sehingga kamera akan menentukan nilai ISO untuk Anda.

Fungsi white balance juga bisa diubah di mode P. White balance akan menentukan bias warna di foto akhir. Biasanya, AWB (Auto White Balance) akan memberikan hasil yang netral. Jika warna yang di hasil foto tidak memuaskan, Anda bisa mengubah White Balance ke warna yang lebih akurat atau sesuai kehendak.


(Salah satu tampilan layar LCD kamera. Di mode Full Auto, banyak pengaturan yang terkunci. Di mode P, beberapa pengaturan terbuka untuk diganti)


Mungkin yang paling menarik dari mode Program bagi sebagian besar fotografer adalah kemampuan mengubah pengaturan kompensasi eksposur yang simbolnya plus-minus.

Kompensasi exposure memungkinkan kita untuk mengatur seberapa terang dan gelap hasil akhir foto. Dengan menyeting nilai -1, maka hasil foto akan sedikit lebih gelap, dan nilai +1 berarti hasil foto akan lebih terang daripada yang diinginkan.

Fungsi ini penting untuk berbagai kondisi pemotretan, misalnya saat motret matahari terbenam, biasanya pengaturan -1 akan memberikan hasil foto sunset yang lebih dramatis. Jangan lupa untuk mengembalikan pengaturan kompensasi ke titik nol setelah digunakan.

Dengan fleksibilitasnya, mode P lebih menarik daripada mode FULL AUTO. Anda tidak perlu takut kehilangan momen karena mengatur setting terang gelap (exposure) kamera, tapi Anda tetap leluasa dalam mengendalikan pengaturan kamera seperti lampu kilat, ISO, white balance, dan kompensasi eksposur sesuai keinginan.


Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com

(sha/ash)
http://inet.detik.com/read/2013/02/20/115816/2174901/1279/mengenal-mode-p--program--yang-lebih-bagus-dari-full-auto

Memotret Peristiwa Mendadak di Depan Mata, Ini Tipsnya

 
Kecelakaan mobil dipotret dengan kamera Galaxy Note (ari/detikINET)
Jakarta - Kerap melihat foto-foto kecelakaan mobil atau kebakaran yang menyayat perasaan? Siapapun dapat memotretnya bila sedang berada di depan peristiwa tersebut dengan kamera ponsel sekalipun.

Bagaimana bila jarang menemui peristiwa tragis itu? Alih-alih memotret, yang ada justru gugup, bingung dan gambar yang dihasilkan goyang di sana-sini.

Untuk menghindari peristiwa dramatis di depan mata terlewatkan begitu saja, berikut tipsnya:

1. Saat menemui suatu kecelakaan mobil atau kebakaran serta musibah yang lain, pastikan moral Anda sudah bisa memilih: memberi pertolongan terlebih dahulu ataukah memotret.

Kalau Anda sendirian dan menjadi yang pertama dalam kejadian itu, biasanya akan terjadi perdebatan batin, apakah menolong ataukah memotret. Namun bila sudah ada orang lain yang dapat menolong, memotret tidak menjadi beban.

2. Jangan pernah gugup atau terburu-buru. Sebagai contoh, sebuah kecelakaan mobil akan berlangsung setidaknya 10 menit hingga datang pertolongan.

Waktu tersebut sangat lama untuk menyiapkan kamera dan mencari agle yang baik. Apalagi bila menjumpai musibah kebakaran rumah, kira-kira akan berlangsung minimal 30 menit, meski hanya satu rumah.

Jadi tidak ada alasan untuk ikut panik dan grasa-grusu saat memotret. Tetaplah tenang dan konsentrasi pada gambar yang akan dihasilkan.

3. Hindari faktor emosi saat memotret peristiwa dramatis di depan mata yang dapat mengganggu hasil gambar. Kalau Anda termasuk orang yang tidak berani melihat darah berceceran, akan sulit merekam kecelakaan mobil yang tragis secara detail. Solusinya, cukup potret suasana secara keseluruhan.

4. Bila korban keberatan dipotret, mungkin karena malu atas kejadian tersebut, jangan dipaksakan. Solusinya, gunakan pendekatan kekeluargaan supaya dapat mengambil gambarnya secara natural.

Anda dapat bilang bahwa foto tersebut sebagai pembelajaran supaya orang lain tidak mengalami hal serupa.

5. Pastikan memotret overview dan suasana secara umum terlebih dahulu. Gambar overview sederhananya mencakup 'S+P+O+K', yakni Subjek + Predikat + Objek + Keterangan seperti dalam struktur kalimat bahasa tulis.

Misalkan memotret kecelakaan mobil di jalan tol, maka gambar visual yang mampu mewakili secara umum yakni 'Mobil Menabrak Pembatas Jalan di Tol Kebon Jeruk'. Usahakan ke empat unsur tersebut ada dalam foto yang dihasilkan.

6. Setelah mendapat overview secara baik, Anda dapat memotret lebih detail lagi seperti memotret tingkat kerusakan kendaraan akibat kecelakaan. Tidak hanya kerusakan di mobil namun juga ke benda yang ditabrak.

7. Bila Anda masih mempunyai waktu yang cukup, kamera dapat diarahkan untuk merekam drama dalam peristiwa tersebut. Misalkan memotret kesedihan korban, perasaan cemas atau panik, sikap khawatir, putus asa, dan penyesalan.

8. Bila sudah ada petugas yang berwenang dan meminta Anda mengosongkan lokasi kejadian, tidak perlu melawan. Bagaimanapun, para petugas profesional mempunyai wewenang supaya kejadian lebih cepat teratasi dengan maksimal.

Anda bisa berdiri di luar batas yang diizinkan sambil mengamati cara kerja petugas mengevakuasi dan melakukan olah TKP. Bahkan, adegan evakuasi dan olah TKP juga menarik diabadikan.

9. Bila Anda sedang membawa kamera yang menyajikan menu Manual, guna menghindari rasa gugup, tidak usah malu-malu untuk memilih program Auto. Apalagi bila peristiwa terjadi pada kondisi gelap sementara waktu untuk menyeting Manual sangat mepet, Auto menjadi alternatif solusi yang jitu.

Sebab pada saat itu, bukan kemampuan teknis yang dipertaruhkan melainkan bagaimana gambar yang dihasilkan dapat bercerita dan mewakili peristiwa secara keseluruhan.

Dan yang terpenting, fotografer tetap dituntut cepat mengabadikan peristiwa mendadak dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Keterangan foto:



Overview kebakaran yang sudah mewakili peristiwa keseluruhan: kebakaran + pemadaman + kerumunan warga + lokasi di pinggir rel.



Detil dan drama diwakili oleh darah yang menetes dari hidung korban.

(arm/ash)
http://inet.detik.com/read/2013/03/13/101353/2192466/1279/memotret-peristiwa-mendadak-di-depan-mata-ini-tipsnya

Kamis, 25 April 2013

Sehat Mana, Mata Kanan Atau Kiri untuk Mengintip Viewfinder?

 
Ilustrasi (Info Fotografi)

Jakarta - Sudah berapa lama anda menjadi 'bajak laut'? Dalam arti menutup mata kiri dan melihat viewfinder menggunakan mata kanan seperti ilustrasi di atas.

Ada banyak sekali yang bertanya di forum dan perdebatan tentang mata mana yang lebih baik digunakan untuk melihat di viewfinder, dan ada beberapa yang mengaitkannya dengan kesehatan mata. Mari kita bahas secara perlahan.


1. Melihat viewfinder mata kanan dan menutup/membuka mata kiri

Seperti ilustasi foto di atas, banyak juga fotografer menggunakan teknik mata kanan melihat viewfinder, baik yang professional ataupun amatir. Ada beberapa pertimbangan menggunakan teknik ini :


  • Saya pribadi merasa pegal setiap kali harus menarik otot untuk melakukan teknik ini, ok-lah untuk beberapa shot tidak masalah, tapi kalo sudah photo session lebih dari 2 jam, saya rasa butuh tukang pijit mata khusus hahaha. Saya sulit untuk tetap membuka mata kiri, butuh waktu 4-8 detik untuk bisa memfokuskan mata kanan saya di viewfinder, saya mencoba dan berlatih, tapi tetap belum bisa untuk membuka kedua mata
  • Fotografer wildlife dan sport biasanya menggunakan teknik ini tapi dengan 2 mata terbuka, kenapa? Karena mereka menggunakan mata kiri mereka yang terbuka untuk melihat situasi sekitar, tidak mau kehilangan moment ketika moment tiba mata kanan di viewfinder dikonsentrasikan dengan cepat untuk focus. Butuh jam terbang tinggi untuk melakukan ini.
  • Kekuatan tangan sedikit berkurang untuk menyangga kamera pada speed rendah jika menggunakan teknik ini, really? Bagaimana Anda mengukurnya? Perhatikan ilustrasi foto di bawah:
Kiri: Teknik mata kiri yang akan dibahas selanjutnya. Kanan: teknik mata kanan yang sedang dibahas

Jika anda perhatikan 2 posisi tangan teknik di atas sangat berbeda bukan? Jika menggunakan teknik mata kanan (yang sedang dibahas) terlihat kita harus mencondongkan bahu kiri untuk menopang kamera, segitiga tangan tidak pada centernya.

Sedangkan pada teknik mata kiri (dibahas selanjutnya) terlihat segitiga tangan sempurna di center, memberi kekuatan yang lebih baik untuk menopang.

Prinsip fisika ini juga diterapkan di bela diri, center adalah kekuatan, seperti contoh beladiri Aikido, menempatkan center pada pinggang untuk membalikkan kekuatan musuh yang besar. Begitu juga di fotografi.

2. Melihat mata kiri dan menutup/membuka mata kanan


Foto di atas menunjukkan teknik ini. Kedua mata tetap bisa dibuka, memberikan kenyamanan otot disekitar wajah. Teknik ini saya gunakan dan mungkin pandangan saya subjektif dan memilih teknik ini, kita akan lihat kesimpulan umum di akhir artikel ini. Mari kita bahas teknik foto mata kiri ini:

  • Jarak mata dan viewfinder menggunakan teknik ini tidak perlu terlalu dekat, batasannya adalah hidung dan kita masih bisa melihat lebih baik. Kalaupun anda berkacamata, teknik ini nyaman tanpa harus membenturkan kacamata kita.
  • Baik portrait ataupun landscape view, teknik ini tetap memberikan kenyamanan.
  • Soal kekuatan tangan seperti dibahas di teknik yang satunya, center segitiga tangan memberikan lebih. Please jangan komen soal tripod di ilustrasi foto.

Silakan dipertimbangkan kedua teknik di atas, yang manakah yang anda gunakan dan cocok. Mungkin terlalu berat sebelah jika menggunakan pengalaman saya, tetapi ini beberapa kesimpulan umum:

  1. Gunakan mata terbaik anda, dalam arti yang bisa focus lebih cepat dan anda nyaman. Kesehatan mata minus plus juga sangat berpengaruh.
  2. Tidak ada pengaruh ke hasil foto secara signifikan jika anda harus memilih dua teknik ini, intinya kan tetap satu, focus.
  3. Kedua teknik bisa digunakan pada model kamera yang berbeda. Ada beberapa tombol kamera yang terhalang hidung anda Jika menggunakan teknik mata kiri melihat viewfinder. Jadi pada dasarnya model kamera juga bisa mempengaruhi pilihan anda.
  4. Ada fotografer yang memilih menggunakan kedua teknik ini, loh kok bisa? Pada saat kapan? Pada saat portrait dan landscape, beberapa fotografer lebih nyaman menggunakan teknik mata kiri untuk portrait dan menggunakan teknik mata kanan untuk landscape (seperti foto sports dan wildlife).

Semoga sharing ini bermanfaat. Pilihan anda mau menjadi bajak laut atau tidak. Salam jepret.

Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com
(jsn/ash)

http://inet.detik.com/read/2013/02/28/145823/2182269/1279/sehat-mana-mata-kanan-atau-kiri-untuk-mengintip-viewfinder

Tips Memotret Hewan: Wildlife Photography

 
 Ilustrasi (Info Fotografi)

Jakarta - Pada dasarnya saya menyukai segala jenis fotografi. Mulai dari macro sampai landscape, dari street photography hingga strobist.

Lalu ketika ditanya, kenapa saya menyukai foto hewan? Jawab saya “Gampang. Gak perlu mendirect pose, nggak terlalu tergantung dengan cuaca. Cukup bermodal lensa tele yang notabene bisa sewa, pergi ke kebun binatang setempat, jepret-jepret, dan jadi deh!”

Semudah itu? Ternyata tidak! Ketika saya tunjukkan hasil foto saya ke seorang fotografer senior, dia berkomentar bahwa foto-foto saya hanya snapshot jalan-jalan ke kebun binatang saja. Kaget? Tersinggung? Tentu saja. Semua aspek-aspek fotografi sudah terpenuhi. Exposure, komposisi, warna, lalu apalagi?

Kritikan seorang teman tadi jadi bahan cambukan untuk saya. Saya jadi rajin membuka-buka buku fotografi di perpustakaan, Google sana, Google sini, sampai akhirnya saya temukan kekurangan-kekurangan saya.

1. Bukan hanya sekedar close-up

Memotret hewan memang umumnya diperlukan lensa tele (tele lens), terutama jika anda berada di alam liar. Begitu pula dengan di kebun binatang. Karena jika tidak, point of interest dan detail dari hewan tersebut tentunya tidak akan terlihat jelas.

Kecuali jika Anda memang niat untuk mengkomposisikan dengan alam naturalnya. Tebing, pohon, matahari tenggelam, bisa menjadi elemen yang menarik disamping hanya sekedar foto hewan ditengah-tengah frame.

Kegunaan tele lens lain yaitu, jika anda berada di kebun binatang, jeruji kandang bisa dibuat out of focus dengan bukaan aperture besar.

2. Kontak Mata

Tidak ada yang salah dengan fotografi, hanya enak dan tidak enak untuk dilihat. Untuk itu memang ada beberapa pakem yang lazim diikuti untuk memotret hewan; salah satunya yaitu kontak mata.

Bersiaplah untuk berlumuran tanah dan mandi debu. Tundukkan diri anda, kalau perlu, tiarap. Samakan eye-level mata sang hewan dengan lensa anda.

Karena mata adalah jendela hati, foto anda akan terasa lebih intim dan hewan obyek anda terasa lebih ekspresif. Seperti halnya dasar memotret manusia, focus point kamera haruslah pada mata obyek. Mata yang mana? Yang terdekat dengan lensa anda. Untuk yang terakhir ini, tidak bisa diganggu gugat.



3. Setting Kamera

Pada umumnya saya memotret dengan setting Shutter priority (S pada Nikon, Tv pada Canon). Hal ini dikarenakan gerak hewan yang sulit ditebak. Ada kalanya saya ingin mem-freeze orangutan yang melompat dari satu pohon ke pohon lain, atau ada kalanya saya ingin mendapat efek motion blur / panning kuda yang tengah berlari.

Jika setting saya di Aperture priority atau Manual, sulit untuk tiap kali mengaturnya. Momennya keburu hilang.

Gunakan High Continuous Mode. Kita tidak akan pernah tau kapan momen terbaik dari hewan in motion akan kita dapatkan. Resikonya memang memory card akan cepat penuh, apalagi jika anda memakai format RAW.

Set focus mode di Continuous Focus. Pada Nikon ditunjukkan dengan AF-C, pada Canon, AI Servo. Continuous Focus berguna untuk membidik fokus obyek yang selalu bergerak.



4. Hal-hal Non Teknis

Memotret hewan bukanlah hanya sekadar teknis. Hewan adalah makhluk hidup yang memiliki ekspresi dan keunikan tersendiri. Temukan sifat-sifat alami mereka yang unik.

Foto singa mengaum garang, tentu lebih menarik ketimbang yang tengah terkantuk-kantuk di bawah pohon. Anjing yang tengah melompat menangkap frisbee, jauh lebih menarik ketimbang yang tengah melamun di depan kandangnya.

Tapi ini sekedar rahasia kecil dari saya, jika anda memotret di kebun binatang, umumnya aktivitas tinggi mereka adalah menjelang jadwal makan. Cari tahu jadwal makan mereka. Mereka akan lebih beraktivitas pada saat diberi makan, seperti meloncat ke sana ke mari, berlarian untuk rebutan makanan dan sebagainya.

Datang lebih awal ke area sebelum jam makan tiba, biasanya bakal penuh. Tentukan best spot, pastikan semua setting kamera sudah benar, Anda akan mendapatkan lebih dari sekadar animal portrait!

Photography is a waiting game. Adakalanya seorang wildlife photographer harus menunggu berjam-jam atau berhari-hari untuk menunggu momen tertentu.



Tips terakhir, jadilah fotografer yang bertanggung jawab. Jangan pernah mengganggu kehidupan liar hewan dan habitat aslinya. Itu yang terpenting. Foto anda tidak akan berarti apapun jika hewan yang anda ambil terganggu apalagi tersiksa (abused). Mulailah belajar dari hewan peliharaan anda sebelum anda terjun ke alam liar.




Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com

(jsn/ash)

 http://inet.detik.com/read/2013/03/06/105141/2187073/1279/tips-memotret-hewan-wildlife-photography

Cara Membuat Efek Bokeh Sederhana

Jakarta - Untuk membuat efek Bokeh (latar belakang blur yang artistik) sangat mudah. Saya membuat efek bokeh dari kertas hitam yang diberi lubang secara acak dan berfungsi sebagai background.

Bagian belakang background disinari lampu Phillips 42 watt. Obyek yang akan dipotret disinari lampu dan diupayakan diberi tirai dari diffuser kalau tidak ada gunakan kain putih atau kertas putih.

Untuk mendapatkan efek cahaya yang bagus gunakan cover buku plastik warna-warni. Set camera secara manual dan gunakan ISO 100, f/1.4 atau f/2.8, WB daylight, Shutter speed variasi rata-rata antara 20 – 60s.

Atur jarak obyek dengan latar belakang dan sambil dilihat kesesuaian sinar lampu dengan obyek yang akan dipotret. Sebelumnya saya menggunakan lensa 18200mm tapi hasilnya kurang maksimal.

Setelah menggunakan lensa 50mm hasilnya lebih bagus. Selamat mencoba, semoga sukses.




(ash/ash)


 http://inet.detik.com/read/2013/02/27/110312/2180850/1279/cara-membuat-efek-bokeh-sederhana

Senin, 22 April 2013

Beberapa Mitos Fotografi Landscape

 
Ilustrasi (Info Fotografi)

Jakarta - Ada beberapa aturan dalam fotografi landscape/pemandangan yang populer. Beberapa di antaranya begitu mengakar sehingga kalau ada yang melanggar aturannya, maka foto landscape tersebut dikategorikan jelek atau salah.

Memang beberapa aturan terdengar logis, tapi sebenarnya tidak selalu harus dituruti. Semuanya tergantung dari kondisi dan pesan apa yang ingin dicapai oleh Anda. Ada dua mitos populer dalam landscape yang ingin saya bahas kali ini.

1. Foto landscape harus tajam, harus semuanya terang dari ujung ke ujung sehingga detailnya jelas

Foto landscape tidak harus tajam dan gak perlu semuanya terang. Malah seharusnya kita harus pintar memilih bagian mana yang harusnya tajam dan terang, bagian mana yang mulus. Contohnya foto pemandangan air terjun di bawah ini. Bagian air terlihat mulus (dicapai dengan shutter speed lambat).

Ada juga bagian yang gelap, misalnya di daerah bebatuan, dan ada yang terang yaitu daerah langit dan air. Dengan gelapnya daerah bebatuan, saya menarik mata pemirsa untuk lebih memperhatikan air terjunnya.

Di dalam waktu yang bersamaan, saya membuat foto terlihat lebih tiga dimensi. Permainan antara gelap terang ini yang membuat foto pemandangan enak dipandang.



Air Terjun Nuorilang, Jiuzhaigou ISO 100, 1/8 detik, f/11, 32mm



Perbedaan gelap terang (cahaya – bayangan) membuat tekstur lereng gunung ini menonjol. ISO 200, f/8, 1/400 detik, 130mm

2. Foto landscape horizon/cakrawalanya harus tegak lurus

Memang benar, untuk kebanyakan foto landscape yang bersifat statik/tak bergerak lebih cocok jika memiliki garis cakrawala yang lurus karena memberikan kesan kokoh dan mantap.

Tapi hal ini tidak harus berlaku ke semua jenis pemandangan. Untuk memberikan kesan gerak, dinamis, flow, horizon yang miring lebih cocok. Untuk membuat foto pemandangan dengan horizon yang miring tidak mudah, dan harus dilakukan dengan hati-hati. Silahkan simak beberapa foto dibawah ini.



Garis horizon yang miring memberi kesan gerak yang dinamis. Kesannya seperti diambil dari pesawat terbang dari atas. Garis horizon yang miring disengaja untuk mengimbangi surfer2 yang bergerak secara dinamis. ISO 100, f/11, 1/125 detik, 16mm, BluePoint Beach, Bali



Garis horizon agak miring untuk meningkatkan dinamisme aliran air yang cepat. f/11, 1/15 detik. ISO 100, 16mm. Jiuzhaigou, jalan menuju air terjun Pearl Shoal.



Saat memotret pengunungan, tidak perlu khawatir jika tidak mengikutsertakan garis horizon karena justru garis-garis diagonal dari gunung yang membuat kesan dinamis pada foto. 1/400 detik, f/8, ISO 200, 105mm

Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com
(jsn/ash)


http://inet.detik.com/read/2013/03/07/104621/2188226/1279/beberapa-mitos-fotografi-landscape

Merekam Suasana Malam di Kota Binjai

 
 Ilustrasi (Info Fotografi)

Jakarta - Beberapa saat yang lalu, saya berkunjung ke kota Binjai, 22 km dari kota Medan, Sumatera Utara. Tujuan utamanya adalah untuk menikmati hidangan ifumie Binjai yang sudah tersohor itu. Pengakuannya, rumah makan tersebut sudah ada sejak tahun 1920.

Setelah menikmati hidangan makan malam, saya melihat-lihat di balkon rumah makan, kebetulan ruangannya di lantai atas. Dari lantai atas saya bisa melihat pemandangan jalan Irian, yang cukup ramai di malam hari karena banyaknya yang berjualan makanan.

Di tulisan ini, saya ingin berbagi tentang komposisi, timing dan membuat foto yang bercerita tentang suatu tempat. Ide saya adalah mendapatkan elemen-elemen yang membentuk kota Binjai.

Setelah melihat-lihat, saya mendapati cukup banyak kendaraan yang melaju di persimpangan jalan. Lalu saya mengambil beberapa foto. Foto di bawah ini yang menurut saya paling mewakili suasana malam di kota Binjai.



f/1.9, 1/15 detik, ISO 160 Setting: (Shutter Priority (Tv), Auto ISO. Ricoh GRD IV

Di dalam foto ini terdapat beberapa elemen kota yakni:

1. Bentuk arsitektur rumah
2. Tenda-tenda penjual makanan
3. Kendaraan bermotor: Mobil, motor, becak
4. Orang-orang tepi jalan yang sedang berinteraksi dan menikmati hidangan
5. Durian! (kanan bawah)

Secara komposisi saya mencoba mengambil sudut supaya jalan berbentuk diagonal, sehingga terlihat lebih dinamis, dipertegas dengan alur kendaraan bermotor.

Secara teknis, saya sengaja mengunakan shutter speed yang agak lambat, yaitu 1/15 detik. Shutter lambat ini membuat kendaraan bermotor yang sedang bergerak sedikit blur, memberikan kesan gerak. Dari shutter speed tersebut, saya mendapatkan nilai f/1.9 untuk aperture/bukaan lensa, bukaan terbesar lensa kamera compact saya.

Dengan shutter dan bukaan yang besar, ISO yang saya dapat adalah ISO 160, cukup lumayan mencegah munculnya noise yang terlalu banyak di kamera pocket yang bersensor relatif kecil ini. (Saya mengunakan mode S/Tv (Shutter priority)).

Foto kedua ini sama dengan yang di atas, hanya saya mengubahnya menjadi hitam putih (B&W) dengan Adobe Lightroom. Foto hitam putih memberikan kesan yang berbeda dengan foto berwarna.

Memang tidak semeriah foto warna, tapi foto hitam putih mempertegas komposisi (bentuk, cahaya, tekstur lebih menonjol). Dan kesannya juga lebih rapi karena warna yang terlalu beragam dapat membingungkan mata.



Dengan memasukkan elemen-elemen kota, foto akan lebih menggambarkan suasana kota secara menyeluruh ke dalam foto. Kesabaran menunggu momen yang tepat penting, dan juga posisi memotret. Posisi dari lantai atas memungkinkan saya memasukkan semua elemen dalam satu foto.

Meski tidak sempurna secara teknis (agak blur, muncul sedikit noise, pencahayaan kurang dramatis) tapi yang penting foto ini menceritakan sesuatu.


(jsn/ash)


http://inet.detik.com/read/2013/03/11/141405/2191382/1279/merekam-suasana-malam-di-kota-binjai

Tips Foto Human Interest di Kawah Ijen

 
 Human Interest (Infofotografi)

Jakarta - Ternyata foto human interest (HI) tidak semudah yang kita bayangkan! Tinggal bawa kamera dan jepret bukanlah hal yang bijak jika ditelusuri kembali.

Memang banyak orang yang sudah terbiasa difoto, terutama di kawasan wisata seperti Pasar Beringharjo di Jogjakarta, Gereja Ganjuran, dan masih banyak lagi. Sebelum mengambil foto, berikut tips and trik supaya kita bisa berlega ria memfoto Human Interest:


Mencari informasi via Internet
Seringkali orang-orang menulis mengenai review tempat-tempat yang bisa jadi salah satu tempat yang akan kamu kunjungi. Cobalah telusuri hal-hal yang tidak boleh dilakukan di sana hal yang dianggap tabu, atau hal yang mungkin bisa jadi penyokong kamu ketika berfoto di sana.

Misalnya ketika saya mencari informasi mengenai Kawah Ijen, sangat disarankan membawa rokok, permen, atau air putih sebagai hadiah ketika para penambang tersebut difoto.


Mencari informasi via penduduk sekitar
Malu bertanya sesat di jalan! Ngobrol dengan penduduk maupun pekerja di kawasan wisata yang kita kunjungi sangat membantu kita dalam mencari informasi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Saya ambil kembali contoh ketika saya ke Kawah Ijen, ternyata para penambang belerang sebaiknya tidak boleh diberhentikan untuk diajak berbincang ketika mereka sedang mengangkat belerang.

Karena ketika mereka berhenti, mereka akan sukar kembali untuk mulai berjalan mengangkat belerang. Tanya mereka dengan tampang yang ramah ya, jangan jutek-jutek.


Tersenyumlah
Senyum itu adalah ibadah bukanlah sekedar kiasan belaka. Dengan tersenyum ketika melihat orang, maka orang tersebut seringkali akan bertindak ramah juga terhadap kita. Misalkan ketika mereka melihat kamu memfoto mereka, lemparkan senyuman kepada mereka.

Pakaian tidak mencolok
Orang-orang terkadang secara tidak sadar merasa terusik ketika melihat ada pemandangan yang tidak biasa mereka lihat. Tentunya agar kita bisa berfoto ria dengan nyaman, sebisa mungkin kita tidak menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar.

Percaya tidak percaya para wisatawan di Kawah Ijen rata-rata memakai jaket parasut atau baju dingin lainnya seperti sweater untuk menahan udara dingin. Tetapi saya menemukan satu backpacker berasal dari Samarinda menggunakan mantel style Korea. Tentunya kamu bukanlah objek foto dan tidak ingin menjadi pusat perhatian bukan?

Sekian 4 tips kilat dari saya untuk foto-foto di kawasan wisata, terutama jika kalian ingin foto mengenai human interest ;)

Oleh Darwin Boy Sxander
Mahasiswa jurusan Advertising di STIKOM LSPR.


Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com
(jsn/ash)


 http://inet.detik.com/read/2013/03/08/130630/2189470/1279/tips-foto-human-interest-di-kawah-ijen

Rabu, 17 April 2013

Ini Bedanya Fotografer Pro & Amatir

 
 Ilustrasi (Info Fotografi)
 
Jakarta - Secara umum, fotografi amatir diartikan sebagai orang yang mencintai fotografi dan tidak menghasilkan uang dari kegiatan tersebut. Sedangkan fotografer pro adalah seorang fotografer yang menghasilkan uang dari fotografi.

Definisi di atas agak janggal karena hanya melihat dari sisi luarnya saja. Sesuai definisi tersebut, banyak fotografer pro memiliki hasil karya yang di bawah standar. Di lain pihak, banyak yang masuk definisi fotografer amatir tapi memiliki karya yang jauh lebih bagus dan konsisten.

Bukannya agak aneh memberikan gelar 'pro' kepada tukang foto keliling dan 'amatir' kepada fotografer yang menghasilkan karya yang spektakuler tapi tidak menjual jasa/karyanya?

Maka itu, menurut saya perlu ada redefinisi istilah amatir dan fotografer pro supaya lebih sesuai. Definisi pro dan amatir seharusnya tidak berdasarkan masalah uang semata.

Menurut yang saya amati, fotografer pro dan amatir memiliki perbedaan yang kontras dalam cara pikir dan kebiasaan mereka. Ciri-ciri di bawah ini tidak hanya berlaku dibidang fotografi saja tapi juga di bidang pekerjaan lainnya.

Pro bekerja dengan konsentrasi tinggi dan cenderung menjelajahi sesuatu secara mendalam, sedangkan amatir mudah teralihkan perhatiannya dan biasanya mempelajari sesuatu hanya sebatas di permukaan. Misalnya, profesional giat belajar dan konsisten dalam berlatih.

Sedangkan amatir berlatih kalau hanya suasana hatinya lagi bagus saja. Saat pro berlatih di studio, amatir sibuk dengan BlackBerry, Twitter dan Facebooknya. Sewaktu praktik juga sering tidak serius. Jika pergi ke suatu tempat, Pro akan menjelajah lebih lama tentang tempat itu, mencari tahu apa keunikan dan karakter suatu tempat.

Kalau perlu nungguin dari pagi sampai malam untuk mendapatkan cahaya yang paling sesuai dengan imajinasinya. Jika bertemu seseorang, fotografer pro akan mencoba mengenal dan menggali lebih dalam tentang orang tersebut.

Sedangkan amatir akan sekadar jeprat-jepret lalu kembali naik ke mobil. Profesional tahu apa yang harus dikerjakan dan jalan mana yang harus ditempuh. Jalan tersebut kecil dan terjal, tapi jelas dan tidak bercabang. Sedangkan amatir senantiasa terpengaruh dengan jalan yang bercabang-cabang dengan tujuan yang tidak jelas.

Amatir sangat membutuhkan pengakuan dari kelompok/gangnya. Maka itu banyak amatir yang menempelkan watermark yang berisi kata-kata yang dianggap keren seperti 'Blablabla Photoworks' dan kemudian sibuk men-tag orang-orang yang berada di jejaring sosial dengan agresif.

Kalau dapat banyak 'like' atau komentar yang bagus rasanya tubuh jadi ringan, rasanya seperti melayang. Masalahnya, 'like' di Facebook kebanyakan itu sebagai bentuk dukungan teman saja tapi belum berarti karyanya bagus. Ironisnya, amatir juga takut hasil fotonya terlalu bagus. Jika fotonya terlalu menonjol dari yang lainnya, kemungkinan besar akan dikritik dan dikucilkan oleh 'gengnya'.

Mungkin salah satu hal yang paling membedakan antara pro dan amatir adalah amatir suka mencari jalan pintas sedangkan pro siap menjalani jalan yang sulit dan panjang untuk mencapai impiannya. Salah satu contohnya, amatir biasanya mencoba mengatasi masalah mereka dengan membeli kamera dan lensa baru. Harapannya mainan baru tersebut dapat mengatasi kekurangan teknik dan seni mereka dengan cepat.

Saat mengajak mengikuti kursus fotografi, kadang-kadang saya mendapatkan komentar kok mahal?, jawaban semacam ini yg selalu mengagetkan karena saya tahu peralatan fotografi mereka rata-rata tidak kurang dari Rp 10 juta, belum lagi aksesorisnya.

Di lain pihak, pro menyadari peralatan yang sesuai saja tidak cukup, seni dan teknik lebih penting untuk terus dipelajari dan diasah. Amatir yang ingin menjadi pro terus menerus belajar dan praktik yang konsisten.

Tidak mudah menjadi pro, karena pasti akan banyak kritik dan rintangan. Seringkali rintangan itu dari diri sendiri. Mungkin kita sudah merasa puas diri dan nyaman dengan kehidupan sebagai amatir, dan itu wajar saja. Tidak jarang juga amatir menyalahkan orang lain atau suasana misalnya keluarga, teman, bos yang tidak mendukung hobi kita.

Amatir biasanya mundur dari hobinya kalau bertemu rintangan-rintangan, kalau pro lanjut terus, malah menularin orang-orang yang tadinya tidak mendukung he he he.. Berita baiknya, menjadi pro itu gratis. Kita hanya perlu mengubah pandangan kita dan kebiasaan kita. Keputusan menjadi pro itu imbalannya besar. Kita bisa menggapai impian dan melakukan apa yang benar-benar kita cintai.

Pro:

1. Berkonsentrasi tinggi, rutin praktik

2. Mementingkan kedalaman suatu foto/cerita

3. Konsisten menghasilkan karya yang baik

4. Siap dan bersedia untuk menempuh jalan yang sulit dengan tujuan mendapatkan hasil foto yang bagus

5. Mendapatkan banyak rintangan tapi tidak cepat mundur dan putus asa

Amatir:

1. Sering teralihkan perhatiannya (distracted), hasil foto tidak konsisten dan biasanya tergantung mood

2. Membutuhkan pengakuan dari kelompok, teman atas hasil karyanya

3. Takut fotonya kurang bagus/kurang diterima, takut terlalu bagus sehingga dikritik atau dikucilkan

4. Berusaha mencari jalan pintas supaya fotonya bagus, salah satunya dengan membeli alat fotografi yang mahal

5. Saat menemukan rintangan, amatir cepat menyerah dan berhenti


Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com
(jsn/ash)

http://inet.detik.com/read/2013/03/14/114126/2193714/1279/ini-bedanya-fotografer-pro-amatir

Tips Foto Portrait Model: Manfaatkan Foreground

 
Ilustrasi (Info Fotografi)
 
Jakarta - Foto portrait secara tradisional berbeda dengan foto landscape berkenaan dengan ruang tajam. Di foto landscape, fotografer biasanya memilih bukaan kecil seperti f/8-f/16 supaya ruang tajamnya luas.

Tapi di foto portrait, fotografer biasanya menyukai bukaan besar seperti f/1.4-f/2.8 supaya ruang tajam tipis sehingga latar belakang tidak fokus/blur.

Latar belakang yang blur membuat fokus mata tertu ke subjek foto (orangnya) daripada lingkungannya. Selain memblurkan latar belakang, kita juga bisa memblurkan latar depan untuk memberikan kesan tiga dimensi. Foto di bawah ini, saya menempatkan model di belakang kumpulan bunga di taman.

Kunci sukses untuk foto semacam ini adalah jangan sampai bagian wajah subjek terhalang oleh bunga/daun dan pakailah lensa telefoto/jarak fokus panjang, sehingga antara subjek dan latar belakang terlihat lebih dekat daripada kondisi aslinya. Supaya fokus pemirsa terpusat ke subjek bukan ke bunga, bukaan besar (f/2.8) digunakan untuk membuat foreground tidak fokus.

Ekspresi dan warna pakaian dan make up yang cocok dengan warna bunga membuat foto ini lebih kuat. ISO 320, 1/640 detik, 112mm f/2.8

Yuk, Belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com
(jsn/ash)
 
 
http://inet.detik.com/read/2013/03/18/103319/2196489/1279/tips-foto-portrait-model-manfaatkan-foreground

Tips Komposisi Fotografi: Belajar Melihat Secara Abstrak

 
Ilustrasi (Info Fotografi)
 
Jakarta - Salah satu keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat membuat komposisi foto yang bagus adalah kemampuan melihat secara abstrak. Saat saya memotret pantai misalnya, yang saya lihat bukan hanya matahari, batu, air, tapi saya juga melihat bentuk, warna, garis dan hal-hal abstrak lainnya.

Kemampuan menyederhanakan pemandangan yang kompleks merupakan ketrampilan yang penting untuk fotografer yang ingin membuat komposisi foto yang lebih bagus.

Ada beberapa elemen yang penting yang harus selalu kita perhatikan sebelum memotret:

Form/bentuk: Bagaimana bentuk subjek foto? Apakah beraturan atau simetris? Apakah berbentuk segitiga, persegi atau lingkaran? Setiap orang menyukai bentuk tertentu dan setiap orang merespons bentuk secara berbeda. Jadi tidak ada bentuk yang terbaik. Yang penting adalah bagaimana kita menyusun (menempatkan) subjek foto di dalam frame foto.

Garis: Elemen garis mengarahkan mata kita menuju subjek utama. Garis yang lurus mencerminkan ketegasan dan kekuatan, garis lengkung sifatnya lebih lembut dan dinamis. Garis lengkung dapat digunakan untuk mempertahankan pemirsa dalam foto, misalnya foto subjek yang berbentuk spiral.

Gelap terang: Mata pemirsa biasanya melihat ke daerah yang terang terlebih dahulu, dilanjutkan dengan daerah yang gelap. Gunakan fakta ini untuk menuntun mata pemirsa untuk melihat subjek yang ingin ditonjolkan, dan yang mana yang ingin disembunyikan.

Warna: Warna yang hangat seperti merah, kuning, jingga dan yang saturasinya (kejenuhannya) tinggi akan menarik perhatian. Warna yang tidak terlalu pekat atau hitam putih akan meningkatkan perhatian ke bentuk, garis dan gelap terang.

Ada beberapa contoh yang membantu saya mengkomunikasikan apa yang saya lihat saat memotret foto-foto di bawah ini:



Bentuk segitiga pada Candi Plaosan ini menarik perhatian saya



Matahari yang terang, dan bentuk tubuh manusia menarik perhatian mata.




Garis yang terbentuk dari jembatan ini mengarahkan mata ke bagian atas foto




Garis-garis awan dan susunan batu mengarahkan mata ke matahari terbit

Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com
(jsn/jsn)


http://inet.detik.com/read/2013/03/26/124738/2203901/1279/tips-komposisi-fotografi-belajar-melihat-secara-abstrak