Minggu, 01 Juni 2014

Kapal selam buatan Indonesia ditarget melaut 2018


Kementerian Pertahanan Republik Indonesia bergegas membenahi dan memperbarui berbagai alat utama sistem persenjataan yang kurang dan sudah dimakan usia. Penambahan unit kapal selam adalah salah satu target dibidik oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).

Menurut Staf Ahli Kementerian Pertahanan bidang kerjasama dan hubungan kelembagaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Zilmi Karim, saat ini Kementerian Pertahanan dengan PT PAL sedang menyiapkan galangan buat pembangunan kapal selam itu. Menurut dia, jika modal dari pemerintah sudah cair, maka pembangunan kapal selam akan dimulai tahun depan.

"Kapal selam PT PAL direncanakan masuk tahap produksi pada 2015, dan diperkirakan selesai November 2018," kata Zilmi dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (19/2).

Zilmi mengatakan, produksi kapal selam itu dilakukan dengan cara kerjasama operasi dengan sebuah perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kontrak antara pemerintah dengan Daewoo sudah diteken sejak 2011 dengan nilai USD 1,07 juta. Indonesia memesan tiga kapal selam dari Daewoo, di mana dua dibangun di Korea Selatan, dan satu akan dibuat di galangan milik PT PAL di Surabaya, Jawa Timur.

Maksud pembangunan satu kapal selam di tanah air itu supaya terjadi alih teknologi. Menurut dia, hal itu sudah tercantum dalam undang-undang dan peraturan presiden yang mewajibkan tiga syarat dalam pengadaan mesin tempur. Yakni alih teknologi, penggunaan kandungan dan komponen lokal, serta imbal dagang.

Zilmi melanjutkan, melalui rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR, pemerintah sepakat membenamkan tambahan modal sebesar USD 250 juta dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Pengubahan buat membantu pembangunan galangan kapal itu. Jika tidak meleset, April mendatang dana itu bakal cair.

Meski begitu, banyak pihak meragukan kemampuan PT PAL membangun kapal selam itu. Tetapi Zilmi pasang badan. Menurut dia, yang mesti dikhawatirkan bukan kemampuan PT PAL, tapi justru ketepatan pencairan dana pembangunan fasilitas.

"Pembangunan fasilitas itu sudah dimulai sejak 2011. Sumber daya manusia sudah ditatar dan peralatan sudah disamakan. Dalam pembangunan galangan kita juga menggandeng konsultan dari Korea Selatan biar sama. Yang membangun fasilitas juga kontraktor. Jadi jangan menyalahkan PT PAL," ujar Zilmi.

Zilmi menyatakan, supaya proses alih teknologi berjalan lancar pemerintah mengirim 206 tenaga ahli Indonesia buat belajar langsung teknik pembuatan kapal selam ke Korea Selatan. Menurut dia, dalam rombongan itu juga terselip perwakilan akademisi dari Institut Teknologi Surabaya.

Dia berharap para insinyur itu bakal menyerap semua ilmu dan bisa menerapkannya di Indonesia. Sebab, lanjut dia, terakhir kali Indonesia mengirim orang buat belajar soal mesin perang adalah 15 tahun lalu di masa pemerintahan Presiden Baharudin Jusuf Habibie.



http://www.merdeka.com/peristiwa/kapal-selam-buatan-indonesia-ditarget-melaut-2018.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar