Beberapa hari yang lalu Indonesia kedatangan dua tank Leopard jenis Revolution
atau disingkat Ri. Sebelumnya kita lebih mengenal tank Leopard varian
2, yaitu 2A4, 2A5 dan yang terbaru 2A6. Lalu yang mana pula Leopard
Revolution ini, dan apa kelebihannya sehingga harganya jauh lebih mahal
dari Tank Leopard varian 2?.
Leopard Revolution atau Ri adalah salah satu varian terbaru yang merupakan pengembangan dari Leopard 2A4. Tank ini diproduksi oleh pabrik persenjataan berat Jerman, Rheinmetall. Leopard Revolution pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010, dan menurut analis militer tank ini juga sering disebut sebagai Leopard 2A4 Evolution. Leopard 2A4 sendiri adalah salah satu varian Leopard 2 yang paling banyak diproduksi dan dipakai di banyak negara dalam jumlah besar.
Dari segi harga, Leopard Revolution jauh lebih mahal dari varian 2A4 yaitu AS$1,7 juta per unit, atau kalau dirupiahkan senilai 16,3 miliar rupiah per unit. Sementara varian 2A4 harganya "hanya" AS$700 ribu atau 6,7 miliar per unit.
Kemampuan
Dari segi tampilan, memang ada perbedaan di antara kedua tank yang memang "bersaudara" ini. Yang paling jelas terlihat perbedaannya adalah pada turret (kubah) meriamnya. Leopard Revolution memiliki turret meriam yang sisinya bersudut miring dan tajam, sementara 2A4 turretnya berbentuk kotak. “Visi dan misi” kedua varian ini pun berbeda.
Sang pendahulu yaitu Leopard 2A4 yang dikembangkan di era 1980-an mengangkat konsep peperangan kala itu yaitu perang terbuka melawan Blok Timur Uni Soviet di medan terbuka. Sementara Leopard Revolution sebagai generasi tahun 2000 dirancang untuk diterjunkan pada peperangan yang pada praktiknya justru paling banyak dijalani negara-negara Barat saat ini yaitu perang gerilya dan perang kota, seperti yang dihadapi pasukan NATO di Afghanistan dan belajar dari apa yang dialami pasukan AS dan Inggris di Irak - Pada perang Teluk I, Irak memenangi perang kota walaupun harus menghadapi musuh yang besar yaitu AS dan Inggris berikut koalisinya-.
Pengembangan paling nyata dari Revolution adalah pada perangkat proteksinya, yang menggunakan lapisan komposit Advanced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan pelindung ini terdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy, yang diklaim memberikan kemampuan perlindungan yang jauh lebih baik. Karena sifatnya yang modular alias bisa dibongkar pasang, pengguna bisa memilih variasi kemampuan proteksi sesuai kebutuhan, seperti untuk menangkal granat berpeluncur roket (RPG) atau untuk peledak improvisasi (IED).
Dengan sifat modularnya itu pula, seandainya lapisan proteksi itu rusak dihajar serangan musuh, perangkat itu bisa dibongkar untuk diganti baru. Dengan tambahan lapisan proteksi itu, ada konsekuensinya yaitu bobot tank yang bertambah hingga menjadi lebih kurang 60 ton, dibandingkan varian 2A4 yang sekitar 57 ton.
Persenjataan
Sebagai senjata utama, Revolution menggunakan meriam yang sama dengan 2A4 yaitu meriam L44 smoothbore kaliber 120 mm. Meriam ini bisa menggunakan semua varian peluru standar NATO, dan tank ini mampu membawa amunisi sebanyak 42 butir. 15 peluru sudah dalam kondisi siap tembak tersimpan di kubah meriam (otomatis reload), sementara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi.
Untuk tambahan daya gempur dan pertahanan diri ringan, tank yang diawaki 4 orang ini juga dilengkapi senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang dioperasikan dengan remot kontrol sehingga awak tank tak perlu muncul keluar untuk mengoperasikannya. Sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 juga terpasang sejajar dengan meriam.
Untuk menjawab keraguan bahwa meriam bermodel smoothbore alias bagian dalam larasnya licin itu akurasinya di bawah meriam rifled bore atau laras berulir, Rheinmetall memasang sistem kendali penembakan yang lebih modern, yang mampu menjamin ketepatan menembak pada kesempatan pertama.
Mesin
Dari segi mesin, Revolution tetap menggunakan tipe mesin yang sama dengan 2A4 yaitu mesin diesel turbocharge MTU MB837 Ka501 yang berkekuatan 1.500 hp (tenaga kuda), yang membuatnya bisa mencapai kecepatan hingga 72 km per jam di medan yang rata.
Dengan hadirnya tank Leopard dari Jerman dalam tubuh TNI AD, otomatis kekuatan tempur TNI AD makin berotot. Maksudnya bukan sekarang, sekarang kan baru ada dua unit, tapi nanti bila semua pesanan Leopard TNI AD disampaikan oleh Jerman. Seperti yang diungkapkan Kemenhan, Indonesia membeli 103 tank tempur utama (main battle tank - MBT) Leopard 2 yaitu 61 varian Leopard Revolution dan Leopard 2A4.
Dengan pembelian ini, maka Indonesia menjadi negara Asia kedua yang mengoperasikan tank yang sekelas dengan M1A1 Abrams buatan AS dan Challenger dari Inggris itu. Negara Asia lain yang mengoperasikannya adalah Singapura.
Referensi : Military Today & Solopost
http://www.artileri.org/2012/11/leopard-revolution-tank-perang-kota-tni.html
Leopard Revolution atau Ri adalah salah satu varian terbaru yang merupakan pengembangan dari Leopard 2A4. Tank ini diproduksi oleh pabrik persenjataan berat Jerman, Rheinmetall. Leopard Revolution pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010, dan menurut analis militer tank ini juga sering disebut sebagai Leopard 2A4 Evolution. Leopard 2A4 sendiri adalah salah satu varian Leopard 2 yang paling banyak diproduksi dan dipakai di banyak negara dalam jumlah besar.
Dari segi harga, Leopard Revolution jauh lebih mahal dari varian 2A4 yaitu AS$1,7 juta per unit, atau kalau dirupiahkan senilai 16,3 miliar rupiah per unit. Sementara varian 2A4 harganya "hanya" AS$700 ribu atau 6,7 miliar per unit.
Kemampuan
Dari segi tampilan, memang ada perbedaan di antara kedua tank yang memang "bersaudara" ini. Yang paling jelas terlihat perbedaannya adalah pada turret (kubah) meriamnya. Leopard Revolution memiliki turret meriam yang sisinya bersudut miring dan tajam, sementara 2A4 turretnya berbentuk kotak. “Visi dan misi” kedua varian ini pun berbeda.
Sang pendahulu yaitu Leopard 2A4 yang dikembangkan di era 1980-an mengangkat konsep peperangan kala itu yaitu perang terbuka melawan Blok Timur Uni Soviet di medan terbuka. Sementara Leopard Revolution sebagai generasi tahun 2000 dirancang untuk diterjunkan pada peperangan yang pada praktiknya justru paling banyak dijalani negara-negara Barat saat ini yaitu perang gerilya dan perang kota, seperti yang dihadapi pasukan NATO di Afghanistan dan belajar dari apa yang dialami pasukan AS dan Inggris di Irak - Pada perang Teluk I, Irak memenangi perang kota walaupun harus menghadapi musuh yang besar yaitu AS dan Inggris berikut koalisinya-.
Pengembangan paling nyata dari Revolution adalah pada perangkat proteksinya, yang menggunakan lapisan komposit Advanced Modular Armor Protection (AMAP). Lapisan pelindung ini terdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy, yang diklaim memberikan kemampuan perlindungan yang jauh lebih baik. Karena sifatnya yang modular alias bisa dibongkar pasang, pengguna bisa memilih variasi kemampuan proteksi sesuai kebutuhan, seperti untuk menangkal granat berpeluncur roket (RPG) atau untuk peledak improvisasi (IED).
Dengan sifat modularnya itu pula, seandainya lapisan proteksi itu rusak dihajar serangan musuh, perangkat itu bisa dibongkar untuk diganti baru. Dengan tambahan lapisan proteksi itu, ada konsekuensinya yaitu bobot tank yang bertambah hingga menjadi lebih kurang 60 ton, dibandingkan varian 2A4 yang sekitar 57 ton.
Persenjataan
Sebagai senjata utama, Revolution menggunakan meriam yang sama dengan 2A4 yaitu meriam L44 smoothbore kaliber 120 mm. Meriam ini bisa menggunakan semua varian peluru standar NATO, dan tank ini mampu membawa amunisi sebanyak 42 butir. 15 peluru sudah dalam kondisi siap tembak tersimpan di kubah meriam (otomatis reload), sementara sisanya tersimpan di bagian dalam bodi.
Untuk tambahan daya gempur dan pertahanan diri ringan, tank yang diawaki 4 orang ini juga dilengkapi senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang dioperasikan dengan remot kontrol sehingga awak tank tak perlu muncul keluar untuk mengoperasikannya. Sepucuk senapan mesin kaliber 7,62 juga terpasang sejajar dengan meriam.
Untuk menjawab keraguan bahwa meriam bermodel smoothbore alias bagian dalam larasnya licin itu akurasinya di bawah meriam rifled bore atau laras berulir, Rheinmetall memasang sistem kendali penembakan yang lebih modern, yang mampu menjamin ketepatan menembak pada kesempatan pertama.
Mesin
Dari segi mesin, Revolution tetap menggunakan tipe mesin yang sama dengan 2A4 yaitu mesin diesel turbocharge MTU MB837 Ka501 yang berkekuatan 1.500 hp (tenaga kuda), yang membuatnya bisa mencapai kecepatan hingga 72 km per jam di medan yang rata.
Dengan hadirnya tank Leopard dari Jerman dalam tubuh TNI AD, otomatis kekuatan tempur TNI AD makin berotot. Maksudnya bukan sekarang, sekarang kan baru ada dua unit, tapi nanti bila semua pesanan Leopard TNI AD disampaikan oleh Jerman. Seperti yang diungkapkan Kemenhan, Indonesia membeli 103 tank tempur utama (main battle tank - MBT) Leopard 2 yaitu 61 varian Leopard Revolution dan Leopard 2A4.
Dengan pembelian ini, maka Indonesia menjadi negara Asia kedua yang mengoperasikan tank yang sekelas dengan M1A1 Abrams buatan AS dan Challenger dari Inggris itu. Negara Asia lain yang mengoperasikannya adalah Singapura.
Karakteristik dan Spesifikasi
|
|
Masuk Layanan
|
2010
|
Kru
|
4 (komandan, driver, shooter, loader)
|
Bobot
|
60 ton
|
Panjang dengan meriam
|
9,7 m
|
Panjang tanpa meriam
|
7,7 m
|
Lebar
|
3,7 m
|
Tinggi
|
2,5 m
|
Senjata utama
|
120 mm smoothbore
|
Senapan mesin
|
12,7 mm dan 7,62 mm (remot kontrol)
|
Sudut tinggi tembak
|
-9 hingga+20 derajat
|
Sudut putar meriam
|
360 derajat
|
Mesin
|
MTU MB-837 Ka501 turbocharge diesel 1.500hp
|
Kecepatan Maksimal
|
70 km/jam
|
Jangkauan operasional
|
500km
|
Halangan vertikal
|
1,15 m
|
Medan air
|
1 m (spontan) atau 4 m (dengan snorkel)
|
Referensi : Military Today & Solopost
http://www.artileri.org/2012/11/leopard-revolution-tank-perang-kota-tni.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar