Ketegangan
diplomatik masih menyelimuti Jakarta-Canberra menyusul terungkapnya aksi
penyadapan Australia terhadap Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan
sejumlah pejabatnya. Dalam salah satu dokumen yang dibocorkan Edward
Snowden, Badan Intelijen Australia (DSD) menyadap SBY pada Agustus 2009.
Apa sebenarnya
yang diincar Australia pada periode Agustus 2009 itu? Mantan Duta Besar
RI untuk Rusia, Hamid Awaluddin, menduga rencana RI membeli kapal selam
Rusia ikut menjadi target penyadapan. Pasalnya, tarik-ulur atau
negosiasi seputar jadi-tidaknya Indonesia membeli kapal selam Rusia
terjadi pada Agustus 2009.
“Teknologi
kapal selam yang saat itu hendak dibeli Indonesia dari Rusia sungguh
dahsyat. RI berencana membeli dua kapal selam. Kalau jadi, (Australia)
tentu takut sama kita,” kata Hamid.
Sejumlah
pejabat RI yang ketika itu disadap oleh Australia, diyakini Hamid ada
kaitannya dengan rencana pembelian kapal selam Rusia itu. “Sofyan Djalil
saat itu Menteri Negara BUMN, Sri Mulyani Indrawati saat itu Menteri
Koordinator Perekonomian. Mereka terkait dengan aspek ekonomi negosiasi
itu (kapal selam), yakni pembiayaan. Ada anggarannya atau tidak,” kata
Hamid.
Penyadapan
terhadap Sofyan Djalil juga terkait dengan dana BUMN untuk membangun
dermaga kapal selam tersebut. Sementara Dino Patti Djalal yang juga
disadap ketika itu merupakan Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri.
Komunikasi-komunikasi dari pihak asing sangat mungkin masuk melalui
Dino.
Pada akhirnya,
kata Hamid, Indonesia batal membeli kapal selam Rusia karena alasan
keterbatasan biaya. RI akhirnya lebih memilih membeli kapal selam Korea
Selatan.
Untuk
diketahui, Rusia pada tahun 2012 memiliki 60 kapal selam bertenaga
nuklir dengan teknologi canggih. Meskipun pembelian kapal selam dari
Rusia batal dilakukan pada tahun 2009 itu, kini Rusia kembali menawarkan
10 unit kapal selamnya kepada Indonesia.
“Ada tawaran
kapal selam dari Rusia. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan
Indonesia dengan Rusia,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, 17
Agustus 2013.
Jakarta-Moskow tingkatkan kerjasama
Dalam
kunjungannya ke parlemen Indonesia Kamis kemarin, 21 November 2013,
parlemen Rusia menyepakati peningkatan kerjasama dengan Indonesia,
termasuk dalam teknologi sadap dan antisadap.
Selain bertemu
pimpinan parlemen Rusia, DPR juga melakukan pertemuan selama hampir 4
jam dengan Duta Besar Rusia untuk RI. “Saya gembira Rusia mendukung
Indonesia. Kami sudah berbicara langsung (soal peningkatan kemitraan),”
kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.
DPR
mengingatkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi target
penyadapan Australia, untuk tidak terlena dengan kerjasama dengan
pemerintah AS. “Indonesia juga harus meningkatkan kerjasama dengan
negara lain, termasuk Rusia,” kata Priyo. (umi)
http://militaryanalysisonline.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar