Jakarta - Para pejabat yang berlomba-lomba membeli mobil Esemka buatan siswa SMK dianggap sebuah hal yang naif jika tidak dibarengi dengan upaya mendorong pemerintah untuk menjadikan sebuah proyek nasional. Untuk mengembangkan Esemka setidaknya kita harus mencontoh Malaysia dan Jerman.
Hal ini diungkapkan Pembantu Rektor I Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Herman Sasongko saat berbincang-bincang dengan detikOto di Surabaya, Selasa (10/1/2012).
"Elit politik mestinya tidak hanya bekerja di dalam kurun waktu memegang amanah, untuk kampanye berikutnya. Bukan itu. Tujuan sesungguhnya untuk mewakili kepentingan rakyat, yakni dengan mendorong pemerintah agar karya ini menjadi proyek yang dapat mendatangkan keuntungan bagi negara," ujarnya.
Ia mencontohkan dua negara, yakni Malaysia dan Jerman. Jika di negeri Jiran pemerintahnya memihak potensi lokal dengan meluncurkan mobil Proton di sisi lain Jerman sangat menghargai pengembangan dunia pendidikan dalam mengembangkan industrinya.
"Kalau di Jerman, orang sudah berpikir komperhensif pendidikan dengan dua tujuan yakni mampu memberikan kontribusi nasional dan kontribusi internasional. Sehingga di sana (Jerman-red) setiap Universitas didirikan di dekat industri. Sehingga hasil riset yang dihasilkan dapat mengembangkan industri yang ada di sana sehingga bisa memberikan kontribusi internasional dan nasional," ungkapnya.
Herman juga mengungkapkan jika nantinya, mobil Esemka diproduksi massal, apakah sudah disiapkan seluruhnya termasuk manegement-nya agar tidak mengalami kerugian.
"Anda bisa bayangkan industri pembuatan Toyota untuk membuat 1 unit hanya butuh 8 menit. Sedangkan Esemka butuh 3 bulan untuk perakitan, apakah nantinya tidak rugi. Makanya perlu disiapkan manegementnya dari sekarang termasuk persiapan bahan baku, pemasaran," ujarnya.
"Riset-risetnya juga harus mendukung seperti management produksi, riset penyiapan bahan teknik dan material serta riset pengembangan mesin pembuat mesin misal robot untuk ngelas, mesin yang harus siap dengan ilmu mekatronika yang bekerja secara otomatis, karena ini sangat pengaruhi keuntungan," imbuhnya.
http://oto.detik.com/read/2012/01/10/151752/1811768/1207/kembangkan-esemka-harus-belajar-pada-malaysia-dan-jerman
Hal ini diungkapkan Pembantu Rektor I Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Herman Sasongko saat berbincang-bincang dengan detikOto di Surabaya, Selasa (10/1/2012).
"Elit politik mestinya tidak hanya bekerja di dalam kurun waktu memegang amanah, untuk kampanye berikutnya. Bukan itu. Tujuan sesungguhnya untuk mewakili kepentingan rakyat, yakni dengan mendorong pemerintah agar karya ini menjadi proyek yang dapat mendatangkan keuntungan bagi negara," ujarnya.
Ia mencontohkan dua negara, yakni Malaysia dan Jerman. Jika di negeri Jiran pemerintahnya memihak potensi lokal dengan meluncurkan mobil Proton di sisi lain Jerman sangat menghargai pengembangan dunia pendidikan dalam mengembangkan industrinya.
"Kalau di Jerman, orang sudah berpikir komperhensif pendidikan dengan dua tujuan yakni mampu memberikan kontribusi nasional dan kontribusi internasional. Sehingga di sana (Jerman-red) setiap Universitas didirikan di dekat industri. Sehingga hasil riset yang dihasilkan dapat mengembangkan industri yang ada di sana sehingga bisa memberikan kontribusi internasional dan nasional," ungkapnya.
Herman juga mengungkapkan jika nantinya, mobil Esemka diproduksi massal, apakah sudah disiapkan seluruhnya termasuk manegement-nya agar tidak mengalami kerugian.
"Anda bisa bayangkan industri pembuatan Toyota untuk membuat 1 unit hanya butuh 8 menit. Sedangkan Esemka butuh 3 bulan untuk perakitan, apakah nantinya tidak rugi. Makanya perlu disiapkan manegementnya dari sekarang termasuk persiapan bahan baku, pemasaran," ujarnya.
"Riset-risetnya juga harus mendukung seperti management produksi, riset penyiapan bahan teknik dan material serta riset pengembangan mesin pembuat mesin misal robot untuk ngelas, mesin yang harus siap dengan ilmu mekatronika yang bekerja secara otomatis, karena ini sangat pengaruhi keuntungan," imbuhnya.
http://oto.detik.com/read/2012/01/10/151752/1811768/1207/kembangkan-esemka-harus-belajar-pada-malaysia-dan-jerman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar