Rabu, 24 September 2014

4 Sistem Rudal Permukaan ke Udara Rusia yang Bisa Menembak MH17

Pesawat penumpang MH17 Malaysia ditembak jatuh di Ukraina timur Kamis pagi, menewaskan 295 orang. Laporan-laporan menyebutkan bahwa separatis pro-Rusia di Ukraina timur, atau militer Rusia yang ditempatkan di perbatasan Rusia-Ukraina yang menembak jatuh pesawat sipil itu. Pihak Ukraina, Rusia dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur membantah terlibat dalam insiden itu.

MH17 terbang dengan kecepatan sekitar 805 km per jam di ketinggian 10.000 meter. Untuk menembak jatuh pesawat di ketinggian ini, diperlukan rudal permukaan ke udara atau rudal udara ke udara. Indikasi terkuat adalah MH17 ditembak jatuh oleh rudal permukaan ke udara (SAM).

Di bawah ini adalah empat sistem SAM Rusia yang bisa menembak jatuh pesawat yang terbang di ketinggian 10.000 meter:
BUK-M2E
BUK-M2. Gambar:Vitaly V. Kuzmin
Sistem Rudal BUK (Kode NATO: SA-11/SA-17)

Ukraina mengklaim bahwa separatis pro-Rusia di Ukraina timur memiliki sistem rudal BUK. NATO menyebut sistem rudal ini sebagai SA-11 GADFLY dan versi yang lebih modern (BUK-M) disebut sebagai SA-17 GRIZZLY. Sistem rudal ini dikembangkan oleh Uni Soviet untuk menggantikan sistem rudal 2K12 Kub.

BUK adalah sistem rudal mobile yang terdiri dari truk komando, truk TAR (target acquisition radar), truk TELAR (transporter erector launcher and radar) dan truk TEL (transporter erector launcher). Standar batalyon BUK terdiri dari truk komando, truk TAR, enam truk TELAR dan tiga truk TEL. Baterai BUK terdiri dari dua truk TELAR dan satu TEL.

Sistem rudal SAM jarak menengah ini telah diupgrade beberapa kali sejak diperkenalkan pada tahun 1979. Jangkauan dan kemampuannya tergantung dari jenis rudal yang digunakan. SA-11 diperkenalkan pada tahun 1979 dengan menggunakan rudal 9M38 yang memiliki jangkauan keterlibatan 5-30 km dan ketinggian 30-14.000 meter. Pada tahun 1984, SA-11 memperoleh rudal upgrade 9M38M1 yang meningkatkan jangkauannya menjadi 35 km dan ketinggian hingga 22.000 meter.

Sistem BUK-M yang lebih canggih disebut NATO sebagai SA-17, bersamaan ketika rudal 9M317 diperkenalkan pada tahun 1998. Rudal ini memiliki jangkauan keterlibatan 4-50 km dan ketinggian 30-25.000 meter. SA-17 juga mendapatkan upgrade pada TAR, yang membuatnya bisa terlibat dengan 24 target secara simultan.
S-400 Triumf
S-400. Gambar via defenceradar.com
S-400 Triumf (Kode NATO: SA-21 Growler)

Ini adalah sistem rudal permukaan ke udara yang dianggap paling canggih di dunia yang diperkenalkan Rusia pada tahun 2004. Sistem rudal jarak menengah-jauh ini memiliki tiga rudal berbeda, rudal 48N6 dan 40N6 untuk jarak jauh dan rudal 9M96 untuk jarak menengah. Bila menggunakan rudal 40N6, jangkauan keterlibatannya bisa mencapai 400 km dan ketinggian 30.000 meter.

Apa yang membuat sistem rudal ini berbeda adalah banyaknya target yang bisa dilacaknya secara bersamaan. Radar akuisisi target S-400 mampu melacak 36 target aerodinamis dan 72 rudal. Sebagai perbandingan, sistem rudal BUK hanya mampu melacak 24 target. Saat ini, hanya Rusia yang mengoperasikan S-400 meskipun ada kemungkinan diekspor ke negara lain.
2K12 Kub
2K12 Kub. Gambar: Chmee2
2K12 Kub (Kode NATO: SA-6 GAINFUL)

Sistem rudal permukaan ke udara jarak menengah Rusia ini merupakan pendahulu dari sistem rudal BUK. Dirancang pada tahun oleh Uni Soviet pada tahun 1959 dan diproduksi antara 1964-1985. Sebagai pendahulu, 2K12 tidak lebih sebagai versi sederhana dari BUK yang memiliki jangkauan keterlibatan antara 3-25 km dan ketinggian 11.000 meter. Rusia diketahui masih mengoperasikan beberapa sistem 2K12 Kub diwilayahnya.

S-75A Dvina
S-75A Dvina. Gambar: Biso
S-75A Dvina (Kode NATO: SA-2 GUIDELINE)

Sistem rudal high altitude permukaan ke udara ini dirancang Uni Soviet untuk mencegat pesawat pembom dan mata-mata Amerika Serikat. Sistem rudal ini menjadi terkenal setelah berhasil menembak jatuh pesawat U-2 Amerika Serikat di era Perang Dingin. S-75 juga berhasil menembak jatuh pilot AS saat Perang Vietnam.
Sistem S-75A Dvina dilengkapi dengan radar dan rudal yang dapat mencegat target yang terbang di ketinggian 35.000 meter dan jarak 66 km (tergantung versi). Rusia telah mengekspor sistem rudal ini ke Asia (termasuk Indonesia di era Soekarno) dan Afrika. Rusia tidak lagi menggunakan sistem ini. Beberapa negara yang masih menggunakan sistem ini adalah Libya, Korea Utara dan Suriah.
http://www.artileri.org

Teka Teki Pelaku Penembakan MH17

BUK M2
Ukraina, Rusia, dan separatis pro-Rusia di Ukraina timur adalah tiga pihak yang bisa menjadi tersangka dalam kasus jatuhnya pesawat Malaysia Airlines Flight MH17, namun bukti kuat menunjukkan bahwa pelakunya adalah pihak yang terakhir.

Pesawat sipil Malaysia Airlines Flight MH17 jatuh di dekat kota Shakhtyorsk, provinsi Donetsk, Ukraina. Pesawat itu terbang di ketinggian 10.000 meter dalam penerbangannya dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat itu jatuh sekitar 32 km dari perbatasan Rusia.

Hampir bisa dipastikan bahwa pesawat itu jatuh ditembak, bukan jatuh sendiri karena kegagalan mekanis atau kelalaian pilot. Dan juga hampir bisa dipastikan bahwa pesawat itu adalah korban salah tembak, karena ketiga belah pihak masing-masing tidak memiliki motif apapun untuk sengaja menjatuhkan pesawat sipil itu.
Investigasi lebih lanjut sangat penting dilakukan guna mengetahui siapa pelakunya. Ada tiga pihak yang kemungkinan bertanggung jawab atas insiden MH17 ini:

Yang pertama Ukraina. Bisa saja Ukraina menembak jatuh pesawat nahas itu karena mengira itu adalah pesawat militer Rusia yang terbang di langit Ukraina. Beberapa menyatakan bahwa pemerintah Ukraina telah menetapkan wilayah udara di bagian timur Ukraina adalah zona "operasi anti teroris" dan menuntut semua pesawat sipil yang terbang di atas wilayah itu terbang dengan ketinggian lebih dari 7.900 meter. Kebenaran mengenai hal ini masih tidak jelas. MH17 sendiri terbang jauh diatas ketinggian yang ditentukan dan bisa saja personel militer Ukraina salah dalam membaca ketinggian MH17.

Tapi tuduhan ke Ukraina tampaknya tidak mungkin. Seperti yang disebutkan, MH17 akan terbang ke arah Rusia, sehingga kecil kemungkinan militer atau pemerintah Ukraina memerintahkan untuk menembaknya jatuh. Terlebih lagi hingga saat ini Ukraina belum satupun menembak jatuh pesawat selama konflik berlangsung. Ukraina juga menyerukan penyelidikan internasional atas insiden itu.

Yang kedua adalah Rusia. Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir Rusia telah mengumpulkan tentara di perbatasan dengan Ukraina. Ukraina juga telah mengklaim bahwa rudal udara ke udara Rusia telah menembak salah satu Sukhoi Su-25 nya pada hari Rabu, dan rudal permukaan ke udara juga telah ditembakkan ke Su-25 lainnya dari wilayah Rusia di hari yang sama. Pada Senin lalu, Kiev juga mengklaim bahwa rudal permukaan ke udara yang ditembakkan dari wilayah Rusia telah menjatuhkan sebuah pesawat angkut militer. Fakta bahwa MH17 terbang dari Ukraina menuju Rusia juga berarti bahwa Moskow bisa saja keliru, mengira pesawat sipil itu adalah pesawat musuh.

Namun, Rusia diyakini memiliki kemampuan ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian) yang baik, dengan demikian kecil kemungkinannya Rusia salah menilai MH17 adalah pesawat musuh. Selain itu, Moskow juga telah membantah semua tuduhan Ukraina terkait insiden dua Su-25 dan pesawat angkut militer, dan bahkan muncul pemberitaan yang menyatakan separatis Ukraina lah yang telah mengaku bertanggung jawab atas insiden ketiga (pesawat angkut militer).

Yang ketiga adalah separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Beberapa pejabat pemerintah Ukraina menuduh separatis pro-Rusia di Ukraina Timur yang telah menembak jatuh MH17. Dinilai dari insiden-insiden selama konflik, mereka memang pihak yang paling mungkin berada di balik insiden itu. Para pemberontak sudah biasa menargetkan pesawat militer Ukraina yang terbang di atas wilayah yang mereka kuasai tersebut. Selain itu, mengingat kemampuan ISR mereka yang terbatas, merekalah yang paling mungkin salah mengira MH17 adalah pesawat angkut militer Ukraina. Juga mengingat pesawat ini terbang dari barat ke timur, atau dengan kata lain terbang dari wilayah udara Ukraina menuju timur Ukraina.

Ada pula bukti lain yang menguatkan pemberontak terlibat dalam insiden jatuhnya MH17. Muncul Tweet yang menampilkan screenshoot dari laporan sebelumnya di mana para pemberontak di timur Ukraina mengklaim telah menembak jatuh sebuah pesawat angkut militer Ukraina. Laporan ini sudah dihapus, namun cukup menguatkan bukti bahwa pemberontak Ukraina lah yang menembak jatuh MH17 karena mereka mengira itu pesawat angkut militer Ukraina seperti Antonov An-26.

Namun ada pertanyaan besar terkait keterlibatan separatis Ukraina dalam insiden MH17, adalah apakah senjata yang mereka miliki memang mampu menembak jatuh pesawat itu. Sebuah catatan dari Stratfor, "Berdasarkan ketinggian pesawat, hanya rudal permukaan ke udara jarak menengah-jauh yang bisa menembak jatuh pesawat itu." Kelompok separatis Ukraina dikabarkan juga telah membantah menembak jatuh MH17, alasannya mereka hanya memiliki sistem pertahanan udara portabel (man) yang tidak dapat ditargetkan untuk pesawat yang terbang di ketinggian 10.000 meter.

Pemerintah Ukraina sendiri mengatakan bahwa BUK-M1 (SA-11), sistem rudal permukaan ke udara lah yang menembak jatuh MH17, dan disebutkan juga Rusia telah menyediakan sistem rudal ini untuk separatis pro-Rusia di timur Ukraina. Seorang wartawan Associated Press di Ukraina Timur juga mengaku telah melihat para pemberontak menggunakan sistem rudal BUK di wilayah tersebut, yang dapat menembak jatuh target yang terbang di ketinggian 22.000 meter.
Sumber intelijen Amerika Serikat seperti dilansir IHS Jane mengonfirmasi bahwa MH17 ditembak oleh rudal permukaan ke udara, dan seorang mantan ahli pertahanan udara Soviet dan Ukraina di Kiev mengatakan kepada IHS Jane bahwa rudal ini adalah BUK yang dikendalikan oleh pemberontak pro-Rusia di timur Ukraina
.
Menurut seorang spesialis intelijen NATO, kelompok separatis meyakini bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah pesawat angkut militer Ukraina. Namun ketika mereka mengetahui bahwa itu adalah pesawat sipil Malaysia mereka panik, lalu menghapus semua posting di sosial media terkait insiden itu, kata sumber NATO.
Dengan demikian, skenario yang paling mungkin adalah separatis pro-Rusia di Ukraina timur lah yang menembak jatuh MH17 dengan menggunakan senjata anti pesawat Rusia. Insiden ini bisa menjadi alamat buruk bagi Rusia, dan lebih buruk lagi bagi para pendukungnya di Ukraina timur. Insiden ini akan menggembleng masyarakat internasional untuk bersama-sama memberikan dukungan bagi pemerintah Ukraina untuk mengalahkan pemberontak, serta meningkatkan tekanan kepada Rusia agar berhenti memberikan dukungan kepada pemberontak di Ukraina timur. (Diplomat).
Gambar: Leonidl/Wiki Common
http://www.artileri.org

Video Keren: Anda Ikut Misi Pengeboman Bersama Su-24 Fencer



Misi pengeboman Su-24 Fencer

Video berikut memperlihatkan misi pengeboman oleh jet tempur Su-24 Fencer Angkatan Udara Rusia. Video diambil melalui kamera yang terpasang pada perut Fencer, hasilnya sudut pandang yang tidak biasa dan tentunya menarik.

Anda dapat melihat bom terarah (unguided) yang dijatuhkan dari Fencer, serta pengoperasian landing gear (roda pendaratan). Target pengeboman adalah MiG-25 yang sudah pensiun.







Su-24 Fencer berkecepatan supersonik, jet tempur segala cuaca yang dikembangkan oleh Uni soviet, dan juga menjadi bagian Angkatan Udara Suriah, Iran dan Libya. Jet ini bermesin ganda, dua kursi pilot, sayap geometri variabel/sweep wing (sayap dilipat dan dikembangkan sesuai kebutuhan dalam penerbangan) dan dirancang untuk misi serangan level rendah.

Pada April 2014 lalu, Su-24MR Rusia terbang berulang kali dengan jarak 900 meter dari USS Donald Cook, kapal perusak Angkatan Laut AS yang beroperasi di Laut Hitam, pemerintah AS menganggap manuver Fencer ini sebagai "tindakan provokatif dan tidak konsisten dengan perjanjian internasional."

Senin, 22 September 2014

Israel Miliki 1.000 Tentara yang Berkewarganegaraan Amerika Serikat

Tentara Israel

Israel saat ini memiliki lebih dari 1.000 tentara yang merupakan warga negara Amerika Serikat, hal ini diungkapkan oleh juru bicara Angkatan Pertahanan Israel (IDF), Letnan Libby Weiss, yang dikutip laman The Daily Beast.
Hal ini memungkinkan karena Israel memberlakukan aturan yang disebut sebagai "Hak Kembali," yang memungkinkan orang-orang Yahudi kelahiran di luar negeri untuk bertugas di militer Israel. Total saat ini IDF memiliki 4.000 tentara non-kelahiran Israel.

"Mereka sangat bangga. Mereka melindungi nilai tempat mereka berasal (seperti Amerika Serikat), dan juga mereka merasa harus melindungi nilai-nilai negara Israel," kata seorang pejabat Israel, Maya Kadosh, deputi konsul untuk Southwest United States yang berbasis di Houston, seperti dikutip The Daily Beast.
Kematian dua warga Amerika Serikat yang bertugas sebagai tentara Israel dalam pertempuran dengan HAMAS beberapa waktu lalu bukan kasus pertama kalinya orang Amerika tewas sewaktu bertugas di militer asing. 
Militer Israel bukanlah satu-satunya militer di dunia yang terbuka untuk orang Amerika. Militer Australia, Selandia Baru dan Perancis juga terbuka untuk merekrut warga Amerika Serikat. Demikian pula sebaliknya, Amerika Serikat juga mengizinkan orang asing masuk ke dalam militernya. Mereka yang bergabung dengan militer AS bisa mengajukan kewarganegaraan AS dan Layanan Imigrasi dan Kewarganegaraan AS akan mempercepat prosesnya.
Namun memperkirakan jumlah orang Amerika yang bertugas di militer asing saat ini cukup sulit, karena ini mencakup dua hal; warga negara AS yang bertugas di militer asing dan kewarganegaraan ganda yang bertugas di militer asing. Seorang Pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pihaknya tidak melacak siapa saja yang bertugas di militer asing.

Sepanjang sejarah, diketahui sudah banyak orang-orang Amerika yang bergabung dengan militer asing. Selama Perang Dunia I, orang Amerika bergabung dengan militer Kanada. Pada tahun 1930-an, Brigade Abraham Lincoln saat Perang Sipil Spanyol direkrut secara eksklusif dari orang Amerika. Pada saat Pearl Harbor, lebih dari 6.000 orang Amerika bertugas di Angkatan Udara Kanada dan 10.000 di Angkatan Darat Kanada, menurut Kolonel Stanley W. Dziuban, penulis "Military Relations Between the United States and Canada, 1939-1945."

Sebelum tahun 1967, orang Amerika berisiko kehilangan status kewarganegaraan jika mereka mereka memutuskan bergabung dengan militer asing. Pada tahun tersebut, keputusan Mahkamah Agung di Afroyim v. Rusk menetapkan bahwa kewarganegaraan adalah hak konstitusional dan tidak dapat dilucuti tanpa sadar. Jadi orang Amerika bebas bergabung dengan militer manapun, selama tidak memusuhi AS. Yang ilegal adalah perekrutan warga Amerika untuk militer asing yang dilakukan di wilayah Amerika Serikat. Bagaimana, mau menjadi tentara Amerika Serikat?
http://www.artileri.org

AS akan Jual 600 Rudal Sidewinder ke Israel di Tengah Krisis Gaza

Rudal AIM-9X Sidewinder pada F-15C Eagle USAF
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menyetujui kemungkinan penjualan rudal AIM-9X Sidewinder dan peralatan terkait kepada Israel, laman Air Force Technology melaporkan.

Pemerintah Israel sebelumnya telah mengajukan permohonan pembelian 600 rudal AIM-9X-2 Sidewinder Block II, 50 rudal pelatihan udara CATM-9X-2 dan empat rudal dummy (kosong).

Paket penjualan rudal yang senilai USD 544 juta itu, sudah termasuk peralatan pendukung dan alat uji rudal; suku cadang dan peralatan perbaikan; pelatihan dan peralatan pelatihan personel; dan logistik dan dukungan terkait.
Perusahaan pertahanan AS Raytheon Missile Systems bertindak sebagai kontraktor utama dalam program penjualan rudal kepada Israel ini.

AIM-9 Sidewinder adalah rudal udara ke udara jarak pendek dengan pelacakan inframerah canggih. Rudal ini kompatibel dengan pesawat tempur F-15, F-16, F/A-18 dan F-4, pesawat serang A-4, A-6 dan AV-8B, dan helikopter AH-1 Cobra.

Pada Juni lalu, Raytheon memenangkan kontrak untuk memasok 485 rudal AIM-9X Block II untuk Angkatan Laut Amerika Serikat, Angkatan Udara dan Angkatan Pertahanan Singapura, Belanda, Kuwait dan Turki.
Permintaan Israel atas rudal ini datang bersamaan dengan serangan udara Angkatan Udara Israel di Jalur Gaza, Palestina.

Serangan udara tersebut dikabarkan telah menewaskan lebih dari 175 warga Palestina, melukai ribuan dan membuat ribuan warga Palestina lainnya mengungsi.

Pada hari Senin lalu, Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon mengatakan telah menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak yang diluncurkan dari Gaza, dengan sistem pertahanan udara Patriot di dekat kota Ashdod.

Gambar: Rudal AIM-9X Sidewinder melekat di sisi kiri sayap pesawat tempur F-15C Eagle Angkatan Udara AS. Foto: TSgt. Michael Ammons, USAF.

Lepas landas dan Mendarat Dimanapun: Rusia Perkenalkan UAV Amfibi

UAV amfibi Chirok
Belum cukup memiliki rudal balistik, Rusia mengembangkan pesawat tak berawak (UAV) amfibi yang merupakan hibridisasi antara UAV dengan hovercraft amfibi. UAV unik yang tidak memerlukan lapangan untuk lepas landas dan mendarat ini ditampilkan saat pameran teknologi Innoprom-2014 di Yekaterinburg, Rusia tengah, 9-12 Juli 2014.
UAV yang dijuluki Chirok ini dikembangkan oleh perusahaan Rusia Rostec, dan baru kali ini dipamerkan di hadapan publik. Chirok mampu mendarat di medan apapun, termasuk di salju, pasir, air, rawa atau daerah apapun yang relatif datar.
Prototipe Chirok yang ditampilkan ini masih dalam ukuran 1:5, yang sengaja dibuat untuk menguji kinerja aerodinamisnya di wind tunnel (terowongan angin) di Central Aero-hydrodynamic Institute di kota Zhukovsky, Rusia.
UAV amfibi Chirok
Pada 2015 nanti, UAV Chirok dengan ukuran penuh akan memulai uji penerbangan. Chirok akan memiliki rentang sayap 10 meter, dan memiliki bobot lepas landas maksimum sekitar 700 kg, yang mana 300 kg nya merupakan muatannya. Mampu terbang di ketinggian 6.100 meter, UAV ini diharapkan mampu melakukan penerbangan sejauh 2.500 km. Informasi mengenai sistem propulsi Chirok, masih belum dipublikasi.

UAV amfibi yang bodinya mirip dengan kepala paus pembunuh ini dibuat secara eksklusif dari bahan komposit (kemungkinan besar utamanya dari serat karbon namun hal ini belum dikonfirmasi. Sedangkan membran bantalan udaranya (air cushion) terbuat dari bahan ultra-modern yang dikembangkan oleh ahli Rusia dan dipatenkan oleh Rostec Corporation (informasi dari Russian Times, Rostec sendiri tidak mengonfirmasi hal ini.
UAV amfibi Chirok
UAV amfibi Chirok
Meskipun saat ini UAV amfibi Chirok akan digunakan masih dalam ruang lingkup sipil, seperti pemantauan kebakaran hutan, daerah bencana, lalu lintas, pengiriman kebutuhan untuk rig minyak yang jauh, namun konstruksinya sudah memungkinkan untuk digunakan oleh militer.
Chirok mampu membawa bom, roket dan senjata presisi tinggi, seperti rudal berukuran kecil. Dan tidak sepeti kebanyakan UAV, Chirok memiliki inner space (ruang dalam) yang pas untuk membawa senjata internal, sehingga tidak akan mengganggu visibilitas dan sifat aerodinamisnya. Karena Chirok berukuran sedang dan terbuat dari bahan komposit, Chirok juga diyakini berkarakteristik siluman yang sangat baik.
Diharapkan pada pameran dirgantara MAKS-2015 di Moskow nanti, UAV Chirok sudah akan tampil dalam ukuran penuh. Produksinya sendiri secepatnya akan dimulai pada 2016.
Gambar: Rostec Corporation
http://www.artileri.org

Jumat, 19 September 2014

Belanja UAV Dunia akan Mencapai USD 11,5 M Pertahun pada 2024

UCAS X-47B
Belanja UAV (pesawat tak berawak) dunia kemungkinan akan meningkat dua kali lipat pada dekade ke depan, total akan menjadi USD 11,5 miliar per tahun, perusahaan riset pasar pertahanan dan kedirgantaraan Teal Group yang berbasis di Virginia, Amerika Serikat, mengungkapkan.

"Penelitan pasar UAV 2014 Teal Group memperkirakan bahwa belanja UAV akan meningkat hampir dua kali lipat pada dekade ke depan. Belanja UAV seluruh dunia saat ini mencapai USD 6,4 miliar per tahun dan akan meningkat menjadi USD 11,5 miliar pertahun (pada 2024), total peningkatan akan mencapai USD 91 miliar selama sepuluh tahun ke depan," Teal Group melaporkan, dilansir RIA Novosti.

"Pasar UAV terus berkembang, dan menjadi pasar yang semakin global," ujar Philip Finnegan, direktur Teal Group yang juga merangkap sebagai analis dalam penelitian tersebut.
Berdasarkan penelitian Teal Group, pertumbuhan pasar UAV dunia utamanya masih didorong dari pembelian militer. Pangsa UAV saat ini adalah 89 persen pembelian oleh militer, dengan 11 persen lainnya adalah pembelian oleh sipil. Namun Teal Group memperkirakan angka-angka ini akan berubah, dan pada tahun 2024 perbandingan angka-angka ini akan menjadi 86 persen dan 14 persen masing-masing.

"Dan cakupan kami dari pasar UAV sipil terus tumbuh dalam setiap laporan tahunan, mencerminkan peningkatan bertahap di pasar sipil itu sendiri," tambah Finnegan.

Penelitian Teal Group juga memprediksi bahwa selama 10 tahun ke depan Amerika Serikat akan mendominasi sekitar 65 persen dari seluruh penelitian, pengembangan, pengujian, dan evaluasi untuk teknologi UAV di seluruh dunia, dan memegang 41 persen penjualan UAV di seluruh dunia, diungkapkan Steve Zaloga, analis lain dalam penelitian tersebut.
Data akhir 2012 dari International Institute for Strategic Studies (IISS) mengungkapkan bahwa terdapat 56 jenis UAV yang digunakan oleh 11 negara di dunia, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, China, India, Iran, Israel, dan Turki. IISS menyebutkan jumlah UAV aktif dari semua negara itu mencapai 807 unit. Namun sayangnya total angka ini hanyalah akumulasi dari UAV aktif di 8 negara (meskipun ada 11 negara yang di data). Jumlah UAV aktif Rusia, China dan Turki tidak tersedia (meskipun jenisnya disebutkan), dan IISS tidak memasukkannya dalam jumlah total.

Data IISS yang sama juga menunjukkan bahwa Amerika Serikat setidaknya memiliki 678 UAV aktif, yang sebagian besar digunakan untuk tujuan militer. Pemerintahan Presiden AS Barack Obama beberapa tahun belakangan terus menerima kritik terkait kebijakan pembenaran penggunaan UAV untuk menyerang teroris, yang pada banyak kasus lebih banyak menyebabkan kematian warga sipil.
Gambar: UCAS (Unmanned Combat Air System) X-47B Angkatan Laut AS terbang di langit Pangkalan Angkatan Udara Edwards di California saat misi uji coba rutin, 29 Oktober 2011.

Geliat Pengembangan Kapal Selam Nuklir China

Armada kapal selam China
Akhir 2013 lalu, China berhasil melucuti reaktor nuklir salah satu kapal selam nuklirnya. Membuatnya tergabung dengan kelompok negara yang mampu melakukannya, yaitu Amerika Serikat, Rusia dan Perancis. Sementara Inggris saat ini masih dalam rencana untuk melucuti reaktor nuklir kapal selamnya, setelah bisa menentukan tempat penyimpanan (untuk selama-lamanya) reaktor nuklir dan semua komponen radioaktif dari kapal selamnya. Ketika reaktor nuklir sudah dilucuti, maka kapal selam nuklir berubah menjadi kapal selam konvensional. Pembongkarannya dilakukan secara parsial, kemudian komponen radioaktif kapal selam disegel dalam kontainer kokoh tahan radiasi. Kontainer ini kemudian disimpan di tempat aman dengan penjagaan, biasanya disimpan di daerah yang terisolir dan stabil secara geologi.
Kapal selam nuklir yang China bongkar ini adalah kapal selam serang bertenaga nuklir (SSN) Type 091 (Kelas Han) yang dibuat pada awal 1970-an dan aktif digunakan sampai awal 1990-an. Dari tahun tersebut hingga ke pembongkaran, kapal selam ini hanya bersandar di dermaga.
Pada akhir tahun 2013, China pertama kali menampilkan kapal selam nuklirnya kepada media China. Acara ini diadakan untuk memperingati 42 tahun China mengoperasikan kapal selam nuklir tanpa mengalami kecelakaan reaktor. Sementara satu-satunya negara yang pernah mengalami kecelakaan reaktor kapal selam nuklir adalah Uni Soviet.
Sejak tahun 1950-an, ratusan miliar dolar telah dihabiskan untuk mengembangkan dan membangun kapal selam bertenaga nuklir. Sekitar 300 unit pernah dibangun, sebagian besar merupakan milik Rusia. Kapal selam nuklir baru satu kali digunakan dalam pertempuran (pada tahun 1982, ketika sebuah SSN Inggris menenggelamkan sebuah kapal Argentina). Ketika Perang Dingin berakhir, Rusia mulai membongkar armada kapal selam nuklirnya yang besar, terdiri dari puluhan kapal selam tua yang memiliki banyak masalah ketimbang harus dipertahankan. Seiring keruntuhan armada besar kapal selam nuklir Rusia, kekuatan kapal selam nuklir Angkatan Laut AS yang mencapai puncaknya (100 unit) pada akhir Perang Dingin juga menyusut menjadi kurang dari 50 hingga saat ini.
China saat ini memiliki sekitar selusin kapal selam nuklir yang aktif (8 SSN dan 4 SSBN) dan track record kapal-kapal selam ini selama 42 tahun belakangan cukup suram. SSN China bising (mudah terdeteksi sensor) dan kurang dapat diandalkan. SSN China juga jarang melaut, mungkin inilah salah satu alasan mengapa China tidak pernah mengalami kecelakaan reaktor nuklir kapal selam. Kapal selam nuklir pembawa rudal balistik (SSBN) China pada dasarnya hanyalah versi SSN yang lebih besar dan sekalipun belum pernah melakukan patroli tempur, hanya menjalani beberapa misi pelatihan singkat.
China butuh waktu hampir satu dekade untuk perencanaan, konstruksi, dan mencoba-coba untuk membangun kapal selam nuklir. Yang pertama lahir adalah Type 091 Long March No.1, yang mulai digunakan pada tahun 1974. SSN pertama China ini dinilai hanya sebagai kapal pembelajaran, dan tidak benar-benar dioperasikan hingga pertengahan tahun 1980-an. Sebagai SSN, Type 091 terbilang kecil (4.100 ton) dan hanya diawaki oleh sekitar 75 pelaut. Pelaut China menganggap Type 091 lebih berbahaya dari musuh. Risiko kebocoran radiasi dari kapal ini sangat ditakuti pelaut China. Sonar buatan Perancis terinstal di dalamnya, dan banyak peralatan elektronik lain yang berasal dari negara lain. Pada tahun 1980-an, banyak yang berpikir China akan membatalkan kapal selam ini, tapi ternyata China terus memperbaiki dan mengupgrade mereka. Dibanding kapal selam modern AS, Rusia, Inggris, Perancis saat ini, Type 091 memang dianggap ketinggalan zaman. Lima unit telah dibuat, dua telah pensiun dan salah satunya diubah menjadi kapal museum. Meskipun jarang melaut, tapi Type 091 dijadikan China sebagai kapal pelatihan prosedur dasar untuk pengawak kapal selam nuklir. Jika memang hanya digunakan untuk hal ini, ketidakmampuan Type 091 untuk "silent" ketika di bawah air tentu tidaklah menjadi masalah.
Setelah Type 093 melaut, China tampaknya masih tidak puas dengan kinerjanya. Masalah yang sama, terlalu berisik dan memilki daftar panjang kecacatan kecil.
SSBN generasi pertama China adalah Type 092 (Kelas Xia) 6.500 ton, mulai beroperasi pada awal 1980-an, dan sebagai versi yang lebih besar dari SSN Type 091. Selain berukuran lebih besar, perbedaan mencoloknya adalah Type 092 dilengkapi dengan empat tabung rudal, tapi juga jarang melaut. Masalah kebisingan dan risiko kebocoran radiasi juga menguntit Type 092. Sebelum akhirnya membangun SSN Type 093 (Kelas Shang) dan SSBN Type 094 (Kelas Jin), China fokus memecahkan masalah pada Type 092.

Type 093 7.000 ton muncul pada tahun 2002 dan memiliki banyak kemiripan dengan SSN Victor III Rusia dari tiga dekade lalu. Setelah Type 093 melaut, China tampaknya masih tidak puas dengan kinerjanya. Masalah yang sama, terlalu berisik dan memilki daftar panjang kecacatan kecil. Dan jenis selanjutnya yaitu SSBN Type 094 juga masih terlihat seperti Victor III namun dengan penambahan kompartemen rudal. Membuat SSBN dengan memanfaatkan desain SSN dengan penambahan kompartemen rudal balistik bukanlah hal baru, pada 1950-an Amerika Serikat melakukannya untuk membangun SSBN pertamanya. Dan China tampaknya memang melakukan hal yang sama dengan SSN mereka, membangun SSBN yang lebih besar dengan bobot benaman 9.000 ton dan ditambah kompartemen rudal balistik. Untuk SSBN, prioritas China tampaknya jatuh pada Type 094, yang mana memiliki rudal yang mampu mencapai Amerika Serikat, menambah pengaruh China di dunia ketimbang beberapa SSN baru mereka.
China diyakini sudah membangun tiga Type 094 dan diyakini masih berencana membangun tiga lagi. Type 094 sama dengan Type 093, hanya saja ukurannya lebih besar dan dilengkapi dengan rudal balistik. Kapal selam ini sudah dikembangkan selama lebih dari satu dekade dari sekarang. Yang pertama diluncurkan pada tahun 2004 dan mulai beroperasi pada tahun 2007.
China memang sudah mengoperasikan SSBN Type 094, namun sekalipun belum pernah melakukan patroli tempur, yaitu melaut selama 30 hari dengan rudal nuklir yang siap digunakan. Tapi kembali lagi, apapun kesulitan yang dihadapi China dalam membangun SSBN, tetap saja kemampuan ini menakutkan. China tidak terburu-buru dalam mengoperasikan kapal-kapal selam nuklirnya dan rencananya baru pada tahun ini China akan melakukan operasi patroli tempur SSBN dengan rudal balistik JL-2.
Terakhir, jenis SSN baru Type 095 China diluncurkan pada tahun 2010 dan diharapkan akan beroperasi pada tahun depan. Sebuah 095 (kemungkinan sudah dibuat 2 unit) diketahui telah menjalani uji coba laut, tapi tidak banyak yang diketahui dari SSN baru China ini.
http://www.artileri.org

Fakta: Korut Memiliki Kapal Selam Terbanyak di Dunia

USS Georgia

Untuk membandingkan kekuatan militer negara-negara di dunia, jumlah persenjataan, personel, anggaran militer, dan faktor-faktor lainnya harus diperhitungkan. Agar lebih sederhana, kita gunakan data dari laman Global Firepower, yang merilis indeks kekuatan militer dari 106 negara berdasarkan 50 faktor, termasuk di dalamnya jumlah senjata, personel dan anggaran militer. Indeks dirilis pada April 2014.
Negara yang menempati peringkat teratas untuk total kekuatan militer tetap tidak berubah dari tahun lalu, yaitu Amerika Serikat, disusul Rusia, China dan India. Korea Utara sendiri berada di peringkat 35, jauh dibawah beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. Namun yang menarik adalah Global Firepower juga merilis daftar negara dengan kekuatan kapal selam terbanyak, yang menempati peringkat teratas ternyata Korea Utara dengan 78 kapal selam, membawahi Amerika Serikat, China dan Rusia yang masing-masing 72, 69, dan 63 kapal selam.

Indeks ini sendiri memang fokus pada kuantitas bukan pada kualitas, tidak ada perbedaan antara kapal selam bertenaga nuklir dan diesel, juga tidak memperhitungkan jenis (serang, berkemampuan nuklir, dll), dan usianya. Artinya jika sebuah negara memiliki 2 kapal selam nuklir canggih, peringkatnya akan berada di bawah negara yang memiliki 3 kapal selam diesel, meskipun kemampuan 3 kapal selam diesel tersebut kalah jauh dari kapal selam nuklir, dan bahkan merupakan kapal selam dari era Perang Dunia II. 
Negara dengan kapal selam terbanyak
Diluar negara-negara ini tidak dilaporkan memiliki kapal selam militer. (Data: Global Firepower)
Meskipun yang terbanyak, sebagian besar kapal-kapal selam Korea Utara ini dalam kondisi kritis dan layak pensiun. Sepertiganya adalah kapal selam dari Kelas Romeo, kapal selam bising yang tidak lagi diproduksi Uni Soviet sejak tahun 1961. Jangkauan tembaknya pun ditaksir hanya dikisaran empat mil, berbeda jauh dengan kapal selam canggih Amerika Serikat yang memiliki jangkauan tembak ratusan mil. Sedangkan kapal selam terbanyak yang dimiliki Korea Utara adalah kapal selam Kelas Sang-O, jumlahnya sekitar 40 unit lebih, juga sebagai kapal selam terbanyak yang dibangun oleh Korea Utara. 
http://www.artileri.org

Kamis, 18 September 2014

Kemampuan Siluman F-35 Kembali Diperdebatkan

F-35

Membengkaknya biaya dan penundaan telah menjadi perbincangan panjang banyak kritikus program pesawat tempur siluman F-35 Joint Strike Fighter. Dan sekarang muncul lagi bahan perdebatan baru karena semakin banyaknya pakar industri pertahanan yang mempertanyakan kemampuan siluman F-35 dan efeknya terhadap kemampuan peperangan elektronik (electronic warfare) Amerika Serikat.
Sejak awal pengembangannya, F-35 didesain memiliki radar cross section yang rendah, membuatnya sulit dideteksi radar musuh. Sama seperti pesawat siluman pendahulunya, seperti F-117, pesawat ini mengkombinasikan bahan khusus penyerap radar dan senjata yang dibawa secara internal (pada internal weapon bay) yang membantu mengurangi signature.
Secara teori, hal ini berarti F-35 dapat beroperasi di wilayah udara di mana terdapat ancaman tinggi senjata-senjata anti-access/area-denial (A2/AD), seperti sistem rudal permukaan ke udara. Pesawat siluman terdahulu, seperti pembom F-117 dan B-2, bisa menjadi bukti keandalan teknologi siluman pesawat-pesawat Amerika. Hanya satu pesawat siluman yang pernah ditembak jatuh dalam kurun waktu 30 tahun setelah penerbangan pertamanya.
Belum kita membahas Rusia, musuh potensial AS seperti China saja terus meningkatkan kemampuan A2/AD mereka dengan mengembangkan sistem radar baru yang mampu mendeteksi pesawat siluman. Rahasia teknologi pesawat siluman AS juga telah bocor karena aktivitas spionase. Pada tahun 2011 lalu, Noshir Gowadia, salah satu desainer dari pembom B-2, dihukum karena memberikan informasi rahasia teknologi pesawat B-2 ke China dan beberapa negara lain.
Jadi, tidak hanya negara seperti China yang telah meng-upgrade sistem radar mereka, selanjutnya mereka juga akan tahu bagaimana cara mengeliminasi keunggulan yang dimiliki sebuah pesawat siluman.
Melindungi Pesawat Non-siluman dengan Teknologi Jamming
Sistem radar yang terus dikembangkan oleh negara lain juga menjadi kabar buruk bagi pesawat-pesawat tempur "teknologi lama" Amerika saat ini, seperti F-15, F-16 dan F/A-18, yang karakteristik silumannya sangat terbatas. Tanki bahan bakar eksternal (external fuel tank), senjata yang dibawa di luar bodi, dan minimnya bahan penyerap radar membuat pesawat-pesawat ini mudah terdeteksi radar, dengan demikian rentan beroperasi di daerah A2/AD.
Biasanya, jika pesawat-pesawat ini beroperasi di wilayah dimana dikerahkan senjata-senjata A2/AD, mereka akan dibantu oleh pesawat yang memiliki kemampuan jamming elektronik. Misalnya untuk melindungi misi armada pesawat F/A-18, Angkatan Laut AS (US Navy) juga menerbangkan pesawat electronic warfare (EW) Boeing EA-18G Growler yang dilengkapi dengan peralatan jamming radar canggih.
F-35 memiliki kemampuan EW sendiri dalam bentuk sistem radar AN/APG-81 active electronically scanned array (AESA) hasil rancangan Northrop Grumman. Para pendukung program F-35 mengatakan bahwa pesawat jamming lainnya (seperti Growler) tidak diperlukan lagi dalam membantu misi F-35. Hal ini karena F-35 dinilai sudah mampu memancarkan frekuensi yang dapat membingungkan dan menonaktifkan sistem rudal anti pesawat canggih milik Rusia seperti S-400 yang menggunakan radar untuk mengunci pesawat musuh.
Meski demikian, beberapa tokoh di US Navy dan industri pertahanan Amerika mengatakan bahwa kemampuan siluman dan EW dari F-35 tidaklah cukup.

Pada Maret lalu, Laksamana Michael Manazir, US Navy director of air warfare, mengatakan kepada wartawan bahwa pancaran frekuensi dari Growler masih lebih unggul daripada F-35, menjadikan pesawat ini sebagai senjata EW yang terbaik. Menurutnya, skenario operasi yang lebih realistis dan efektif adalah: " Growler mendukung misi F-35 dalam peran saling melengkapi."
Ini hanyalah salah satu dari sekian banyak pengakuan bahwa US Navy tidak merasa 'nyaman' dengan kemampuan F-35 untuk beroperasi di wilayah dengan A2/AD. Sehingga pada bulan yang sama juga terungkap bahwa US Navy memprioritaskan penambahan 22 unit Growler dari dana anggaran tahun 2015, dengan biaya sekitar USD 2,14 miliar. Laksamana Jonathan Greenert, US Navy Chief of Naval Operations, mengatakan bahwa ia melihat adanya kebutuhan yang semakin meningkat untuk pesawat Growler.
Kemampuan Dipertanyakan, Pembatalan F-35?
US Navy menilai penambahan pesawat Growler merupakan solusi dari kurang "bermutunya" progam F-35 - yang secara historis mendapat sambutan hangat dari beberapa unit militer AS lainnya.
Dan pernyataan "lemahnya" kemampuan F-35 dalam menembus sistem pertahanan udara canggih tidak hanya muncul dari US Navy. Pada bulan Mei lalu sebuah artikel dari Air & Space Power Journal, seorang perwira senior Angkatan Udara AS (USAF) mempertanyakan kemampuan F-35 dan mengatakan bahwa sudah ada cukup alasan untuk membatalkan program F-35.
"Meskipun seandainya ada dana yang tidak terbatas, masih ada cukup alasan untuk mengakhiri program F-35," tulis Kolonel Michael W. Pietrucha. "Kita berasumsi mengenai lingkungan operasional, yang dibuat lebih dari satu dekade lalu, sudah tidak sesuai dengan realitas saat ini... Misi dari pesawat -untuk menembus sistem pertahanan udara canggih dan menjatuhkan amunisi precision-guide pada target penting musuh- (dengan mengandalkan fitur siluman) sudah dipertanyakan keefektifannya," jelas Pietrucha.
Jalan alternatifnya, menurut Pietrucha, USAF menstop program F-35. Sebaliknya, USAF akan mempertahankan F-35 yang ada dan mengupgrade airframe pesawat-pesawat generasi sebelumnya dengan teknologi generasi kelima.
Seperti halnya US Navy dengan pesawat Growler-nya, Pietrucha mengatakan bahwa USAF juga harus membangun kembali armada pesawat EW, yang telah menurun drastis sejak dipensiunkannya pesawat EF-111G dan F-4G dua puluh tahun silam.
Boeing Akan Terus Produksi Growler?
Analisis Pietrucha ini tentu saja tidak mengenakkan Lockheed Martin, pengembang F-35 yang juga merupakan saingan Boeing. Bukan rahasia lagi bahwa di belakang layar Boeing gencar melobi pejabat pertahanan AS untuk menjaga produksi F/A-18 hingga melampaui tahun 2016 dan pesanan untuk 50-100 unit lebih pesawat Growler.
Tapi Boeing harus sangat berhati-hati dalam menginvestasikan dana untuk pesawat Growler, kata Amy Butler, seorang editor di Aviation Week.
"Perusahaan (Boeing) harus membuat bukti kuat bahwa tanpa Growler yang banyak, pesawat siluman dari armada Pentagon akan rentan terhadap sistem pertahanan udara," katanya. Sebagai argumen tajam dan menantang bagi Boeing.
"Dan pelanggan F-35 tentu akan kecewa dengan investasi mereka yang miliaran dolar pada F-35, yang ternyata rentan pada sistem pertahanan udara yang nilai investasinya relatif kecil," tegas Amy.
Pada tingkat produksi saat ini, Super Hornet dan Growler di lini produksi Boeing di St Louis, Missouri, akan menghentikan produksinya pada kuartal ketiga di tahun 2016. Menurut Boeing, program ini telah menciptakan 60.000 pekerjaan di AS dan menyumbangkan USD 3 miliar untuk ekonomi tahunan.
Pada Mei lalu, Boeing merayakan pengiriman Growler yang ke seratus untuk US Navy, sebuah tonggak sejarah untuk program Growler. Pada apa yang mungkin menjadi acuan terkait pembengkakan biaya dan penundaan F-35, Kapten Frank Morley, manajer program F/A-18 dan EA-18G US Navy mengatakan bahwa progam untuk Growler akan tetap pada jalurnya.
"US Navy membutuhkan 50-100 pesawat (Growler) lagi untuk memenuhi kebutuhan di masa depan," jelas Morley.
Dilema Antara Growler dan F-35
Pejabat Pentagon berada dalam posisi yang dilema. Jika Pentagon ingin berinvestasi lebih pada pesawat EW - seperti Growler -, berarti menandakan kurangnya 'iman' mereka pada kemampuan F-35 dalam menembus wilayah dengan sistem pertahanan udara. Sebaliknya, jika tidak berinvestasi untuk menambah kemampuan EW, hidup pada pilot F-35 bisa berisiko dengan semakin canggihnya senjata-senjata A2/AD di negara-negara seperti China.
Pengandangan yang kesekian kalinya dari seluruh F-35 pada awal Juli lalu, setelah mesin F-35A USAF terbakar, tidak akan menyelesaikan masalah. Risiko teknis masih menjadi faktor utama dalam program F-35, sementara itu keraguan F-35 untuk beroperasi di wilayah A2/AD tidak mungkin mempengaruhi jadwal pengiriman, membuat peran dasar F-35 sebagai pesawat tempur siluman generasi kelima dipertanyakan. (Grant Turnbull from Air Force Technology)
http://www.artileri.org

Inggris Upgrade 59 Tornado GR4

Tornado GR4 RAF
Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) berencana menyelesaikan upgrade teknologi 59 pesawat tempur Tornado GR4 pada tahun 2016, sebagai bagian dari rencana modernisasi untuk menjaga Tornado tetap relevan sampai F-35 JSF dan Eurofighter Typhoon datang, kata seorang pejabat RAF saat Farnborough International Airshow di Inggris.
Pekerjaan upgrade akan melengkapi Tornado dengan senjata presisi, peningkatan sistem pertukaran data dan teknologi komunikasi yang aman, kata Dave Waddington, Tornado Force Commander, RAF, dilansir laman Flight Global.

Meskipun saat ini sudah ada delapan pesawat Tornado upgrade (baru-baru ini bertugas di Afghanistan), RAF berencana meng-upgrade lebih banyak lagi agar relevan hingga awal 2019, dimana saat itu F-35 dan Eurofighter Typhoon RAF sudah banyak, kata Waddington.
Waddington mengatakan bahwa Tornado akan pensiun pada 2019, kecuali Departemen Pertahanan mengkaji ulang. 

"Masa depan Angkatan Udara Kerajaan Inggris adalah F-35 dan Typhoon," kata Waddington. "Tapi (Tornado) tetap penting untuk RAF. (Upgrade) Ini akan memastikan Tornado tetap relevan."  
Enam Tornado pertama selesai di-upgrade pada bulan Maret tahun lalu dan RAF menginginkan upgrade 59 Tornado selesai pada bulan Maret 2016.
Tornado GR4 adalah pesawat tempur dua kursi yang telah dioperasikan selama lebih dari 30 tahun dan terakhir diproduksi pada tahun 1998. Pesawat dengan panjang 17 meter itu bisa terbang dengan kecepatan Mach 1,3 (1.592 km/jam) dan ketinggian 50.000 kaki (15,2 km).

Selain itu, Tornado dapat terbang secara otomatis jika visi kabur akibat cuaca buruk dengan menggunakan radar yang penyisir medan, kata pejabat RAF.
Tornado GR4 RAF

Tornado GR4 RAF

Upgrade senjata presisi akan membuat Tornado mampu menembakkan Paveway IV, bom pandu laser dan GPS buatan Raytheon.

"Kemampuan bom presisi merupakan kunci Tornado. Ini akan memberikan kita kemampuan untuk menyerang target dengan presisi yang diinginkan. (Tapi) Ini bukan hanya tentang senjata itu sendiri, elemen kuncinya adalah integrasi," Waddington menjelaskan.

Komunikasi radio yang aman juga merupakan bagian integral dari upgrade yang akan memungkinkan awak Tornado berkomunikasi secara aman satu sama lain atau dengan pasukan sekutu.

"Ini akan memberikan kita kemampuan untuk berkomunikasi secara aman dengan sekutu kami, dan anti jamming," tambahnya.
Sistem pertukaran data digital yang disebut "Link 16" juga merupakan bagian dari upgrade Tornado, yang memungkinkan awak Tornado berbagi informasi tempur yang relevan seperti data penargetan. Link 16 adalah sistem yang juga paling banyak digunakan pesawat AS.

"(Sistem) Komunikasi yang aman akan memungkinkan awak udara berkomunikasi dengan forward air controllers dan tactical air controller di darat dalam cara yang dapat diandalkan, artinya ketika mereka sudah sampai disana (tujuan) mereka sudah tahu yang harus dilakukan tanpa perlu (menunggu) menghabiskan waktu 10 atau 15 menit untuk memahami lokasi target atau situasi medan," Waddington menjelaskan.

Jika medan sudah dipahami dengan cepat, maka kru Tornado dapat lebih cepat dalam menyebarkan kekuatan apapun yang diperlukan, tentunya dengan cara yang aman dan berhati-hati untuk menghindari serangan terhadap kawan, Waddington menambahkan.

Gambar: USAF 
 http://www.artileri.org

Pesawat Tempur Siluman Baru Jepang Resmi Diluncurkan

http://www.artileri.org/2014/07/pesawat-tempur-siluman-jepang-diluncurkan.html
Bulan lalu, muncul gambar beresolusi rendah dari prototipe pertama Advanced Technology Demonstrator-X (ATD-X), pesawat tempur siluman buatan Jepang yang akan berperan penting dalam pertahanan udara Jepang, menggantikan Mitsubishi F-2 yang tidak lagi muda.
Foto-foto resmi dari ATD-X (nomor seri 51-0001) dirilis pada 12 Juli kemarin oleh Defense Technical Research and Development Institute (TRDI) Kementerian Pertahanan Jepang, yaitu lembaga dari Departemen Pertahanan Jepang yang mengembangkan ATD-X.
Memang, ATD-X hanyalah pesawat awal, dan sesuai dengan namanya "Technology Demonstrator," ATD-X dikembangkan oleh TRDI sebagai demonstrator teknologi untuk mengembangkan pesawat tempur berikutnya (generasi keenam) yang lebih canggih, yaitu F-3. Mitsubishi ATD-X Shinshin ("Shinshin" bukan nama resmi) sendiri kemungkinan akan terbang pada tahun ini.
Dari data-data yang beredar, ATD-X dilengkapi dengan 3D thrust vectoring. Thrust (dorongan) dikontrol dari 3 paddle pada setiap nozel mesin yang mirip dengan sistem yang digunakan pada Rockwell X-31 (pesawat eksperimen AS), sementara mesin axis-symmetric thrust vectoring saat ini masih dikembangkan untuk ATD-X seri produksi. Prototipe ATD-X saat ini berukuran jauh lebih kecil dari ATD-X yang akan diproduksi.
Fitur lainnya adalah sistem kontrol penerbangan fly-by-optics, penggantian kabel dengan serat optik yang membuat transfer data lebih cepat dan lebih kebal terhadap gangguan elektromagnetik.

Untuk radar, yang akan digunakan adalah active electronically scanned array (AESA) yang disebut "Multifunction RF Sensor," yang diklaim memiliki kecerdasan spektrum luas, kemampuan electronic countermeasures (ECM), electronic support measures (ESM), dan sebagai fungsi komunikasi.

Fitur yang lebih jauh adalah yang disebut "Self Repairing Flight Control Capability" yang membuat ATD-X mampu mendeteksi kegagalan atau kerusakan secara otomatis. Sedangkan untuk karakteristik fitur silumannya sendiri masih belum terungkap.

Keputusan pengembangan proyek multi milyar yen ini diambil pada tahun 2007. Disebut-sebut, pengembangan ATD-X dipicu karena Kongres AS yang tidak meluluskan niat Jepang untuk membeli F-22 Raptor.
Gambar: mod.go.jp
 http://www.artileri.org

Senin, 15 September 2014

5 Senjata NATO yang Patut Ditakuti Rusia

Seandainya terjadi perang antara NATO dan Rusia, karena konflik di Ukraina atau konflik lainnya, perhatian semua orang akan fokus untuk membandingkan kekuatan tempur AS dibandingkan Rusia. Tapi tunggu dulu, Amerika memang anggota NATO tapi Amerika tidak berada di benua Eropa. Diluar keikutsertaan Amerika dalam perang NATO-Rusia, dibawah ini adalah 5 senjata NATO yang patut dikhawatirkan Rusia, yang diungkapkan oleh laman National Interest:
Tank Chalenger 2
Tank Chalenger 2. Gambar: Cpl Kellie Williams, RLC/MOD/Wiki
Tank Challenger 2 Inggris

Menjadi tulang punggung kekuatan tank Inggris, Challenger 2 akan berada di garis depan ketika terjadi konflik NATO dengan Rusia.

Bodi Tank Challenger 2 terlindungi dengan Dorchester (sebutan lain untuk lapis baja komposit Chobham), dan dipersenjatai dengan meriam 120 mm. Tank ini memiliki kecepatan off-road sekitar 40,2 km per jam.

Mengingat tank-tank modern saat ini belum pernah berhadapan langsung di medan tempur, namun analis menilai Challenger 2 merupakan tank terbaik untuk menghadapi tank-tank Rusia. Dengan bobot di kisaran 63 ton, Challenger 2 masih lebih berbobot dibandingkan tank T-72 Rusia yang 40-50 ton, termasuk T-72B3 dan T-90.

Bobot yang unggul memang belum menunjukan Challenger 2 unggul atas tank Rusia dalam hal kinerja tempur. Tapi yang jelas ketika sudah saatnya berhadapan, tank Rusia berarti akan menghadapi tank tempur utama yang memiliki lapis baja dan persenjataan yang canggih.

Tapi seperti biasa, musuh terbesar militer Inggris adalah dari dalam negeri. Pada tahun 2010 lalu, kebijakan pemotongan anggaran pertahanan telah memaksa Inggris memangkas 40% armada tanknya, menempatkan Inggris kini hanya memiliki 227 tank Challenger 2. Rencana Inggris untuk mengupgrade dan memperpanjang usia pakai Challenger 2, termasuk mengganti meriamnya dengan smoothbore, kini menguap di udara. Rusia mungkin akan berhadapan dengan tank-tank mematikan Inggris ini, tapi tentunya dengan jumlah yang tidak besar.
Kapal selam Tipe 212 Jerman
Kapal selam Tipe 212 Jerman. Gambar: Radiculus/Wiki
Kapal selam Tipe 212 Jerman

Jika terjadi perang antara NATO dan Rusia, Angkatan Laut Rusia akan berhadapan dengan kapal selam ultra-quiet Tipe 212 Jerman. Tipe 212 juga dimiliki oleh Angkatan Laut Italia dengan nama Todaro.

Tipe 212 yang berbobot benaman 1.830 ton (saat menyelam), dilengkapi dengan sistem air-independent propulsion (AIP) yang memungkinkannya untuk tetap menyelam dalam waktu yang lama. Sementara kapal selam U-Boat Jerman saat Perang Dunia II berjalan lambat ketika menyelam, Tipe 212 bisa berjalan dengan kecepatan 37 km per jam.

Tipe 212 dipersenjatai dengan torpedo DM2A4 wire-guided, serta torpedo Blackshark dan WASS A184 Mod.3. Tipe 212 juga direncanakan akan dilengkapi dengan rudal IDAS (pengembangan dari rudal IRIS-T), yang ditembakkan dari tabung torpedonya untuk memukul target di udara, darat dan laut. Kapal selam Tipe 212 akan menjadi salah satu senjata NATO yang harus diperhitungkan Rusia.
Eurofighter Typhoon
Eurofighter Typhoon. Gambar: Ronnie Macdonald/Wiki
Eurofighter Typhoon

Berbicara tentang perbandingan kekuatan tempur udara NATO dan Rusia pasti akan mengarah ke pernyataan "F-22 akan berhadapan dengan Su-35." Namun, karena hanya AS yang menggunakan F-22, pilot Rusia tampaknya lebih mungkin akan berhadapan dengan jet tempur Typhoon, bukan Raptor.

Typhoon saat ini digunakan oleh Angkatan Udara Inggris, Jerman, Italia dan Spanyol. Inggris dan Jerman merupakan anggota NATO yang lebih mungkin menghadapi Rusia di Eropa Timur. Meskipun bukan jet tempur siluman seperti Raptor, namun Typhoon dinilai lebih "dogfighter" ketimbang F-22.

Bersenjatakan kanon 27 mm dan berbagai rudal, seperti Sidewinder, AMRAAM dan Meteor untuk pertempuran udara-ke-udara, dan rudal Taurus dan Storm Shadow untuk target di darat, Typhoon menjadi lawan yang harus dikhawatirkan Rusia. Mengingat Su-35 Rusia adalah jet tempur "super manuver," pertempurannya dengan Typhoon akan menarik.
Eurocopter Tiger
Eurocopter Tiger. Gambar: Arnaud Lambert/Wiki
Eurocopter Tiger

Kecil, dan bobotnya hanya sekitar 60% dari helikopter AH-64 Apache AS, Eurocopter Tiger adalah hasil pengembangan bersama Perancis-Jerman yang mulai dioperasikan pada tahun 1991. Helikopter serang ini digunakan oleh Perancis, Jerman, Italia dan Australia.

Dengan kecepatan sekitar 290 km per jam, berbagai versi helikopter Tiger dipersenjatai dengan rudal anti tank Hellfire, Spike, PARS 3 and HOT 3, rudal udara ke udara Mistral dan roket Hydra 70 dan SNEB untuk serangan ke darat.

Tiger telah terjun dalam beberapa pertempuran terbatas selama operasi Perancis dan Jerman di Afghanistan dan Libya. Ketika perang NATO dan Rusia terjadi, Tiger patut dikhawatirkan armada tank Rusia.
Rudal Spike Israel

Mengapa rudal Israel ini masuk dalam kategori senjata NATO yang mematikan? Tidak lain karena rudal Spike digunakan oleh banyak anggota NATO, seperti Belgia, Inggris, Kroasia, Jerman, Italia, Belanda, Polandia, Portugal, Slovenia, dan Spanyol.

Spike yang bisa diluncurkan dari helikopter dan man portable ini adalah rudal anti tank fiber-optic wire-guided berhulu ledak tandem dengan dua shaped charges, yang pertama akan meledakkan lapis baja reaktif pada tank, dan kemudian menembus baju besi tank. Tersedia dalam berbagai versi, jarak pendek, menengah dan jarak jauh. Spike dapat menghantam target pada jarak 800 m hingga 8 km.
http://www.artileri.org

Rusia Siap Ekspor Rudal Iskander ke Negara Manapun

Sistem rudal Iskander-M
Sistem rudal balistik Iskander-E siap untuk diekspor, menunggu keputusan otoritas negara Rusia, Valery Varlamov, kepala delegasi Rusia dalam pameran pertahanan MILEX 2014 di Minsk, Belarus, mengatakan kepada RIA Novosti, Kamis, 10 Juni 2014.

"Iskander-E (Kode NATO: SS-26 Stone) siap dikirimkan ke negara lain, juga (sistem rudal pertahanan udara) S-400 Triumph (Kode NATO: SA-21 Growler), tapi otoritas negara harus menyetujuinya terlebih dahulu," kata Varlamov kepada RIA Novosti.

Delegasi Rusia ini mengatakan bahwa negaranya siap mengirimkan sistem rudal balistik Iskander-E untuk negara manapun, tentunya jika ada keputusan seperti dari presiden atau pemerintah.

Beberapa tahun lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa sistem rudal pertahanan udara S-400 hanya akan diproduksi untuk kepentingan Rusia. Bahkan seandainya mitra Rusia seperti Belarus dan Kazakhstan menginginkannya, baru bisa menerimanya setelah sistem rudal S-400 melengkapi Rusia, kata Kementerian Pertahanan.

"Selama ini memang belum ada pernyataan di depan publik terkait kemungkinan penjualan sistem rudal Iskander ke negara lain, tetapi dalam prakteknya situasi sama," ujar seorang sumber di kompleks industri militer Rusia mengatakan kepada RIA Novosti.
Iskander adalah salah satu sistem rudal serang yang paling kuat di negara itu, digunakan oleh Angkatan Darat Rusia. Rudal Iskander berkemampuan nuklir dan mampu melibatkan berbagai target seperti unit militer dan pusat-pusat komando bawah tanah musuh.

Peluncuran rudal Iskander

Sistem rudal Iskander berhasil diujicoba pada tahun 2007. Angkatan Darat Rusia saat ini menggunakan sistem rudal Iskander varian M dan K. Sedangkan Iskander-E adalah versi ekspor, dengan hanya satu roket pada peluncur rudal balistiknya, bukan dua, dan jaraknya hingga 280 km (Iskander-M berjangkauan 400 km). Iskander-E berdimensi panjang panjang 7,3 m, diameter 0,92 m, bobot 3,8 ton dan kecepatan 2.100 m/detik.
Rudal Iskander juga dibekali kemampuan untuk menarget ulang targetnya selama penerbangannya, sehingga memungkinkan baginya untuk menyerang target-target bergerak (termasuk kapal). Iskander juga dibekali teknik manuver mengelak yang membuatnya sulit ditargetkan sistem-sistem pertahanan rudal musuh.
Rudal Iskander-E mampu membawa hulu ledak hingga 700 kg dari beberapa varietas, dan memiliki probabilitas kesalahan (melingkar) hanya sekitar lima meter. Senjata yang mematikan untuk lapangan udara, titik-titik logistik, dan infrastruktur. Laman nationalinterest.org sendiri dalam sebuah artikelnya menempatkan rudal Iskander sebagai satu dari lima senjata Rusia yang patut ditakuti oleh NATO.

Gambar: englishrussia.com
 http://www.artileri.org

Rusia Berhasil Uji Coba Rudal S-500

Rudal S-400
Rusia berhasil melakukan uji peluncuran rudal pencegat jarak jauh yang akan menjadi bagian dari sistem rudal pertahanan udara baru generasi kelima "S-500," kantor berita Rusia ITAR-TASS melaporkan Senin, 7 Juni 2014.

ITAR-TASS mengutip pernyataan seorang sumber anonim di Kompleks Industri dan Pertahanan Rusia, mengatakan bahwa peluncuran dilakukan pada akhir Juni.

"Semua tujuan dan tugas yang ditetapkan dalam even ini terpenuhi sepenuhnya," kata sumber anonim seperti dikutip ITAR-TASS.

Sebagai bagian dari program modernisasi pertahanan Rusia yang sudah didanai sampai tahun 2020, gabungan perusahaan pertahanan Rusia, Almaz-Antey, saat ini sedang mengembangkan sistem rudal pertahanan udara generasi baru S-500.
S-500 dikembangkan untuk melampaui kemampuan sistem rudal pertahan udara S-400 Triumph (rival dari sistem pertahanan rudal AS "RAS-3" - model terbaru dari sistem rudal pertahanan udara Patriot) yang saat ini sudah digunakan militer Rusia. S-500 sendiri bukanlah merupakan upgrade dari S-400, dan S-500 akan disebarkan bersama S-400.

Dengan perkiraan jangkauan deteksi 600 km, sistem rudal permukaan ke udara ini dirancang untuk mendeteksi dan mencegat sepuluh target aerodinamis dan rudal balistik antarbenua secara simultan yang terbang dengan kecepatan tujuh kilometer perdetik di ketinggian berapapun (beberapa laporan menyebutkan hingga 400 km). Selain itu S-500 juga dirancang untuk mencegat rudal jelajah hipersonik, dan sebagai senjata pertahanan dari pesawat airborne early warning and control, airborne warning and control system, dan jamming.
Sebelumnya, seorang pejabat tinggi di Kementerian Pertahan Rusia mengatakan bahwa S-500 akan mulai diproduksi selambat-lambatnya tahun depan, dan pada laporan lain disebutkan bahwa S-500 akan mulai disebarkan pasukan pertahanan udara Rusia mulai tahun 2017.
http://www.artileri.org

Kamis, 11 September 2014

Artileri: KMW Jerman Luncurkan BOXER dengan AGM

Pada Eurosatory 2014 lalu di Paris, perusahaan pertahanan Jerman KMW (Krauss-Maffei Wegmann) menampilkan teknologi terbaru sistem artileri AGM (Artillery Gun Module) beroda, yaitu sebuah kendaraan lapis baja multiperan (MRAV) ARTEC BOXER yang dilengkapi turet remot kontrol dengan meriam kaliber 155 mm.
AGM dipasang pada BOXER
AGM dipasang pada MRAV ARTEC BOXER, yang ditampilkan KMW di Eurosatory 2014 (Gambar: Shephardmedia)
BOXER adalah kendaraan tempur lapis baja 8x8 yang diproduksi oleh ARTEC GmbH (ARmoured vehicle TEChnology) Industrial Group (Jerman-Belanda). BOXER saat ini digunakan oleh Angkatan Darat Jerman dan Belanda.

Sebelumnya, meriam kaliber 155 mm ini juga dipasang pada Howitzer PzH 2000 (Panzerhaubitze 2000) yang saat ini digunakan oleh Angkatan Darat Jerman dan negara-negara NATO lainnya.

Artillery Gun Module hasil rancang KMW ini adalah sistem artileri yang sepenuhnya otomatis, dengan remot kontrol dan nir awak. AGM pada BOXER ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari PzH 2000.

PZH 2000 dan ARTEC BOXER
Pzh 200 (kiri) dan BOXER (kanan)
AGM tidak hanya menawarkan kekuatan dan keotomatisan dari PzH 2000, tapi juga memungkinkannya untuk diintegrasikan pada seluruh turet kendaraan militer yang cocok. Integrasi tidak hanya bisa diterapkan pada kendaraan roda track, tapi juga bisa untuk kendaraan beroda seperti saat ini. Dengan begitu, akan memberikan jangkauan penyebaran yang lebih jauh dan mobilitas yang tinggi.

AGM dilengkapi dengan sistem kontrol proyektil otomatis (terkomputerisasi) dan bertenaga listrik untuk proses loading dan unloading amunisi dari magazin. AGM BOXER ini dapat membawa 30 proyektil 155 mm, dioperasikan oleh dua orang kru (komandan dan pengemudi) dan siap menembak kemudian meninggalkan posisi hanya dalam waktu kurang dari 30 detik. Jangkauannya maksimumnya adalah 40 km.
 http://www.artileri.org

Myanmar Berencana Produksi Sendiri Pesawat Tempur JF-17 Thunder

JF-17 Thunder
Myanmar akan membeli pesawat tempur multiperan JF-17 Thunder buatan China-Pakistan untuk meningkatkan kekuatan tempur udaranya, menurut laporan media lokal Myanmar.

Menurut Burma Times, Myanmar juga berniat membeli lisensi untuk memproduksi sendiri pesawat tempur JF-17, yang disebut di China sebagai FC-1 Xiaolong. Jika laporan itu benar, maka akan menjadikan Myanmar sebagai satu-satunya negara pengimpor pesawat tempur ini. Saat ini, hanya Angkatan Udara Pakistan yang mengoperasikan JF-17 (54 unit termasuk 6 prototipe) dan dilaporkan Islamabad saat ini juga sedang dalam proses pengembangan untuk mengupgrade pesawat tempur tersebut.

Meskipun kebenaran laporan ini belum dikonfirmasi oleh pemerintah Myanmar, namun pembelian ini sangat masuk akal mengingat Myanmar sejak dulu dan saat ini banyak mengoperasikan pesawat buatan China. Sebut saja 21 pesawat serangan darat NAMC A-5C, 24 interseptor Chengdu F-7M Airguard, 6 pesawat latih Chengdu FT-7S Airguard dan 4 pesawat angkut medium Y-8. Negara Asia Tenggara ini juga membeli 11 UAV Sky 02A dari China, dan 24 unit lainnya dibangun sendiri oleh Myanmar dengan nama Yellow Cat A2.

Selain itu, Myanmar juga mengoperasikan 12 unit (30 lainnya dalam order) pesawat latih tempur Karakorum-8 (JiaoLian-8), yang juga diproduksi bersama oleh China dan Pakistan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa kontrak pembelian untuk K-8 juga termasuk lisensi untuk memproduksi komponen di dalam negeri. Beberapa tahun lalu Myanmar juga dikabarkan mempertimbangkan pembelian JF-17 sebelum akhirnya memutuskan membeli pesawat tempur MiG-29 dari Rusia.

Laporan Burma Times mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pesawat-pesawat Myanmar mengalami masalah serius terkait kurangnya pemeliharaan, suku cadang dan teknisi yang terlatih. Tony David, seorang analis dari Jane mengatakan bahwa minimnya pengalaman, kurangnya pemeliharaan dan minimnya koordinasi unit darat dan udara telah membatasi efektivitas operasional Angkatan Udara Myanmar. Jadi pembelian JF-17 beserta teknologinya akan masuk akal bagi Myanmar.
Selain untuk meningkatkan kekuatan tempur udaranya, analis menilai pembelian JF-17 juga akan membantu Myanmar menjaga paritas negara tetangga Bangladesh, yang mana kekuatan tempur udara Bangladesh akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang dengan pembelian pesawat dari Rusia dan China. Bangladesh sebelumnya juga dilaporkan telah menolak penawaran JF-17.

JF-17 adalah pesawat tempur ringan bermesin tunggal yang dapat dipersenjatai dengan berbagai bom dan rudal termasuk rudal PL-5EII, PL-9C, PL-12 AAM, dan C-802A, bom (penggunaan umum), dan amunisi laser guided. Persenjataan standar yang melengkapi JF-17 adalah meriam GSH-23-2 23 mm dua laras atau kaliber 30 mm dari versi yang sama.

Perangkat avionik terdiri dari DEEC electronic warfare suite, NRIET KLJ-7 multi-mode fire control radar, night vision goggles yang kompatibel dengan kaca kokpit, helmet mounted sights (HMS) dan externally mounted pods seperti KG-300G self-protection radar jamming pod dan WMD-7 day/night targeting pod.

Mesin Rusia RD-93 memberikan JF-17 kecepatan maksimum hingga Mach 1,6, radius tempur hingga 1.352 km, jangkauan penerbangan feri sejauh 3.482 km dan service ceiling 16.920 m dengan bobot maksimum saat lepas landas 12.383 kg.
Laporan Burma Times tidak mengonfirmasi JF-17 apa yang akan dibeli oleh Myanmar, apakah Block I atau Block II, yang masing-masing seharga USD 20 juta dan USD 25 juta.

Jika jadi, pembelian Myanmar atas JF-17 ini akan menjadi keuntungan besar bagi China dan Pakistan. Kedua negara ini telah mencoba memasarkannya, tetapi hingga kini belum ada negara yang bersedia membelinya. Seperti laporan Artileri pada 2013 lalu, Pakistan mengatakan bahwa akan mulai mengekspor JF-17 pada tahun 2014. Perkiraan ekspornya adalah 5-7 unit dengan sasaran (telah terjadi penawaran dan dialog) kepada Sri Lanka, Kuwait, Qatar dan negara-negara sahabat lainnya.
Selain pesawat buatan China, Myanmar saat ini mengoperasikan 31 unit varian pesawat tempur MiG yang terdiri dari 20 MiG-29B, 6 MiG-29SE dan 5 MiG-29UB, 4 unit pesawat latih tempur Soko G-4 Super Galeb buatan Serbia, 26 pesawat latih dan pembom ringan Pilatus dari Swiss, 9 helikopter serang Mi-35 dan lebih dari 90 helikopter transportasi dan utilitas.
Gambar: Peng Chen
 http://www.artileri.org