Untuk pertama kalinya sejak 31 Januari 2012, ketika pesawat tempur
Rafale Prancis terpilih sebagai kandidat utama program MMRCA (medium
multi-role combat aircraft) untuk Angkatan Udara India (IAF), terjadi
kendala serius dalam proses negosiasi pembelian dengan Dassault Prancis,
produsen Rafale, laman Business Standard India melaporkan.
Berbicara dihadapan media pada Selasa malam, Menteri Pertahanan India Manohar Parrikar mengatakan bahwa ada "komplikasi" dalam negosiasi," sudah terjadi selama hampir tiga tahun. Pihak Dassault Prancis enggan memenuhi persyaratan pembelian IAF yang tertuang di dalam tender.
Kabar yang lebih menakutkan lagi bagi Dassault, Parrikar menyatakan bahwa produksi dalam negeri Su-30MKI oleh Hindustan Aeronautics Ltd (HAL) akan cukup untuk IAF dalam skenario IAF tidak berhasil mendapatkan Rafale.
"Su-30MKI adalah pesawat yang memadai untuk memenuhi kebutuhan angkatan udara," kata Parrikar.
Berbicara dihadapan media pada Selasa malam, Menteri Pertahanan India Manohar Parrikar mengatakan bahwa ada "komplikasi" dalam negosiasi," sudah terjadi selama hampir tiga tahun. Pihak Dassault Prancis enggan memenuhi persyaratan pembelian IAF yang tertuang di dalam tender.
Kabar yang lebih menakutkan lagi bagi Dassault, Parrikar menyatakan bahwa produksi dalam negeri Su-30MKI oleh Hindustan Aeronautics Ltd (HAL) akan cukup untuk IAF dalam skenario IAF tidak berhasil mendapatkan Rafale.
"Su-30MKI adalah pesawat yang memadai untuk memenuhi kebutuhan angkatan udara," kata Parrikar.
Kabar terakhir menyebutkan bahwa keengganan Prancis tersebut terkait permintaan India yang ingin memproduksi sendiri 108 unit pesawat tempur Rafale dengan transfer teknologi kepada HAL seperti yang diamanatkan di dalam tender.
Hingga tahun 2018, IAF berencana untuk untuk memiliki 272 Su-30MKI (pada Agustus 2014 berjumlah 200 unit). HAL sendiri memproduksi Su-30MKI dengan harga per unit sekitar Rs 358 crore (USD 56 juta). Harga ini dinilai kurang dari setengah harga Rafale.
Menurut ketentuan tender MMRCA, 18 dari 126 Rafale yang akan dibeli India akan dipasok langsung dari pabrik Dassault Prancis, sedangkan sisanya 108 unit akan diproduksi oleh HAL India melalui transfer teknologi. Biaya proyek ini awalnya sebesar Rs 42.000 crore (USD 6,6 miliar), namun menurut analisa para analis telah meningkat menjadi Rs 100.000 crore (USD 15,6 miliar).
Meskipun Rafale terus dijajakan untuk ekspor ke luar negeri, sejauh ini belum ada negara di luar Prancis yang menggunakannya, pembeli yang paling potensial saat ini hanyalah IAF. Banyak analis pertahanan yang menyoroti mahalnya harga pesawat inilah yang menyebabkan sulitnya penjualan Rafale. Biaya per unit Rafale di tahun 2010 adalah sekitar USD 100 juta, sedangkan biaya operasionalnya untuk satu jam penerbangan mencapai USD 16.500 (tahun 2012). Sebagai perbandingan, biaya satu jam terbang SAAB JAS 39 Gripen Swedia hanya sekitar USD 4.700, ini berdasarkan pendapat Institute for Defense Studies and Analysis pada tahun 2009.
Gambar Su-30MKI: aeroprints.com
Gambar Dassault Rafale: USAF
Gambar Dassault Rafale: USAF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar