Kepala Bidang Mantra Udara, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Pusat Teknologi Pertahanan dan Keamanan, Mohamad Dahsyat memegang
pesawat tanpa awak "PUNA SRITI" di Kantor BPPT, Serpong, Tangerang,
Jumat, 11 Januari 2013. Pengembangan pesawat tanpa awak ini untuk digunakan
sebagai pesawat pembuat hujan buatan, pemetaan lokasi, mengatasi
kebakaran di hutan dan menjangkau daerah yang tidak dapat dijelajah
manusia.
Foto : MI/Ramdani/bb/MetroTvNews
Nama beliau cukup unik, Mohamad Dahsyat, semoga karya-karya BPPT juga
akan menjadi "dahsyat." Kali ini fotonya dengan "PUNA WULUNG."
Foto : MI/Ramdani/bb/MetroTvNews
PUNA merupakan akronim dari Pesawat Udara Nir Awak. PUNA Sriti memiliki
jarak terbang antara 50-70 km dengan daya tahan terbang kira-kira 1 jam,
atau mungkin sekarang jarak dan daya terbangnya bertambah seiring
pengembangan terus-menerus oleh BPPT.
PUNA Sriti tidak memiliki roda untuk takeoff dan landing. Tidak memiliki
roda bukan berarti BPPT tidak mampu membuat teknologi takeoff UAV
secara otonom, karena di beberapa sisi UAV semacam ini sangat
menguntungkan karena tidak memerlukan landasan untuk takeoff. Jadi UAV
semacam ini bisa diluncurkan dari area lahan yang sempit, kapal kecil,
bahkan kendaraan darat.
Untuk menerbangkannya digunakan semacam ketapel dan pendaratannya dengan cara ditangkap. Beberapa UAV modern AS salah satunya Scan Eagle
juga menggunakan teknologi takeoff dan landing semacam ini. Menggunakan
semacam alat pengait yang akan menangkap cantelan pada UAV yang akan
landing. Bisa juga ditangkap oleh tangan manusia, asalkan sanggup menanggung akibatnya he..
Kedepannya, jika sesuai harapan, PUNA Sriti kemungkinan besar akan diaplikasikan oleh TNI. Mengenai PUNA Wulung bisa dibaca disini dan disini. (FS)
http://www.artileri.org/2013/01/puna-sriti-karya-bppt.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar