Ibnu az-Zubair Membangun Ka’bah
Ketika Abdullah bin Zubair radhiallahu ‘anhu enggan berbai’at kepada Yazid bin Muawiyah radhiallahu ‘anhu, dan dia tidak ikut membai’atnya. Ia merasa khawatir terhadap gangguan mereka, maka ia berangkat ke Mekah agar mendapat perlindungan di tanah haram. Ia menghimpun para pendukungnya dan ia mulai mengungkap keburukan Yazid dan menjelek-jelekkan bani Umayyah. Berita ini sampai ke Yazid, maka ia memutuskan untuk mengirim pasukan agar menangkap Abdullah radhiallahu ‘anhu dan membawa ke hadapannya dalam keadaan tangan terikat.
Di saat Yazid mempersiapkan tentaranya, datang berita bahwa penduduk Madinah melakukan tindakan terhadap gubernur Yazid di sana. Bahkan penduduk Madinah juga melakukan hal tersebut terhadap bani Umayyah sampai mengusir mereka dari Madinah, kecuali anak-anak Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Lalu Yazid mengutus pasukannya untuk memerangi penduduk Madinah. Setelah pasukan Yazid memenangkan peperangan dan memasuki kota Madinah, pasukannnya meneruskan penyerbuan ke Mekah di bawah pimpinan al-Hushain bin Namir. Pasukan ini dihadang dan berperang melawan Ibnu Zubair dan para pendukungnya selama beberapa hari. Mereka mengambil pertahanan di Masjidil Haram dan sekitar Ka’bah, dan dikarenakan banyaknya tenda di sekitar Ka’bah, maka salah satu tenda terbakar.
Pada saat itu, angin berhembus kencang, sedangkan Ka’bah masih dalam kondisi yang dibangun oleh Quraisy; tiangnya terbuat dari kayu dan dindingnya dari batu serta dilapisi kiswah (kain penutup Ka’bah). Angin memainkan lidah api sehingga menyebabkan terbakarnya kiswah Ka’bah dan terbakarnya kayu yang berada di sela-sela dinding tersebut.
Peristiwa kebakaran ini terjadi pada hari Sabtu tanggal 3 Rabiul Awal 64 H, yang menyebabkan dinding Ka’bah menjadi rapuh dari atas hingga ke bawah. Apabila seekor merpati hinggap di dinding bagian atas lalu terbang, maka batu-batu dinding berserakan, hal ini membuat semua penduduk Mekah dan pasukan kiriman dari Syam menjadi takut.
Al-Hushain bin Namir masih tetap mengepung Ibnu Zubair, maka Ibnu Zubair mengutus beberapa orang laki-laki dari penduduk Mekah dari bangsa Quraisy dan lain-lain. Mereka berkata kepada Hushain, “Sesungguhnya Yazid yang Ibnu Zubair menolak untuk membai’atnya telah wafat (Yazid wafat 27 hari setelah Ka’bah terbakar), maka untuk apa kalian berperang? Kembalilah kalian ke Syam dan tunggu siapa yang disepakati menjadi pemimpin kalian, apakah orang-orang setuju mengangkat Muawiyah bin Yazid?”.
Para utusan ini selalu menekankan hal tersebut kepada tentara Hushain, hingga akhirnya mereka kembali ke Syam. Tatkala pasukan di bawah pimpinan Hushain bin Namir meninggalkan Mekah pada hari ke-5 Rabiul Akhir 64 H, Ibnu Zubair mengundang orang-orang terpandang dan para tokoh Mekah, ia mengajak mereka bermusyawarah untuk memugar Ka’bah.
Sebagian kecil mengusulkan agar Ka’bah dihancurkan dan sebagian besar menolak. Orang yang paling kuat menentang pemugaran Ka’bah yaitu Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, ia berkata kepada Ibnu Zubair: “Biarkanlah ia seperti yang ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena aku khawatir akan datang orang setelahmu memugarnya lagi, sehingga Ka’bah senantiasa dihancurkan dan dibangun, hal ini dapat menyebabkan manusia merendahkan kehormatannya, akan tetapi tinggikanlah saja dindingnya.”.
Lalu Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah tidak ada seorang pun dari kalian yang rela rumah bapak dan ibunya ditambal, maka bagaimana mungkin aku menambal rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan aku melihat bagian atasnya runtuh sehingga bila seekor merpati hinggap di atasnya, dapat menceraiberaikan batu dinding.”.
Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu terus bermusyawarah dengan para pemuka tersebut selama beberapa hari, hingga akhirnya semua sepakat untuk memugar Ka’bah, Ibnu Zubair sangat ingin mengembalikan Ka’bah seperti keadaan yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu seperti yang dibangun oleh Ismail alaihi salam.
Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidakkah engkau melihat kaummu ketika membangun Ka’bah mereka mengurangi luasnya dari bangunan yang dibuat oleh Ibrahim?” Aisyah berkata, “Tidakkah Engkau mengembalikan Ka’bah seperti yang dibangun oleh Ibrahim?” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalau bukan karena kaummu baru saja meninggalkan kekafiran niscaya akan aku lakukan".
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata, “Menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh dua sudut yang sejajar Hajar Aswad, melainkan karena Ka’bah tidak dibangun seperti bangunan Nabi Ibrahim.”.
Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata, “Kenapa pintu Ka’bah berada di atas permukaan tanah?” beliau bersabda: “Kaummu melakukan hal tersebut agar mereka membolehkan orang yang mereka kehendaki untuk memasukinya dan melarang orang yang mereka kehendaki.”.
Dalam hadis yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kalaulah bukan karena kaummu baru saja meninggalkan kekafiran, niscaya aku telah menghancurkan Ka’bah dan membuatnya menjadi dua pintu; satu pintu tempat masuk manusia dan satu lagi pintu lagi tempat mereka keluar.”.
Lalu Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu melakukan hal tersebut, ia menghancurkan Ka’bah dan membangunnya kembali sesuai dengan bentuk yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, yang dahulu Quraisy mengurangi bangunan tersebut, dan ia memasukkan Hijir Ismail (batu setengah lingkaran yang berada di halaman Ka’bah) ke dalam bangunan Ka’bah lalu membuat dua pintu di Ka’bah; satu arah timur dan satu arah barat.
Tatkala Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu selesai membangun Ka’bah, beliau menghaluskan bagian dalam dan luar serta bagian atas hingga bawah. Memberinya penutup dari kain kopti, lalu ia berkata: “Siapa yang mendukungku, hendaklah ia keluar! Lalu laksanakan umrah dari Tan’im. Dan siapa yang mampu menyembelih onta lakukanlah, dan siapa yang tidak mampu menyembelih onta, sembelihlah kambing”.
Ia dan para pengikutnya menuju Tan’im dengan berjalan kaki untuk melakukan umrah, sebagai rasa syukur Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada hari itu, banyak orang yang memerdekakan budaknya, hingga tiada hari yang lebih banyak budak dimerdekakan, onta dan domba disembelih serta shadaqah diberikan selain dari hari itu.
Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu menyembelih 100 ekor onta, kemudian ia melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah dan menyentuh keempat sudutnya seraya berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh dua sudut ini (sudut Asy Syami dan sudut bagian Barat) dikarenakan bangunan Ka’bah tidak sempurna.
Ka’bah tetap pada bangunan Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu. Manusia melakukan thawaf dengan menyentuh keempat sudutnya. Mereka masuk dari pintu timur dan keluar dari pintu barat. Pintu Ka’bah rata dengan tanah hingga akhirnya Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu terbunuh.
Hajjaj bin Yusuf datang ke Mekah, kemudian ia menulis surat kepada khalifah saat itu; Abdul Malik bin Marwan menulis balasan dan memerintahkan untuk menutup pintu Ka’bah bagian Barat yang dibuka oleh Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu dan menghancurkan bangunan tambahan di Hijr Islam maka Hajjaj menghancurkan dinding ke arah Hijr Ismail sepanjang 6 hasta 1 jengkal, dan memberinya kiswah seperti kiswah pada awalnya dan bagian Ka’bah lainnya dibiarkan.
Kemudian Khalifah mengetahui hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anhu, maka ia menyesali perbuatannya. Tetapi ia tetap membiarkan Ka’bah seperti itu, dan tidak menambahnya lagi. Kisah ini disebutkan dalam kitab shahih Muslim.
Pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik, ia mengirim uang 36.000 dinar kepada gubernurnya di Mekah, yaitu Khalid al-Qasari. Lalu uang emas tersebut dicetak untuk dibuat sebagai lapisan pintu Ka’bah, Mizab (pancuran Ka’bah), tiang yang berada di tengah Ka’bah dan 4 sudut Ka’bah bagian dalam. Maka orang yang pertama kali melapisi Ka’bah dengan emas dalam sejarah Islam adalah al-Walid.
Sumber: Sejarah Kota Mekah oleh Syaikh Syaifurrahman Mubarakfury.
http://indahnyamutiarasunnah.blogspot.com/2012/12/urgensi-mekah-al-mukaramah-dan_2409.html
Ketika Abdullah bin Zubair radhiallahu ‘anhu enggan berbai’at kepada Yazid bin Muawiyah radhiallahu ‘anhu, dan dia tidak ikut membai’atnya. Ia merasa khawatir terhadap gangguan mereka, maka ia berangkat ke Mekah agar mendapat perlindungan di tanah haram. Ia menghimpun para pendukungnya dan ia mulai mengungkap keburukan Yazid dan menjelek-jelekkan bani Umayyah. Berita ini sampai ke Yazid, maka ia memutuskan untuk mengirim pasukan agar menangkap Abdullah radhiallahu ‘anhu dan membawa ke hadapannya dalam keadaan tangan terikat.
Di saat Yazid mempersiapkan tentaranya, datang berita bahwa penduduk Madinah melakukan tindakan terhadap gubernur Yazid di sana. Bahkan penduduk Madinah juga melakukan hal tersebut terhadap bani Umayyah sampai mengusir mereka dari Madinah, kecuali anak-anak Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Lalu Yazid mengutus pasukannya untuk memerangi penduduk Madinah. Setelah pasukan Yazid memenangkan peperangan dan memasuki kota Madinah, pasukannnya meneruskan penyerbuan ke Mekah di bawah pimpinan al-Hushain bin Namir. Pasukan ini dihadang dan berperang melawan Ibnu Zubair dan para pendukungnya selama beberapa hari. Mereka mengambil pertahanan di Masjidil Haram dan sekitar Ka’bah, dan dikarenakan banyaknya tenda di sekitar Ka’bah, maka salah satu tenda terbakar.
Pada saat itu, angin berhembus kencang, sedangkan Ka’bah masih dalam kondisi yang dibangun oleh Quraisy; tiangnya terbuat dari kayu dan dindingnya dari batu serta dilapisi kiswah (kain penutup Ka’bah). Angin memainkan lidah api sehingga menyebabkan terbakarnya kiswah Ka’bah dan terbakarnya kayu yang berada di sela-sela dinding tersebut.
Peristiwa kebakaran ini terjadi pada hari Sabtu tanggal 3 Rabiul Awal 64 H, yang menyebabkan dinding Ka’bah menjadi rapuh dari atas hingga ke bawah. Apabila seekor merpati hinggap di dinding bagian atas lalu terbang, maka batu-batu dinding berserakan, hal ini membuat semua penduduk Mekah dan pasukan kiriman dari Syam menjadi takut.
Al-Hushain bin Namir masih tetap mengepung Ibnu Zubair, maka Ibnu Zubair mengutus beberapa orang laki-laki dari penduduk Mekah dari bangsa Quraisy dan lain-lain. Mereka berkata kepada Hushain, “Sesungguhnya Yazid yang Ibnu Zubair menolak untuk membai’atnya telah wafat (Yazid wafat 27 hari setelah Ka’bah terbakar), maka untuk apa kalian berperang? Kembalilah kalian ke Syam dan tunggu siapa yang disepakati menjadi pemimpin kalian, apakah orang-orang setuju mengangkat Muawiyah bin Yazid?”.
Para utusan ini selalu menekankan hal tersebut kepada tentara Hushain, hingga akhirnya mereka kembali ke Syam. Tatkala pasukan di bawah pimpinan Hushain bin Namir meninggalkan Mekah pada hari ke-5 Rabiul Akhir 64 H, Ibnu Zubair mengundang orang-orang terpandang dan para tokoh Mekah, ia mengajak mereka bermusyawarah untuk memugar Ka’bah.
Sebagian kecil mengusulkan agar Ka’bah dihancurkan dan sebagian besar menolak. Orang yang paling kuat menentang pemugaran Ka’bah yaitu Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, ia berkata kepada Ibnu Zubair: “Biarkanlah ia seperti yang ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena aku khawatir akan datang orang setelahmu memugarnya lagi, sehingga Ka’bah senantiasa dihancurkan dan dibangun, hal ini dapat menyebabkan manusia merendahkan kehormatannya, akan tetapi tinggikanlah saja dindingnya.”.
Lalu Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah tidak ada seorang pun dari kalian yang rela rumah bapak dan ibunya ditambal, maka bagaimana mungkin aku menambal rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan aku melihat bagian atasnya runtuh sehingga bila seekor merpati hinggap di atasnya, dapat menceraiberaikan batu dinding.”.
Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu terus bermusyawarah dengan para pemuka tersebut selama beberapa hari, hingga akhirnya semua sepakat untuk memugar Ka’bah, Ibnu Zubair sangat ingin mengembalikan Ka’bah seperti keadaan yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu seperti yang dibangun oleh Ismail alaihi salam.
Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidakkah engkau melihat kaummu ketika membangun Ka’bah mereka mengurangi luasnya dari bangunan yang dibuat oleh Ibrahim?” Aisyah berkata, “Tidakkah Engkau mengembalikan Ka’bah seperti yang dibangun oleh Ibrahim?” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalau bukan karena kaummu baru saja meninggalkan kekafiran niscaya akan aku lakukan".
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata, “Menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh dua sudut yang sejajar Hajar Aswad, melainkan karena Ka’bah tidak dibangun seperti bangunan Nabi Ibrahim.”.
Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata, “Kenapa pintu Ka’bah berada di atas permukaan tanah?” beliau bersabda: “Kaummu melakukan hal tersebut agar mereka membolehkan orang yang mereka kehendaki untuk memasukinya dan melarang orang yang mereka kehendaki.”.
Dalam hadis yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kalaulah bukan karena kaummu baru saja meninggalkan kekafiran, niscaya aku telah menghancurkan Ka’bah dan membuatnya menjadi dua pintu; satu pintu tempat masuk manusia dan satu lagi pintu lagi tempat mereka keluar.”.
Lalu Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu melakukan hal tersebut, ia menghancurkan Ka’bah dan membangunnya kembali sesuai dengan bentuk yang dibangun oleh Nabi Ibrahim, yang dahulu Quraisy mengurangi bangunan tersebut, dan ia memasukkan Hijir Ismail (batu setengah lingkaran yang berada di halaman Ka’bah) ke dalam bangunan Ka’bah lalu membuat dua pintu di Ka’bah; satu arah timur dan satu arah barat.
Tatkala Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu selesai membangun Ka’bah, beliau menghaluskan bagian dalam dan luar serta bagian atas hingga bawah. Memberinya penutup dari kain kopti, lalu ia berkata: “Siapa yang mendukungku, hendaklah ia keluar! Lalu laksanakan umrah dari Tan’im. Dan siapa yang mampu menyembelih onta lakukanlah, dan siapa yang tidak mampu menyembelih onta, sembelihlah kambing”.
Ia dan para pengikutnya menuju Tan’im dengan berjalan kaki untuk melakukan umrah, sebagai rasa syukur Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada hari itu, banyak orang yang memerdekakan budaknya, hingga tiada hari yang lebih banyak budak dimerdekakan, onta dan domba disembelih serta shadaqah diberikan selain dari hari itu.
Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu menyembelih 100 ekor onta, kemudian ia melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah dan menyentuh keempat sudutnya seraya berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh dua sudut ini (sudut Asy Syami dan sudut bagian Barat) dikarenakan bangunan Ka’bah tidak sempurna.
Ka’bah tetap pada bangunan Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu. Manusia melakukan thawaf dengan menyentuh keempat sudutnya. Mereka masuk dari pintu timur dan keluar dari pintu barat. Pintu Ka’bah rata dengan tanah hingga akhirnya Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu terbunuh.
Hajjaj bin Yusuf datang ke Mekah, kemudian ia menulis surat kepada khalifah saat itu; Abdul Malik bin Marwan menulis balasan dan memerintahkan untuk menutup pintu Ka’bah bagian Barat yang dibuka oleh Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu dan menghancurkan bangunan tambahan di Hijr Islam maka Hajjaj menghancurkan dinding ke arah Hijr Ismail sepanjang 6 hasta 1 jengkal, dan memberinya kiswah seperti kiswah pada awalnya dan bagian Ka’bah lainnya dibiarkan.
Kemudian Khalifah mengetahui hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anhu, maka ia menyesali perbuatannya. Tetapi ia tetap membiarkan Ka’bah seperti itu, dan tidak menambahnya lagi. Kisah ini disebutkan dalam kitab shahih Muslim.
Pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik, ia mengirim uang 36.000 dinar kepada gubernurnya di Mekah, yaitu Khalid al-Qasari. Lalu uang emas tersebut dicetak untuk dibuat sebagai lapisan pintu Ka’bah, Mizab (pancuran Ka’bah), tiang yang berada di tengah Ka’bah dan 4 sudut Ka’bah bagian dalam. Maka orang yang pertama kali melapisi Ka’bah dengan emas dalam sejarah Islam adalah al-Walid.
Sumber: Sejarah Kota Mekah oleh Syaikh Syaifurrahman Mubarakfury.
http://indahnyamutiarasunnah.blogspot.com/2012/12/urgensi-mekah-al-mukaramah-dan_2409.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar