Penghentian kerjasama di bidang penangkalan aksi teror dan operasi
perbatasan antara Australia dengan Indonesia, dikhawatirkan akan
memiliki dampak yang serius, khususnya bagi bidang pertahanan Negeri
Kanguru.
Para ahli memperingatkan penghentian sementara kerjasama antara Polisi
Federal Australia dengan Indonesia dapat memukul mundur semua kemajuan
yang pernah dicapai di bidang pertahanan.
Harian Sydney Morning Herald (SMH),
Jumat 22 November 2013, melansir pernyataan seorang sumber di bidang
keamanan yang menyebut penghentian kerjasama dapat membahayakan
Australia.
"Hal itu dapat membahayakan seluruh inisiatif mengenai penyelundupan
manusia yang pernah disepakati oleh kedua negara," ujar sumber itu.
Kepala Polisi Federal Australia (AFP), Tony Negus, menegaskan kendati
kedua negara kini dibelit isu penyadapan, namun 30 petugas polisi AFP
masih terus melanjutkan pekerjaan mereka di Indonesia. Namun, Negus
menolak berkomentar apakah AFP turut merasakan dampak kekisruhan isu
spionase.
Pernyataan itu muncul ketika anggota
tentara elite militer Australia, resimen SAS bersiap pulang setelah
latihan bersama penyelamatan sandera dan pembajakan dengan Kopassus
Indonesia dibatalkan. Negus juga enggan berkomentar soal dampak yang
dirasakan oleh AFP setelah adanya penghentian kerjasama dengan
Indonesia mulai Rabu lalu.
"Kami tetap membina sebuah hubungan yang baik dengan Polri. Reputasi dan
hubungan kami dengan Polri tetap baik saat ini, jadi kami berharap
tetap bisa meneruskan kerjasama itu," ungkap Negus.
Untuk sementara ini, lanjut kedua pihak akan terus melanjutkan kerjasama
yang sudah berjalan. Dia pun berjanji akan terus melanjutkan kerjasama
itu selama mungkin.
Selain latihan bersama penanggulangan aksi pembajakan yang dibatalkan,
aktivitas militer lain yang juga ditangguhkan yaitu latihan bersama
udara Australia dengan Indonesia menggunakan nama Elang. Dalam latihan
bersama itu, pesawat jet tempur F-16 Indonesia akan beradu kemampuan
dengan pesawat tempur klasik milik Negeri Kanguru, Hornet.
Pembatalan itu dikabarkan pada Rabu, 20 November 2013 kemarin. Sebuah
rencana untuk menyerahkan sembilan pesawat Hercules C-130H gelombang
pertama dari Australia ke Indonesia juga ditunda. Acara tersebut
sedianya diadakan tanggal 26 November 2013.
Belum diketahui apakah Pesawat Hercules itu berniat untuk dihibahkan Negeri Kanguru atau ditawarkan untuk dijual ke Indonesia.
Kendati terjadi pembatalan latihan militer, namun kunjungan para
petinggi militer Australia seperti Kepala Angkatan Udara, Geoff Brown
dan Kepala Angkatan Laut, Ray Griggs, dijadwalkan masih tetap seperti
agenda semula.
Indonesia pun disebut mash berencana untuk memiliki tiga kendaraan lapis baja Bushmaster dari Australia.
Sementara Juru Bicara Menteri Keamanan David Johnston, menyayangkan
adanya pembatalan beberapa latihan militer. Namun, dia menyebut
Australia akan menggunakan pendekatan jangka panjang untuk menjalin
kerjasama di bidang pertahanan dengan Indonesia.
Mantan polisi anti teror, Nick O'Brien yang pernah bekerja sama dengan
polisi satuan khusus Inggris, kecewa apabila kerjasama di antara satuan
pengamanan akan dihentikan sementara. Pasalnya, kolaborasi polisi
Australia dan Indonesia dalam membekuk para pelaku aksi teror merupakan
kisah sukses yang terkenal.
"Sangat disayangkan apabila kerjasama tersebut harus hilang. Namun,
kehilangan justru dirasakan lebih besar oleh warga Australia dan
Indonesia," kata O'Brien.
http://militaryanalysisonline.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar