Gelombang modernisasi alutsista TNI tak henti-hentinya membuat
masyarakat berdecak kagum dan bangga. Bagaimana tidak, dalam waktu yang
singkat, pemerintah mengumumkan rencana pembelian berbagai mesin perang
canggih yang tadinya hanya bisa diangan-angankan oleh para military
penbois seperti ARC.
Apabila pada pertengahan 2012 publik dimanjakan dengan kehadiran sistem
artileri howitzer swagerak CAESAR dan roket ASTROS, rupa-rupanya
artileri TNI AD belum lagi kehabisan amunisi untuk memboyong alutsista
lain. Satu kabar baik lagi datang dari negeri ginseng Korea Selatan,
yang kini tengah mesra-mesranya menjalin hubungan dengan Indonesia.
Tidak hanya mengekspor K-pop yang kini jadi wabah dan berhasil meracuni
dan menyesatkan muda-mudi Indonesia, satu yang sudah benar-benar
direalisasikan adalah pembelian sistem howitzer tarik 155mm/L52 Kh-179.
Laporan ekspor persenjataan PBB menyebutkan sebanyak 18 unit meriam
Kh-179 ini rencananya akan diborong oleh TNI-AD. Laporan itu
selengkapnya bisa dilihat di situs ini:
http://un-register.org/HeavyWeapons/CountrySummaryReports.aspx?CoI=104
Pembelian howitzer tarik 155mm ini memang sudah dianggap perlu,
mengingat TNI AD juga tengah bertransformasi dengan menerapkan doktrin
infantri mekanis yang mampu menjangkau jarak yang lebih jauh. Untuk itu
tentunya diperlukan dukungan artileri yang lebih mumpuni. Artileri tarik
yang ada di arsenal TNI AD hanyalah M101 kaliber 105mm, yang walaupun
populer serta kenyang makan asam garam di berbagai belahan dunia, mulai
uzur dan tak lagi sanggup mendukung gerak maju pasukan mekanis. Menjadi
menarik juga adalah pilihan terhadap Kh-179, dimana lima tahun lalu,
ketika TNI AD menerima hibah meriam FH-2000 sebanyak delapan unit dari
Singapura, tidak banyak antusiasme yang ditunjukkan. Lalu kenapa TNI AD
akhirnya memboyong Kh-179? Kemungkinan besar rencana pembelian CH-47D
Chinook dari Negeri Uwak Sam menjadi pembeda kali ini, dimana hanya heli
sekelas Chinook yang dianggap mampu mengangkut meriam howitzer tarik
kelas 155mm. Armada helikopter tulang punggung angkut Penerbad mayoritas
memang masih sekelas UH-1D yang hanya sanggup menarik M101.
Sementara untuk Kh-179 sendiri dikembangkan oleh KIA Machine Tool
Company (sekarang bernama Hyundai-WIA) berdasarkan sistem howitzer tarik
M114A1, yang banyak dipergunakan dalam Perang Vietnam. Korea Selatan
memiliki lebih kurang 1.700 sistem M114A1. KIA memodifikasi sistem
pembawa M114A1 agar dapat dipasangi meriam 155mm/L39 baru yang memiliki
jarak jangkau yang lebih jauh. Meriam L39 ini terbuat dari baja monoblok
yang menawarkan ketahanan panas yang lebih baik sehingga memperpanjang
umur laras. Rifling dari meriam ini adalah 1:20 dengan 48 ulir (groove).
Pengoperasian meriam ini sendiri tak banyak berubah dari versi M114A1,
dimana butuh dua awak untuk mengubah arah meriam, prajurit awak penembak
di kiri memutar roda untuk mengubah arah horizontal (traverse),
sementara prajurit di kanan sebagai asisten penembak memutar roda untuk
mengubah elevasi vertikal moncong meriam. Satu prajurit lagi bertugas
sebagai pengarah dan membidik melalui teleskop dengan pembesaran 4x dan
dial sight, atau bila diperlukan, mengoperasikan Kh-179 untuk dukungan
tembakan langsung (direct fire) menggunakan teleskop khusus lainnya yang
memiliki pembesaran 3,5x. Sistem Kh-179 menerapkan dua tabung yang
berbeda untuk penahan kejut (hydraulic dampers/ hydropneumatic shock
absorber) dan satu tabung lain untuk pengembali kedepan (recuperator),
yang dianggap mampu memperpanjang umur pakai meriam. Pada saat
penembakan, ada pasak yang bisa diturunkan untuk ditanam dan menambah
kestabilan penembakan.
Dari segi amunisi, Kh-179 menikmati kompatibilitas dengan munisi NATO
dan AS, satu keunggulan dari produk-produk Korea Selatan. Hal ini
berarti Kh-179 mampu menembakkan seluruh munisi 155mm termasuk munisi
khusus berpendorong roket (RAP: Rocket Assisted Projectiles). Jarak
jangkaunya adalah 22km, atau 30km apabila menggunakan munisi RAP.
Kecepatan tembaknya apabila digunakan secara kontinyu maksimal 4 peluru
per menit. Untuk kemudahan transportasi, Kh-179 dapat dilengkapi dengan
sistem carriage yang dilengkapi APU (Auxillary Power Unit) sehingga
dapat bergerak dengan tenaga sendiri. Saat ini Korea Selatan tercatat
menawarkan dua varian calibre untuk Kh-179, yaitu L39 dan L45, dengan
varian ketiga, yaitu L52, kelihatannya juga mulai dipasarkan. Pembeli
tinggal memilih varian yang ada sesuai jarak jangkau yang diinginkan.
Tercatat selain Korea Selatan, Iran membeli Kh-179 dan mengopinya
sebagai HM-41 yang dipasang diatas sasis truk DIO.
SPESIFIKASI
Kaliber : 155mm
Calibre : L39/L45/L52
Jarak recoil : 1.524mm
Bobot : 6.890kg
Panjang : 10.389mm
Tinggi : 2.770mm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar