Jakarta - Deadline yang ketat tak urung membuat Alex Buono, seorang sinematografer Hollywood harus berupaya keras menuntaskan produksi salah satu TV shownya tepat waktu. Menerima script di hari Rabu dan harus sudah disiarkan pada hari Sabtu menjadi 'makanan sehari-hari' Alex yang menjadi Director of Photography acara populer di Amerika, Saturday Night Live.
Beruntung, dengan makin agresifnya pergerakan teknologi digital dipadu dengan inovasi dari produsen kamera, proses kerja yang dilakukan awak perfilman seperti Alex Buono menjadi lebih dimudahkan.
Dalam seminar bertajuk "TV Production with Canon Cinema EOS System" yang diadakan Datascrip, Alex Buono memaparkan pengalaman termasuk keuntungan yang ia peroleh saat menanggalkan kamera film dan berpaling ke piranti Cinema EOS System keluaran Canon saat membuat tayangan acara TV.
Bertempat di Erasmus Huis, Jakarta, Minggu (8/7/2012), sinematografer yang pernah terlibat langsung dalam penggarapan film seperti Green Street Holligans, Twister, Conspiracy Theory, dan Armageddon ini mengaku kini ia memakai HDSLR (High Definition Digital Single-Lens Reflex) untuk melakukan produksi.
Perpindahan ini tentu membawa banyak keuntungan. Adapun sejumlah kelebihan HDSLR yang dipaparkan olehnya adalah sebagai berikut. Piranti ini dikatakan memiliki image sensor yang besar, mampu menghasikan depth of field (DoF) yang sempit serta kemampuan dalam hal slow motion dan timelapse.
Kelebihan-kelebihan itu disatukan dalam sebuah bodi yang ringkas di mana tentu saja membuat pengambilan gambar dari tempat yang sulit tidak menjadi soal. "Bila dibandingkan dengan kamera RED dan Scarlett, ukuran DSLR lebih kecil," tutur Alex.
Penyettingan kamera juga diklaimnya lebih sederhana dan work flow yang diemban sinematografer pun bisa lebih singkat. "Dan yang pasti, kamera ini lebih murah," ujarnya di depan peserta seminar.
Berbicara mengenai harga yang dimiliki kamera HDSLR yang sudah mendukung perekaman film, hal ini mampu membuka peluang bagi pembuat film independen untuk menyalurkan bakat dan ekspresinya.
"Karena biayanya bisa ditekan, maka untuk proyek yang tidak terlalu besar, para sineas bisa berekspresi dengan banyak kamera," lanjut pria lulusan University of Southern California’s School of Cinematic Arts tersebut.
Alex yang dalam proses produksinya memakai kamera 5D Mark II, 7D dan C300 ini menekankan lagi salah satu kelebihan lain yang didapat dari kamera HDSLR adalah mengenai ISO-nya yang tinggi sehingga memudahkan proses perekaman saat kondisi minim cahaya.
Penjajakan Canon di jagad perfilman dengan jajaran EOS Movies turut ditegaskan oleh Merry Harun selaku Canon Division Director PT Datascrip. "Bukan hanya untuk memotret still photograpy namun juga untuk merekam film. Kami juga memberikan dukungan lensa dengan pilihan lebih dari 60 lensa yang tersedia," ujarnya saat membuka acara.
http://inet.detik.com/read/2012/07/08/145052/1960410/1277/hdslr-ringankan-beban-sinematografer?i991101105
Beruntung, dengan makin agresifnya pergerakan teknologi digital dipadu dengan inovasi dari produsen kamera, proses kerja yang dilakukan awak perfilman seperti Alex Buono menjadi lebih dimudahkan.
Dalam seminar bertajuk "TV Production with Canon Cinema EOS System" yang diadakan Datascrip, Alex Buono memaparkan pengalaman termasuk keuntungan yang ia peroleh saat menanggalkan kamera film dan berpaling ke piranti Cinema EOS System keluaran Canon saat membuat tayangan acara TV.
Bertempat di Erasmus Huis, Jakarta, Minggu (8/7/2012), sinematografer yang pernah terlibat langsung dalam penggarapan film seperti Green Street Holligans, Twister, Conspiracy Theory, dan Armageddon ini mengaku kini ia memakai HDSLR (High Definition Digital Single-Lens Reflex) untuk melakukan produksi.
Perpindahan ini tentu membawa banyak keuntungan. Adapun sejumlah kelebihan HDSLR yang dipaparkan olehnya adalah sebagai berikut. Piranti ini dikatakan memiliki image sensor yang besar, mampu menghasikan depth of field (DoF) yang sempit serta kemampuan dalam hal slow motion dan timelapse.
Kelebihan-kelebihan itu disatukan dalam sebuah bodi yang ringkas di mana tentu saja membuat pengambilan gambar dari tempat yang sulit tidak menjadi soal. "Bila dibandingkan dengan kamera RED dan Scarlett, ukuran DSLR lebih kecil," tutur Alex.
Penyettingan kamera juga diklaimnya lebih sederhana dan work flow yang diemban sinematografer pun bisa lebih singkat. "Dan yang pasti, kamera ini lebih murah," ujarnya di depan peserta seminar.
Berbicara mengenai harga yang dimiliki kamera HDSLR yang sudah mendukung perekaman film, hal ini mampu membuka peluang bagi pembuat film independen untuk menyalurkan bakat dan ekspresinya.
"Karena biayanya bisa ditekan, maka untuk proyek yang tidak terlalu besar, para sineas bisa berekspresi dengan banyak kamera," lanjut pria lulusan University of Southern California’s School of Cinematic Arts tersebut.
Alex yang dalam proses produksinya memakai kamera 5D Mark II, 7D dan C300 ini menekankan lagi salah satu kelebihan lain yang didapat dari kamera HDSLR adalah mengenai ISO-nya yang tinggi sehingga memudahkan proses perekaman saat kondisi minim cahaya.
Penjajakan Canon di jagad perfilman dengan jajaran EOS Movies turut ditegaskan oleh Merry Harun selaku Canon Division Director PT Datascrip. "Bukan hanya untuk memotret still photograpy namun juga untuk merekam film. Kami juga memberikan dukungan lensa dengan pilihan lebih dari 60 lensa yang tersedia," ujarnya saat membuka acara.
http://inet.detik.com/read/2012/07/08/145052/1960410/1277/hdslr-ringankan-beban-sinematografer?i991101105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar