Teknologi tak bisa dipisahkan dengan dunia dirgantara maupun pertahanan. Maka pada Singapore Airshow kali ini puluhan perusahaan teknologi pertahanan unjuk kebolehan. Setidaknya ada 100 stan memamerkan produk andalan mereka, Rabu (15/2/2012) di Changi Exhibition Centre, Singapura.
Agar memudahkan pengunjung, panitia pun membagi stan-stan itu menjadi sejumlah kategori seperti produsen pesawat, produksi radar, teknologi pertahanan hingga stan komponen dan alat-alat pertukangan “pesawat”. Pabrik-pabrik besar pembuat pesawat macam Airbus, Boeing, Sikorsky, Bell, Bombardier dan Agusta Westland jelas tak mau ketinggalan. Karena berada di tempat strategis maka stan-stan itu menjadi jujukan utama pengunjung.
Saat Solopos.com masuk di stan Airbus, sebagian pengunjung sedang menyimak penjelasan tentang Airbus tipe A330. Chief Operating Officer Customer Airbus, John Leahly, menjelaskan hingga 20 tahun ke depan pihak maskapai di kasawan Asia Pasifik setidaknya membutuhkan 9.370 pesawat baru. “Itu perkiraan dari Airbus, yang didasarkan pada pertumbuhan pasar penerbangan,” paparnya.
Selain pabrikan pesawat, perusahaan teknologi integrasi juga tak bisa dipandang sebelah mata. Salah satunya adalah ST Aerospace. Tak hanya memajang pesawat nirawak atau unmanned aerial vehicle (UAV), perusahaan ini juga menampilkan sistem pertahanan terintegrasi. Di sini pengunjung diajak berinteraksi dengan program computer. Bagaimana sebuah target sasaran yang ditentukan oleh pesawat pengintai, hingga akhirnya dihancurkan sangat tergambar jelas.
Solopos.com juga berkesempatan mencoba bagaimana mudahnya sistem penghancuran fire and forget itu. Didampingi seorang instruktur ST Aerospace, Solopos.com memegang sebuah pengendali portabel. Cukup masukkan koordinat pesawat musuh yang sudah dipindai UAV sebelumnya dan tekan fire di layar touchsreen. Dan bummmm….sebuah pesawat yang berjarak 5 km disimulasikan meledak dihajar misil dalam waktu kurang dari 10 detik. “Kami ingin memberi pembelajaran teknologi sudah sangat penting untuk memenangkan pertempuran modern,” jelas John sang instruktur.
Dalam pemeran kali ini, perusahaan penghasil teknologi radar macam Thales, Raytheon hingga pabrikan misil Rafael juga memilih praktik langsung kepada pengunjung. Artinya pengunjung bisa berinteraksi menjajal mudahnya menggunakan night vision google, alat penjejak panas hingga teropong jauh berteknologi infra merah dan satelit. “Peralatan ini sangat membantu tentara di lapangan, tapi apakah nanti tentara justru hanya bergantung pada alat?” ujar seorang anggota militer asal India saat berdiskusi dengan penjaga stan Thales.
Ada yang unik saat Solopos.com berkeliling dari satu stan ke stan lainnya. Apalagi kalau bukan rebutan aksesori dan cenderamata yang memang diobral oleh pemilik stan. Tas jinjing, pulpen, brosur hingga gantungan kunci dan kalung ID card menjadi buruan wajib. Tak jarang mereka yang kehabisan dengan terang-terangan “nodong” ke penjaga stan untuk mengeluarkan merchandise-nya. Yang bikin Solopos.com terpingkal adalah para pemburu ini seperti sudah terkoordinasi.
Seperti halnya saat mereka dipergoki saling membagi informasi di mana saja stan yang membagikan cendermata yang bagus. “Yah bagaimana lagi, cendermata memang sudah menjadi magnet agar pengunjung mau mendatangi stan kami,” papar Chyntia sukarelawan penjaga stan EADS.
(JIBI/SOLOPOS/Alvari Kunto Prabowo)
http://www.solopos.com/2012/channel/internasional/singapore-airshow-2012-teknologi-integrasi-bikin-perang-seperti-film-fiksi-163180
Agar memudahkan pengunjung, panitia pun membagi stan-stan itu menjadi sejumlah kategori seperti produsen pesawat, produksi radar, teknologi pertahanan hingga stan komponen dan alat-alat pertukangan “pesawat”. Pabrik-pabrik besar pembuat pesawat macam Airbus, Boeing, Sikorsky, Bell, Bombardier dan Agusta Westland jelas tak mau ketinggalan. Karena berada di tempat strategis maka stan-stan itu menjadi jujukan utama pengunjung.
Saat Solopos.com masuk di stan Airbus, sebagian pengunjung sedang menyimak penjelasan tentang Airbus tipe A330. Chief Operating Officer Customer Airbus, John Leahly, menjelaskan hingga 20 tahun ke depan pihak maskapai di kasawan Asia Pasifik setidaknya membutuhkan 9.370 pesawat baru. “Itu perkiraan dari Airbus, yang didasarkan pada pertumbuhan pasar penerbangan,” paparnya.
Selain pabrikan pesawat, perusahaan teknologi integrasi juga tak bisa dipandang sebelah mata. Salah satunya adalah ST Aerospace. Tak hanya memajang pesawat nirawak atau unmanned aerial vehicle (UAV), perusahaan ini juga menampilkan sistem pertahanan terintegrasi. Di sini pengunjung diajak berinteraksi dengan program computer. Bagaimana sebuah target sasaran yang ditentukan oleh pesawat pengintai, hingga akhirnya dihancurkan sangat tergambar jelas.
Solopos.com juga berkesempatan mencoba bagaimana mudahnya sistem penghancuran fire and forget itu. Didampingi seorang instruktur ST Aerospace, Solopos.com memegang sebuah pengendali portabel. Cukup masukkan koordinat pesawat musuh yang sudah dipindai UAV sebelumnya dan tekan fire di layar touchsreen. Dan bummmm….sebuah pesawat yang berjarak 5 km disimulasikan meledak dihajar misil dalam waktu kurang dari 10 detik. “Kami ingin memberi pembelajaran teknologi sudah sangat penting untuk memenangkan pertempuran modern,” jelas John sang instruktur.
Dalam pemeran kali ini, perusahaan penghasil teknologi radar macam Thales, Raytheon hingga pabrikan misil Rafael juga memilih praktik langsung kepada pengunjung. Artinya pengunjung bisa berinteraksi menjajal mudahnya menggunakan night vision google, alat penjejak panas hingga teropong jauh berteknologi infra merah dan satelit. “Peralatan ini sangat membantu tentara di lapangan, tapi apakah nanti tentara justru hanya bergantung pada alat?” ujar seorang anggota militer asal India saat berdiskusi dengan penjaga stan Thales.
Ada yang unik saat Solopos.com berkeliling dari satu stan ke stan lainnya. Apalagi kalau bukan rebutan aksesori dan cenderamata yang memang diobral oleh pemilik stan. Tas jinjing, pulpen, brosur hingga gantungan kunci dan kalung ID card menjadi buruan wajib. Tak jarang mereka yang kehabisan dengan terang-terangan “nodong” ke penjaga stan untuk mengeluarkan merchandise-nya. Yang bikin Solopos.com terpingkal adalah para pemburu ini seperti sudah terkoordinasi.
Seperti halnya saat mereka dipergoki saling membagi informasi di mana saja stan yang membagikan cendermata yang bagus. “Yah bagaimana lagi, cendermata memang sudah menjadi magnet agar pengunjung mau mendatangi stan kami,” papar Chyntia sukarelawan penjaga stan EADS.
(JIBI/SOLOPOS/Alvari Kunto Prabowo)
http://www.solopos.com/2012/channel/internasional/singapore-airshow-2012-teknologi-integrasi-bikin-perang-seperti-film-fiksi-163180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar