Dengan
peluncuran rudal balistik yang provokatif namun gagal dari Korea Utara
pada bulan April 2012, keberadaan militer A.S. di Asia Pasifik menjadi
kepentingan yang perlu diperbarui bagi keamanan kawasan ini. Sikap
pertahanan di Pasifik ini bertumpu pada kemampuan untuk mempertahankan
fasilitas A.S. dan sekutunya dari ancaman untuk bernapas dan rudal
balistik. Kemampuan ini bersandar pada koordinasi yang hebat di antara
komponen pelayanan dan para sekutu, sistem pertahanan di lapangan, dan
sistem-sistem baru yang tersedia. Landasan ini, yang digabungkan dengan
dukungan bersama di sepanjang semua jajaran pasukan pertahanan yang ada
di medan perang ini, memberikan perisai perlindungan yang siap tersedia
untuk memelihara keamanan personel A.S. dan sekutunya.
Kerja sama
dalam pertahanan udara dan rudal di Pasifik telah mencapai banyak
tonggak bersejarah dalam tahun-tahun terakhir. Latihan pos komando Keen
Edge yang baru-baru ini diadakan menjadi contoh penting. Diakhiri pada
akhir bulan Januari 2012, Keen Edge terutama difokuskan kepada
keseluruhan interoperabilitas pasukan militer A.S. dan Pasukan
Pertahanan Diri Jepang. Namun demikian, banyak dari latihan tersebut
berpusat pada koordinasi pertahanan rudal gabungan. Latihan ini memberi
pasukan dari kedua bangsa kesempatan untuk membahas dan mengatasi
tantangan yang timbul ketika operasi-operasi diintegrasikan di antara
kedua bangsa ini. Pasukan-pasukan staf A.S. bekerja dengan berbagai
badan staf Jepang seperti Staf Gabungan Jepang, kantor intelijen darat,
udara dan laut.
Jend. Jung Seung-Jo, ketua Kepala Staf Gabungan Republik Korea, kanan, dan Panglima Justin A.Kubu, perwira komandan perusak kendali rudal USS Chafee, mendiskusikan latihan Foal Eagle 2012 di atas kapal Chafee. [LETNAN MUDA MELISSA PELOSI/ANGKATAN LAUT A.S.] |
“Kerja sama
A.S.-Jepang bukan saja sebuah slogan atau simbol,” demikian dikatakan
oleh seorang anggota Pasukan Pertahanan Diri Jepang yang ikut serta
dalam latihan ini kepada Stripes Kanto, sebuah berita mingguan, pada
bulan Februari 2012. “Setiap peserta mengerti pentingnya latihan ini.
Walaupun ada lebih banyak tantangan yang harus diatasi, sebagai
tomodachi (teman-teman) sejati, jenis latihan seperti ini memungkinkan
kita untuk menghadapi [tantangan-tantangan] bersama dengan militer
A.S.,” demikian dikatakan Tentara Jepang kepada Stripes Kanto.
Lingkungan latihan yang realistis ini menghasilkan pasukan gabungan yang
terkoordinasi dengan lebih baik untuk mengsinkronisasikan komando dan
kendali dari banyak pasukan pertahanan udara dan rudal di Pasifik Barat,
demikian dikatakan oleh para peserta.
Kerja sama dan
integrasi antara A.S. dan Republik Korea (R.K.) juga memajukan
pertahanan udara dan rudal di kawasan ini. Militer A.S dan R.K. berlatih
dengan teratur, dari latihan-latihan artileri tembak menembak
sesungguhnya sampai kepada latihan-latihan kesiagaan pasukan gabungan
yang besar seperti Key Resolve, sebuah latihan pos komando tahunan
gabungan dan kombinasi, dan Foal Eagle, latihan lapangan yang diadakan
sehubungan dengan Key Resolve.
Latihan-latihan
ini menunjukkan komitmen antara RK dan A.S. bagi keamanan kawasan ini
dan pemecahan untuk meningkatkan kesiagaan kedua militer negara itu.
“Aliansi R.K.-A.S. adalah aliansi militer terkuat di dunia, yang
dibangun dengan landasan lebih dari 60 tahun pelayanan dan pengorbanan,”
kata Let. Jend. John D. Johnson, jenderal komandan Angkatan Darat ke-8,
pada bulan Maret 2011 di akhir Latihan Key Resolve di Korea Selatan,
menurut situs www.army.mil. “Dan latihan-latihan seperti Key Resolve dan
Foal Eagle membuat aliansi ini semakin kuat saja.”
Interoperabilitias
yang ditunjukkan di antara kedua kekuatan pada latihan-latihan seperti
ini membangun sikap pertahanan yang terkoordinasi dan lebih kuat,
termasuk pertahanan udara dan rudal yang ditekankan kembali sekarang di
semenanjung Korea. R.K. sedang meningkatkan kemampuan pertahanan udara
dan rudal organiknya dengan sistem-sistem seperti program rudal jelajah
yang baru diumumkan. Namun demikian, melalui aliansinya dengan Amerika
Serikat, itu hanya merupakan satu komponen dari konstruksi pertahanan
wilayah yang lebih besar.
Sejumlah besar
sensor, pesawat udara pencegat, dan sistem-sistem rudal darat ke udara
seperti Patriot merupakan jaringan yang terintegrasi dari kekuatan
pertahanan udara dan rudal di Pasifik. Walaupun sistem pencegat rudal
balistik lainnya tersedia atau akan tersedia, unit-unit Patriot bersama
dengan penjelajah Angkatan Laut Aegis mewakili wajah dari penangkis
rudal balistik masa kini.
Pada bulan
Desember 2011, May. Jend. Jim Rogers, komandan Aviation and Missile
Command, datang ke Pasifik untuk mengunjungi unit-unit penerbangan dan
artileri pertahanan. Di Korea Selatan, timnya melewatkan waktu bersama
para anggota 8th Army, 19th Expeditionary Sustainment Command, 2nd
Combat Aviation Brigade, 35th Air Defense Artillery Brigade dan 6-52 Air
Defense Artillery Battalion, demikian dilaporkan oleh situs
www.army.mil pada bulan Desember 2011. Setelah Korea, tim itu menuju ke
Okinawa, Jepang, untuk bertemu dengan personel dari 1-1 Air Defense
Artillery. Kunjungan-kunjungan ini menyoroti keinginan pemimpin militer
A.S. untuk mempertahankan sikap pertahanan yang kuat, mobil, dan
mutakhir.
Mempertahankan
sikap pertahanan yang mutakhir juga mencakup menyediakan teknologi baru
bagi pasukan-pasukan di medan perang, dan langkah-langkah besar dalam
bidang ini telah dilakukan. Lihatlah keberhasilan terkini dengan sistem
rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Pada 5 Oktober 2011,
dari lokasi pemberangkatan mereka di Hawaii, para anggota 4th Air
Defense Artillery Regiment berhasil melakukan FTT12 yaitu uji coba
THAAD. Dengan berhasilnya pencegatan rudal balistik yang diluncurkan
dari laut, uji coba ini mewakili kesembilan dari rangkaian 100 persen
pencegatan yang berhasil sejak tahun 2005. “Selama ini, uji coba ini
merupakan uji coba penerbangan THADD yang tersulit dan memperlihatkan
kemampuan canggih sistem ini,” demikian dikatakan oleh Tom McGrath,
wakil presiden THAAD dan program manager pada kontraktor sistem utama
Lockheed Martin, kepada harian The Huntsville Times pada bulan Oktober
2011. Menurut Lockheed Martin, para Tentara yang mengoperasikan THAAD
tidak mengetahui hari atau waktu uji coba itu sebelumnya. Para awak
disiagakan ke posnya masing-masing dan mengoperasikan persenjataan pada
waktunya untuk melakukan pencegatan yang sesungguhnya secara positif,
menurut cerita The Huntsville Times.
Dengan
menggunakan pesawat udara mobilitas Angkatan Udara A.S., sistem
pertahanan rudal yang sangat mobil dan akurat ini dapat dipindahkan
dengan cepat kemanapun di dunia menurut kebutuhan, dan mewakili salah
satu persenjataan terbaru struktur pertahanan udara dan rudal dari
Komando Pasifik A.S.
Sementara
Amerika Serikat berfokus kembali pada Asia Pasifik, kemampuan A.S. dan
mitra-mitranya untuk melindungi fasilitas-fasilitas sekutunya di kawasan
ini dari ancaman bernapas dan rudal balistik menjadi yang terpenting.
Struktur pertahanan udara dan rudal A.S. sudah sangat kuat dan
ditempatkan dengan baik untuk mencapai misi ini dengan komando dan
koordinasi kendali yang unggul di seluruh domain gabungan dan
multilateral. Sumber daya yang meningkat yang ditujukan kepada Komando
Pasifik A.S., maupun teknologi-teknologi yang muncul, tentu saja akan
mempersiapkan kawasan ini untuk menghadapi kekuatan musuh di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar