JAKARTA-(IDB) :
Industri pertahanan Indonesia memasuki babak baru.Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro bersama koleganya dari Republik Rakyat China
Jenderal Liang Guanglie meneken kesepakatan untuk proses alih teknologi
peluru kendali (guided missiles/rudal) C-705.
Dengan
kesepakatan itu, Indonesia mendapat kewenangan untuk memproduksi rudal
yang mempunyai jangkauan lintas cakrawala (over the horizon). Sekilas,
ini merupakan kabar biasa.Tapi, bagi kepentingan pertahanan bangsa ini,
langkah ini merupakan milestone bagi pembangunan kemandirian alat utama
sistem senjata (alutsista) sekaligus menguatkan derajat kapabilitas
pertahanan Indonesia. Bangsa ini pun patut berbangga karena tidak banyak
negara yang mampu menguasai teknologi rudal atau berkesempatan mendapat
alih teknologi senjata strategis tersebut. Pentingnya penguasaan
teknologi rudal disadari betul bangsa ini.
Ini terlihat
dari rangkaian program roket nasional hingga pembangunan material
pendukung. Sudah jauh hari Indonesia memulai tahap awal pembangunan
rudal dengan memproduksi roket udara ke darat, folding fin aerial
rockets (FFAR), yang diaplikasikan pada helikopter dan pesawat milik
TNI. Sejumlah BUMN,yakni PT Dahana,PT Dirgantara Indonesia,PT Pindad,dan
PT Krakatau Steel, juga membangun roket R-Han yang mempunyai jangkauan
15-20 kilometer. Untuk material pendukung, awal tahun ini pemerintah
meresmikan dua industri strategis,yakni PT Kaltim Nitrate Indonesia
(KNI) di Bontang,Kalimantan Timur dan pabrik bahan berenergi tinggi di
areal PT Dahana di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Dengan
pengoperasian kedua pabrik tersebut,kebutuhan bahan baku peledak dan
propelan sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri. Dengan demikian,kerja
sama dengan China merupakan lanjutan dari tahapan penguasaan teknologi
rudal.Melalui kerja sama ini Indonesia mendapatkan limpahan teknologi
(technology spillover) yang selama ini dikunci rapat-rapat oleh
segelintir negara seperti teknologi telemetri,propulsi,tracking-and
guidance,dan sebagainya.
Jika menguasai
rahasia teknologi rudal ini,bisa jadi suatu saat Indonesia memproduksi
rudal C-705,tapi juga memanfaatkannya untuk mendongkrak kapasitas roket
pertahanan (R-Han) atau bahkan menyulap roket pengorbit satelit (RPS)
yang tengah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(Lapan) menjadi rudal balistik. Dalam pertahanan, kemampuan penguasaan
rudal sangat strategis untuk meningkatkan kekuatan militer suatu negara.
Rudal merupakan bagian dari kesenjataan artileri dengan daya jangkau
yang mampu mencapai garis belakang pertahanan dan menembus jantung
pertahanan lawan.
Ditilik dari
kemampuan yang dimiliki––yakni daya jangkau (range), daya ketelitian
(precision), dan daya hancur (destruction capability), rudal adalah
instrumen paling efektif untuk memenangkan sebuah perang. Bagi TNI,
rudal C-705 akan menjadi bagian dari sistem kesenjataan strategis. Rudal
yang pertama diperlihatkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow Ke-7
pada 2008 direncanakan akan menempati posisi utama sistem senjata kapal
cepat rudal (KCR) yang dimiliki TNI Angkatan Laut.
C-705 akan
bahu-membahu dengan rudal Yakhont buatan Rusia yang dipasang di KRI
kelas Van Speijk menjadi tulang punggung matra laut Indonesia, terutama
di wilayah laut dangkal. Si vis pacem,para bellum.Jika mendambakan
perdamaian,bersiap- siaplah untuk perang.Dalam konteks pemahaman
inilah,penguatan, modernisasi, dan pembangunan kemandirian alutsista
dilakukan oleh pemerintah.Penguasaan teknologi rudal menjadi instrumen
penting membangun sistem pertahanan nasional yang mandiri dan berdaya
getar tinggi––high level of deterrence.
Sumber : Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar