Bencana hidrometeorologis masih akan mendominasi dimasa mendatang.
Perlu dana penelitian untuk mengurangi kerugian dan korban.
(catatan : Tulisan ini diambil dari Press Release IAGI – Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 5 January 2012)
Perlu dana penelitian untuk mengurangi kerugian dan korban.
(catatan : Tulisan ini diambil dari Press Release IAGI – Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 5 January 2012)
Kejadian bencana alam di Indonesia selama 2011 tercatat: banjir 394 kali, banjir bandang 122 kali, longsor 233 kali, gunung api 4 kali. Angka ini sangat mungkin bertambah dengan selesainyan laporan yang sampai saat ini masih disusun oleh Badan Nasonal Penanggulangan Bencana (BNPB). Dua bencana yang paling banyak menelan korban jiwa adalah korban banjir ( 122 jiwa) dan tanah longsor (177 jiwa).
“Pakdhe, memangnya ngga jadi kiamat tahun 2012 ini ya ?”
Gejala bencana hidrometeorologis dipicu oleh perubahan iklim global. Perubahan iklim global telah menyebabkan anomali curah hujan. Curah hujan yang begitu tinggi , memicu tanah longsor di daerah rawan longsor, rusaknya sistem drainase dan banjir di daerah datran perkotaan. Bahkan, munculnya potensi banjir lahar di daerah-daerah tempat bertumpuknya material lepas hasil erupsi gunung api. Untuk mengantisipasi kerugian serta korban jiwa, kondisi curah hujan perlu diamati secara terus menerus.
Gempa Bumi dan aktifitas tektonik.
Gempa bumi tidak dapat dicegah. Tidak mudah diramalkan. Gejala kejadian gempa bumi dan gunung api, akhir-akhir ini terlihat semakin aktif. Sampai akhir 2011, tercatat 5 (lima) aktifitas letusan gunung api . Bahkan, 23 gunungapi menjadi berstatus di atas normal. Enam diantaranya berstatus siaga (level 2) yaitu Karakatau, Lokon, Karangetan, Papandayan, Gamalama dan Ijen.Gempabumi merupakan salah satu fenomena bumi yang sulit diramalkan kapan terjadinya. Gempa dengan magnitudo besar akan menyebabkan runtuhnya bangunan buatan manusia maupun dinding terjal alamiah. Gempa tidak akan membunuh, tetapi bangunan buruklah yang menyebabkan kerugian dan korban. Menghindari bahaya gempa , salah satunya dengan membangun bangunan yang tahan terhadap goyangan. Pada kenyataannya, bangunan rumah pemukiman kadang rentan terhadap gempa ketimbang bangunan bertingkat (sudah mengikuti aturan tahan gempa). Persyaratan bangunan tahan gempa harus mulai dibuat dan disosialisasikan sampai ke perumahan/ pemukiman.
“Pakdhe, Kiamatnya karena gempa atau banjir Nabi Nuh ?”Tahun 2011, BNPB mencatat 10 korban meninggal akibat gempa bumi. Walaupun korban relatif sedikit dibandingkan bencana lain, gempa merupakan salah satu peristiwa yang sedikit sekali diketahui fenomenanya. Ketidakpastian kapan terjadinya sering menyebabkan isu gempa menjadi pembicaraan yang melelahkan di media. Menjadi sangat penting, sosialisasi kebencanaan sebagai langkah strategis mengurangi kerugian dan korban bencana gempa bumi yang akan terjadi.
Salah satu ancaman gempa bumi yang tercatat oleh IAGI salah satunya ada di sebelah selatan Sumatera, serta sepanjang Sesar Semangko (Sesar Sumatera). Ancaman ini masih terus diamati karena memiliki MCE (Maximum Credible Arthquake) yang cukup besar. Potensi gempa sebanding dengan dimensi sumber gempa. Panjang zona subduksi (megathrust) dari P. Enggano – Selat Sunda – Pangandaran) adalah 450 km. Lebar sumber gempa megathrust (bidang batas lempeng yang biasa lengket/locked) bisa sampai 150 km. Kecepatan relatif lempeng Hindia-Australia menunjam di zona subduksi Selat Sunda – Jawa Selatan = 6 cm/tahun. Apakah gerak lempeng 6 cm/tahun ini semuanya diakumulasikan menjadi regangan tektonik (stress), artinya batas lempeng terkunci 100%, atau tidak, kita belum tahu karena belum ada penelitian/data-analisa-nya yang bagus untuk segmen Sunda. Ellapsed tim bisa 300 tahun,bahkan 1000 tahun atau lebih (karena selama 300 tahun terakhir tidak ada catatan ada gempa besar dalam sejarah. Selebihnya tidak ada data karena memang belum ada penelitiannya.
Penelitian seperti ini memang memerlukan biaya dan harus dilakukan pemerintah. Besarnya penelitian menjadi tidak berarti bila hasil yang ada mampu mengurangi korban jiwa dan kerugian lebih besar yang mungkin terjadi.
Pakdhe, jadi yang ada ancaman bahaya gempa di Sumatera saja ya ?”Walaupun selama 2011 tidak terjadi bencana tsunami, peristiwa gempa-tsunami di Jepang dapat dijadikan peringatan faktual tentang persiapan kita, kewaspadaan kita untuk menghindari kemungkinan terburuk. Peran pemerintah menghadapi kemungkinan terburuk perlu diatur dengan perundangan khusus, terutama bila negara terancam kondisi bencana suatu saat. Ini perlu dipersipakan mengingat kondisi alam Indonesia yang dikenal sebagai daerah Cincin Api, yang sangat rawan terhadap bencana alam.
“Waah bukan Thole. Ini yang sudah diteliti. Yang ditempat lain belum ada penelitian detil seperti ini. Misalnya di Jawa, belum ada penelitian kerawanan gempa untuk patahan Grindulu, Patahan Lembang dan juga patahan lain sedetil patahan Sumatera diatas”
“Wah tidak tahu, bukan berarti aman ya Pakdhe !”
Champion For Disaster Risk Reduction harus menjadi semangat pemacu.
Selain keprihatinan akibat banyaknya bencana yg tercatat selama 2011 ini, ada prestasi yang perlu diapresiasi. Penghargaan Global Champion For Disaster Risk Reduction oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) diserahkan kepada Presiden RI (DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono) atas prestasinya dalam mengatasi bencana yang terjadi di Indonesia. Dengan penghargaan ini, Presiden SBY menjadi salah satu Tokoh Dunia di Bidang Pengurangan Resiko Bencana. Penghargaan harus ditempatkan sebagai cambuk untuk terus menerus melakukan pengurangan risiko bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.“Eh Pakdhe, kiamat kan ngga jadi to ?”
” ‘Kowe ki ngopooo ?’ Kiamat itu bukan urusan manusia. Kalau Tuhan mau mengiamatkan dunia ya kapan saja bisa. Mirip seperti gempa, suatu saat pasti datang tetapi kita tidak harus mencari hari dan tanggalnya. Ya siap-siap saja selamanya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar