Tak cukup hanya digosok dan dijadikan cincin, batu akik juga diikat akar sulur. Begitulah tren baru dan inovasi di Sukabumi, Jawa Barat. Bagaimana ceritanya?
Akik-akik di foto ini telah beredar di pasaran. Harganya tentu bervariasi. Tergantung kualitas akiknya. Yang standar hanya ikat sulurnya. Jasa mengikat akik dibanderol Rp 20 ribu - Rp 50 ribu.
Permintaan akik iket sulur ini kian hari kian meningkat. Bahkan saat ini barang-barang tersebut sudah masuk mal. Apa yang mendasari tren itu?
"Buat pecinta seni, kesan natural dari batu yang dibalut akar sulur lebih kelihatan," ungkap pedagang di salah satu mal di Sukabumi, Dede (35), kepada detikcom, Senin (20/4/2015).
Di lapak Dede, terlihat berbagai jenis dan ukuran akik berikat sulur. Ada yang berbentuk cincin, gelang, dan kalung. Semuanya diikat dengan akar sulur. Menurut Dede, tidak ada taksiran harga. Hanya saja, harganya harus wajar.
"Harga lebih murah akik berbahan titanium atau platina dibandingkan akar sulur. Banyak yang tertarik iket sulur. Katanya lebih gaul," lanjutnya.
Kekuatan iket sulur, kata Dede, tak perlu diragukan. "Justru tambah kuat jika terkena hujan atau ditenggelamkan air," imbuh pria yang mengaku pernah menjual akik berlafaz Allah seharga Rp 15 juta itu
Di kesempatan terpisah, pengrajin sulur, Sirod (24), akik iket sulur merupakan inovasi. Komunitas pecinta akik sempat terpikir menggunakan rotan, tapi karena kurang fleksibel, rencana itu tak diwujudkan. Akar sulurlah yang kemudian dipilih.
"Awalnya coba-coba, ternyata banyak yang pesan. Pesanan membeludak, kita kewalahan," tutur Sirod yang tergabung dalam Komunitas Barudak Sulur asal Kampung Cijagung, Desa Gde Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi itu.
Dede dan Sirod berharap akik akan tetap digemari masyarakat. Selain asli Indonesia, batu tersebut memiliki beragam keunggulan: mudah dibentuk dan indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar