Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek), Suharna Surapranata bersama Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dan Kepala LIPI Umar Anggara Jenie mengamati cara kerja mobil robot berlengan Morolipi (Mobil Robot Penjinak Bom LIPI) di Anyer, Banten, 10 Februari 2010. Robot yang diproduksi Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI tersebut dapat digunakan sebagai robot penjinak bom.
Morolipi tidak sekadar bisa berjalan di atas tanah datar saja, tapi dapat naik-turun tangga. Nantinya, mobil robot ini disiapkan sebagai salah satu peralatan militer, sebagai mobil robot yang maju di garda depan kancah pertempuran, robot pengintai, bahkan untuk membantu pasukan anti huru-hara mengatasi kerusuhan.
“Inovasi dan kreasi baru sedang disiapkan oleh para peneliti untuk semakin menyempurnakan kinerja mobil robot yang dioperasikan menggunakan joystick ini,” ujar Dr Eng Estiko Rijanto, peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI.
Terkait masalah harga, Estiko menjamin mobil robot ini bisa lebih murah hingga 50% dibanding mobil robot penjinak bom impor yang kini mencapai harga sekitar Rp1 miliar per unit. “Diupayakan semua onderdil yang dibutuhkan untuk merakit mobil robot yang dikendalikan secara jarak jauh ini bisa didapatkan dari produk lokal,” ujarnya.
Meskipun untuk beberapa komponen tertentu, pihaknya masih harus mengimpor beberapa onderdil, seperti motor listrik dan sabuk bergigi dua muka. Morolipi merupakan prototipe mobil robot penjinak bom yang telah dikembangkan LIPI sejak 2004.
Mobil robot ini dapat dioperasikan dari jarak jauh memakai kabel untuk menjinakkan bom dengan cara memotong kabel listrik rangkaian pemicu ledakan bom. Operator dapat mengoperasikan mobil robot itu dari jarak maksimal 6 km menggunakan joystick dengan cara melihat gambar di monitor komputer yang dikirim oleh video yang terpasang di mobil tersebut.
Prototipe teknologi itu telah didaftarkan hak kekayaan intelektualnya (HKI) dengan nomor pendaftaran paten P00200500585 (17 Oktober 2005) dan pendaftaran paten P00200600696 (30 November 2006). Namun, lanjut dia, dukungan masih diperlukan untuk melakukan penyempurnaan teknis melalui kegiatan penelitian dan pengembangan selama 1–2 tahun ke depan, agar prototipe mobil tersebut siap ditransfer ke industri swasta dan BUMN atau pengguna lainnya, seperti POLRI dan TNI. Morolipi-V.1 yang sudah berhasil dikembangkan tim peneliti LIPI memiliki spesifikasi lebar 1 x 1 meter dengan tinggi 90 cm dan berat 80–100 kg.
Mobil robot ini memiliki dua ruas lengan yang dapat berputar bebas ke lima arah sehingga bisa menekuk. Masing-masing ruas lengan panjang 70 cm dan bisa bergerak 360 derajat. Tinggi Morolipi-V.1 ini mencapai 1,5 meter, dan didukung elemen- elemen kerja berupa artikulator, pengontrol artikulator, kamera biasa, dan inframerah yang akan mengirimkan gambar lapangan secara nirkabel ke operator melalui layar komputer serta gripper sebagai alat penjepit dan pemotong kabel. Rangkaian elektronik penggerak mulai kontak dengan roda penggerak, lengan, kopling elektronika mekanisme melewati tangga, serta pengontrol supervisor untuk memudahkan pengoperasian.
Dalam suatu uji coba Morolipi dapat memotong kabel berukuran 2 mm yang mengalirkan arus listrik itu sebelum sampai ke bahan peledak. Kecepatan robot itu menjinakkan bom sangat tergantung dari kecepatan operator mengendalikannya. Bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan robot, yaitu aki listrik.
Selain memiliki empat roda vespa delapan inci, robot itu juga dilengkapi sabuk roda, yang membantu robot itu menaiki tangga tanpa harus terpeleset. Kecepatan geraknya sama seperti kecepatan jalan manusia, yaitu 3 meter per detik. “Dari jarak 6 km, robot penjinak bom itu bisa dioperasikan. Jarak tersebut cukup aman untuk menjinakkan bom,” ujarnya.
Dalam uji coba menjinakkan bahan peledak, Morolipi terbukti dapat bekerja efektif, yaitu memotong rangkaian kabel berukuran diameter 2 mm yang dapat memicu ledakan sehingga bahan peledak nonaktif.
Setelah sempat terhenti selama dua tahun, 2007-2008, Estiko dan timnya mulai membuat mobil robot generasi kedua, yaitu Morolipi V.2. Pada Morolipi versi ini robot ditingkatkan kemampuannya untuk membawa senjata api. Robot generasi baru ini dapat dikendalikan untuk mendekati dan menembak sasaran. Selain itu, juga akan dilakukan pengembangan ke arah nonmiliter, yaitu melengkapi robot dengan alat pembersih tangki bahan bakar minyak di pelabuhan.
”Morolipi generasi kedua ini akan mengalami perbaikan dalam sistem penggerak rodanya sehingga memungkinkan berjalan lebih mulus dan cepat,” urai Estiko.
Pada tahap berikutnya, Morolipi akan dilengkapi dengan sistem pendeteksi bahan peledak. Hal ini dilakukan dengan merancang sistem mekatronika dan sensor. Dengan serangkaian pengembangan ini, Morolipi dapat menjadi garda depan kancah pertempuran, robot pengintai. Adapun untuk menjaga ketertiban Morolipi dapat membantu pasukan antihuru hara mengatasi kerusuhan.
Menurut dia, untuk mencapai tahap itu diperlukan waktu beberapa tahun lagi sehingga prototipe Morolipi dapat difabrikasi oleh industri dan digunakan oleh berbagai pihak, antara lain Polri dan TNI serta industri manufaktur dan migas.
Pengembangan robot penjinak bom atau mobil robot, baik oleh Endra maupun Estiko, dapat mengurangi ketergantungan pada pihak asing. Pembuatan robot di dalam negeri juga dapat menekan biaya hingga setengahnya dibandingkan impor mobil robot penjinak bom. Harga robot impor bisa mencapai sekitar Rp 1 miliar per unit.
Morolipi tidak sekadar bisa berjalan di atas tanah datar saja, tapi dapat naik-turun tangga. Nantinya, mobil robot ini disiapkan sebagai salah satu peralatan militer, sebagai mobil robot yang maju di garda depan kancah pertempuran, robot pengintai, bahkan untuk membantu pasukan anti huru-hara mengatasi kerusuhan.
“Inovasi dan kreasi baru sedang disiapkan oleh para peneliti untuk semakin menyempurnakan kinerja mobil robot yang dioperasikan menggunakan joystick ini,” ujar Dr Eng Estiko Rijanto, peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI.
Terkait masalah harga, Estiko menjamin mobil robot ini bisa lebih murah hingga 50% dibanding mobil robot penjinak bom impor yang kini mencapai harga sekitar Rp1 miliar per unit. “Diupayakan semua onderdil yang dibutuhkan untuk merakit mobil robot yang dikendalikan secara jarak jauh ini bisa didapatkan dari produk lokal,” ujarnya.
Meskipun untuk beberapa komponen tertentu, pihaknya masih harus mengimpor beberapa onderdil, seperti motor listrik dan sabuk bergigi dua muka. Morolipi merupakan prototipe mobil robot penjinak bom yang telah dikembangkan LIPI sejak 2004.
Mobil robot ini dapat dioperasikan dari jarak jauh memakai kabel untuk menjinakkan bom dengan cara memotong kabel listrik rangkaian pemicu ledakan bom. Operator dapat mengoperasikan mobil robot itu dari jarak maksimal 6 km menggunakan joystick dengan cara melihat gambar di monitor komputer yang dikirim oleh video yang terpasang di mobil tersebut.
Prototipe teknologi itu telah didaftarkan hak kekayaan intelektualnya (HKI) dengan nomor pendaftaran paten P00200500585 (17 Oktober 2005) dan pendaftaran paten P00200600696 (30 November 2006). Namun, lanjut dia, dukungan masih diperlukan untuk melakukan penyempurnaan teknis melalui kegiatan penelitian dan pengembangan selama 1–2 tahun ke depan, agar prototipe mobil tersebut siap ditransfer ke industri swasta dan BUMN atau pengguna lainnya, seperti POLRI dan TNI. Morolipi-V.1 yang sudah berhasil dikembangkan tim peneliti LIPI memiliki spesifikasi lebar 1 x 1 meter dengan tinggi 90 cm dan berat 80–100 kg.
Mobil robot ini memiliki dua ruas lengan yang dapat berputar bebas ke lima arah sehingga bisa menekuk. Masing-masing ruas lengan panjang 70 cm dan bisa bergerak 360 derajat. Tinggi Morolipi-V.1 ini mencapai 1,5 meter, dan didukung elemen- elemen kerja berupa artikulator, pengontrol artikulator, kamera biasa, dan inframerah yang akan mengirimkan gambar lapangan secara nirkabel ke operator melalui layar komputer serta gripper sebagai alat penjepit dan pemotong kabel. Rangkaian elektronik penggerak mulai kontak dengan roda penggerak, lengan, kopling elektronika mekanisme melewati tangga, serta pengontrol supervisor untuk memudahkan pengoperasian.
Dalam suatu uji coba Morolipi dapat memotong kabel berukuran 2 mm yang mengalirkan arus listrik itu sebelum sampai ke bahan peledak. Kecepatan robot itu menjinakkan bom sangat tergantung dari kecepatan operator mengendalikannya. Bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan robot, yaitu aki listrik.
Selain memiliki empat roda vespa delapan inci, robot itu juga dilengkapi sabuk roda, yang membantu robot itu menaiki tangga tanpa harus terpeleset. Kecepatan geraknya sama seperti kecepatan jalan manusia, yaitu 3 meter per detik. “Dari jarak 6 km, robot penjinak bom itu bisa dioperasikan. Jarak tersebut cukup aman untuk menjinakkan bom,” ujarnya.
Dalam uji coba menjinakkan bahan peledak, Morolipi terbukti dapat bekerja efektif, yaitu memotong rangkaian kabel berukuran diameter 2 mm yang dapat memicu ledakan sehingga bahan peledak nonaktif.
Setelah sempat terhenti selama dua tahun, 2007-2008, Estiko dan timnya mulai membuat mobil robot generasi kedua, yaitu Morolipi V.2. Pada Morolipi versi ini robot ditingkatkan kemampuannya untuk membawa senjata api. Robot generasi baru ini dapat dikendalikan untuk mendekati dan menembak sasaran. Selain itu, juga akan dilakukan pengembangan ke arah nonmiliter, yaitu melengkapi robot dengan alat pembersih tangki bahan bakar minyak di pelabuhan.
”Morolipi generasi kedua ini akan mengalami perbaikan dalam sistem penggerak rodanya sehingga memungkinkan berjalan lebih mulus dan cepat,” urai Estiko.
Pada tahap berikutnya, Morolipi akan dilengkapi dengan sistem pendeteksi bahan peledak. Hal ini dilakukan dengan merancang sistem mekatronika dan sensor. Dengan serangkaian pengembangan ini, Morolipi dapat menjadi garda depan kancah pertempuran, robot pengintai. Adapun untuk menjaga ketertiban Morolipi dapat membantu pasukan antihuru hara mengatasi kerusuhan.
Menurut dia, untuk mencapai tahap itu diperlukan waktu beberapa tahun lagi sehingga prototipe Morolipi dapat difabrikasi oleh industri dan digunakan oleh berbagai pihak, antara lain Polri dan TNI serta industri manufaktur dan migas.
Pengembangan robot penjinak bom atau mobil robot, baik oleh Endra maupun Estiko, dapat mengurangi ketergantungan pada pihak asing. Pembuatan robot di dalam negeri juga dapat menekan biaya hingga setengahnya dibandingkan impor mobil robot penjinak bom. Harga robot impor bisa mencapai sekitar Rp 1 miliar per unit.
http://hafizonline.blogspot.com/2011/02/morolipi-indonesia-robot-penjinak-bom.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar