Pembangunan Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar), sejak awal sudah diakui sebagai sebuah proyek yang sulit. Bahkan salah seorang ahli fisika dan matematika dari Universitas Mulawarman, Samarinda, pernah meramalkan jembatan ini tidak akan bertahan lama.
Ramalan bahwa Jembatan Kukar tidak akan berumur panjang, disampaikan oleh ahli fisika dan matematika dari Universitas Mulawarwan, Profesor Jamaludin. Saat jembatan baru diresmikan pada tahun 2001 lalu, dia meramalkan jembatan tidak akan berumur panjang, karena pembagunan konstruksi jembatan ini tidak memperhatikan teori dasar perubahan frekwensi angin.
“Angin dapat berubah-ubah, dari frekwensi rendah ke tinggi. Konstruksi jembatan tidak memperhatian itu. Pertama kali dioperasikan saja sudah retak-retak. Tampaknya tidak bisa sampai sepuluh tahun umurnya,” ujar Jamaludin ketika itu.
Bahkan selain dari kalangan ahli, pihak yang melakukan pembangunan jembatan yang berada di wilayah Kota Kutai Kartanegara tersebut juga mengakui jika proyek pembangunan Jembatan Kukar adalah sebuah proyek yang sulit.
Sulitnya membangun Jembatan Kukar disampaikan oleh Kepala Bidang Rencana dan Evaluasi Badan Pembinaan Kontruksi dan Investigasi (Bapekin) Departemen Kimpraswil, Ir Herry Vaza. Selain Herry, kesulitan proyek pembangunan ini juga disampaikan oleh Kepala Proyek Pembangunan Jembatan Kukar PT Hutama Karya, Ir Idwan Suhendra.
Dalam Koferensi Regional Teknik Jalan VI di Denpasar Bali 18-19 Juli 2002, keduanya mengatakan, pembangunan Jembatan Mahakam II adalah proyek berisiko dan berteknologi tinggi. Faktor ketidakpastian atas keberhasilan pelaksanaan proyek termasuk tinggi karena tingkat pengetahuan dan pengalaman atas konstruksi dan metode pelaksanaan yang rendah.
Meskipun Jembatan Kukar bukanlah jembatan gantung pertama di Indonesia, karena sebelumnya sudah dibangun jembatan gantung Mamberamo di Papua sepanjang 235 meter dan Jembatan Barito sepanjang 230 meter. Namun tiga jembatan gantung jenis suspension, ini secara teknis mempunyai karakteristik struktur yang berbeda dan metoda pelaksanaan yang berbeda pula.
Perbedaan yang paling utama pada proses pembangunan Jembatan Kukar dibandingkan dengan pembangunan jembatan gantung lainnya. Jembatan Kukar mengandalkan peralatan standar yang umumnya tersedia di Indonesia. Antara lain winch untuk mengangkat rangka jembatan dan penggunaan peluncur untuk pemasangan clamp yang biasanya menggunakan peralatan heavy duty lifting jack yang dikombinasikan dengan penggunaan ponton dan crawler crane.
Kabel menggunakan tendon yang pada masing-masing sisi jembatan terdiri dari 19 buah Galvanized Spiral Wire Strand berdiameter 57,9 0,1mm, dengan panjang 526 meter dan berat 10 ton per buah. Dimensi kabel ditentukan demikian untuk memudahkan dalam pemasangannya, mengingat peralatan dengan kapasitas sebesar tersebut masih dapat ditemukan di Indonesia.Klem dan Sadel menggunakan baja tuang yang diproduksi secara lokal. Untuk meminimalkan biaya, Tower yang terbuat dari struktur Baja dengan berat 146 ton per buah, difabrikasi dalam kondisi terurai, yaitu terdiri dalam 8 segmen. Hal ini dilakukan agar pemasangan tower dapat dilakukan tanpa harus menggunakan alat angkat berkapasitas besar. [Ant/bay]
http://nasional.inilah.com/read/detail/1801096/ramalan-jembatan-kutai-kartanegara-tak-tahan-lama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar