Airbus dan Boeing? merupakan perusahaan raksasa yang selalu bersaing untuk memproduksi pesawat
terbang sipil. Persaingan kedua raksasa tersebut bisa dikatakan sebagai
persaingan antara eropa dan amerika serikat. Kedua perusahaan ini
mulai tahun 1990 merupakan perusahaan yang mendominasi pasar jet
airline. Secara produk kedua perusahaan ini selalu bersaing, walaupun
tidak secara langsung head to head produk. Persaingan produk mereka
biasanya akan berbeda pilihan, seperti Boeing dengan 737-800 mempunyai
range seat yang lebih besar daripada A320 dan A320 lebih besar range
seat-nya daripada 737-700. A380 lebih besar daripada 747-800, A321 lebih
besar daripada 737-900 tetapi lebih kecil daripada pendahulunya
757-200. Keduanya mempunyai variasi produk yang banyak dan setiap produk
dari kedua raksasa tersebut tidak secara langsung head to head. Hal
tersebut merupakan sebuah peluang bagi maskapai penerbangan untuk
membeli sesuai dengan kebutuhan. Namun persaingan secara produk lebih
terasa apabila dilihat secara aircraft family seperti A320 family dengan 737 family, A330 dengan 767, A340 dengan 777, A350 dengan 787 & 777, A380 dengan 747.
Persaingan kedua raksasa manufaktur aircraft
ini juga kelihatan dalam hal teknologi. Sudah pasti teknologi mewarnai
persaingan kedua raksasa pabrik pesawat ini. Mulai dari penggunaan jenis
material, sistem pesawat dan interior. Sudah dikenal bahwa Airbus
merupakan pelopor pesawat dalam hal fly by wire, sementara boeing masih
menggunakan sistem kabel. Boeing mempelopori dalam hal penggunaan
material komposit, seperti yang sudah diketahui bahwa pesawat 787
merupakan satu-satunya pesawat yang menggunakan material paling banyak
berupa komposit, dimana dengan penggunaan material ini membuat berat
pesawat menjadi lebih ringan dan tangguh. Berkaitan dengan interior
cabin, keduanya menawarkan inflight entertainment yang sangat
menyenangkan dan canggih.
Kompetisi dalam hal order dan delivery dapat dilihat sebagai berikut :
Berdasarkan order dan delivery yang
diumumkan oleh kedua raksasa tersebut, terlihat bahwa dekade 90an Boeing
masih memimpin pasar namun mulai tahun 2003 Airbus mulai mengambil alih
hal tersebut. Airbus mulai melakukan perombakan besar-besaran guna
memimpin pasar baik secar teknologi dan organisasi. Sedangkan Boeing
dengan pengalaman lebih lama daripada airbus merupakan hal mudah untuk
meningkatkan penjualannya. Kedua raksasa tersebut sama juga melakukan
perombakan dalam hal supply chain. Kedua perusahaan tersebut melakukan kolaborasi supply chain
yang sangat hebat. Mulai dari design, manufaktur, assemblies, dan
customer. Baik dari sisi supplier dan customer. Keduanya mempunyai IT
yang sangat handal Airbus dengan bantuan IBM dan HP dapat membuat sistem
RFID yang sangat handal, sebaliknya Boeing dengan bantuan Dassault
Systemes yang solid mampu membuat supplier-supplier melakukan design
part secara concurrent dengan bantuan software design seperti Catia V5
for CAD, Delmia V5 for simulation, and Enovia V5 for collaboration.
Tidak cukup itu airbus mempunyai portal khusus untuk supplier dan
customer untuk memungkin kolaborasi secara live, begitu juga boeing
dengan my fleet boeing mempunyai portal yang worldwide yang memungkin
supplier dan customer dapat berinteraksi secara langsung tanpa ada batas
dan waktu. Mega proyek pesawat 787 merupakan salah satu contoh model supply chain
collaboration yang bagus. Boeing memberikan hampir 50% bagian pesawat
didesign, dibuat oleh supplier luar. Seperti diketahui Mitsubishi Heavy
Industries and Kawasaki Heavy Industries. Sebaliknya Airbus juga
berkoordinasi dengan consortium di EROPA. Model outsource sudah menjadi
hal wajib dilakukan oleh kedua perusahaan ini, awalnya Airbus hanya
berkoordinasi dengan anggota consortiumnya seperti negara Jerman,
Spanyol, Perancis dan Inggris, namun semenjak Boeing berani melakukan
kerja sama dengan Jepang dan Korea untuk pembuatan pesawat 787, Airbus
juga melakukan ekspansi ke China untuk pembuatan pesawat A320.
Berbicara kedua raksasa tersebut tidak
komplit apabila tidak melihat produk keduanya, berikut beberapa pesawat
dari kedua negara secara head to head family.
Melihat grafik order dan delivery di atas menunjukan juga bahwa bagi MRO
harus siap untuk melakukan perawatan dari pesawat-pesawat baik dari
Aibus maupun Boeing. Indonesia sebagai salah satu pemakai pesawat yang
lumayan besar juga harus mempunyai persiapan untuk mengambil bagian
dalam perawatan pesawat. Bagi MRO
Indonesia, seperti Garuda Maintenance Facility harus tanggap
perkembangan kedua raksasa tersebut. Mungkin sudah tidak asing bagi MRO
Indonesia untuk melakukan perawatan pesawat Boeing Namun yang perlu
diperhatikan bahwa trend maskapai penerbangan di Asia bahkan di
Indonesia sekarang sudah mulai bergeser ke Airbus, sehingga mau tidak
mau bagi MRO dan
Direktorat Kelaikan Udara Indonesia harus mempunyai kemampuan teknikal
untuk pesawat-pesawat Airbus. lihat Air Asia Indonesia, Batavia Air dan
Mandala Air yang sekarang meremajakan pesawat dengan A320, Walaupun
sebaliknya Lion Air meremajkan pesawat dengan 737-900. Garuda Indonesia
sebagai operator terbesar di Indonesia menggunakan keduanya baik Boeing
dan Airbus, Yaitu 737-900 dan A330 dan isunya akan membeli 777.
Semoga dunia penerbangan dan perawatan pesawat di Indonesia semakin maju.
http://safinnah.wordpress.com/2010/04/12/persaingan-bisnis-boeing-dengan-airbus/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar