KOMPETISI MasterChef Indonesia semakin ketat, dimana setiap kontestan memiliki potensi untuk tereliminasi. Spike Elimination menjadi salah satu bukti bahwa teman juga berarti lawan dalam reality cooking competition ini.
Pada tantangan beregu Off Site Challenge, Tim Biru dinyatakan gagal oleh para juri MasterChef. Tim yang terdiri dari Beng (32) sebagai kapten, Vera (23), Dian (25), Hani (23), Opik (30), Esach (21) dan Nurul (25) selaku anggota ini harus masuk babak Pressure Test.
Berbeda dengan Pressure Test sebelumnya, kali ini kontestan tidak perlu memasak. Pasalnya, sistem kali ini menggunakan Spike Elimination, di mana masing-masing kontestan memilih satu orang yang dinilai membawa kegagalan pada timnya untuk dieliminasi. Pada sistem eliminasi ini, masing-masing kontestan menancapkan kertas bertuliskan “OUT” pada paku yang disediakan di depan kontestan yang ingin mereka keluarkan.
"Rasanya berat sekali karena saya harus menjadi algojo untuk teman kita sendiri," kata Opik.
Sebagian besar kontestan menilai, Esach (21, mahasiswa asal Sidoarjo) gagal menjalankan tugasnya karena lalai memastikan kesegaran hidangan Fish Finger yang hendak disajikan. Namun, Chef Master Juna menyayangkan tidak ada satupun kontestan yang memilih Beng untuk dieliminasi, padahal kesalahan tim merupakan tanggung jawab kapten sebagai Head Chef.
"Keputusan ini tidak ada andil sama kami bertiga. Jujur, kami terkejut kenapa tidak ada yang memilih Beng, seharusnya dia yang pulang," ujar Chef Juna.
Perihal pemakaian ikan yang tidak lagi segar, Chef Master Degan menambahkan bahwa di setiap dapur di berbagai industri, setiap chef akan menemukan bahan baku tidak segar. Adalah tugas seorang chef untuk memastikan kesegaran hidangan yang diberikan kepada konsumen.
"Itu selalu keputusan leader, ini bisa disajikan atau tidak. Never try anyone in the kitchen. Kalau rasanya enak, penikmat makanan kita akan bertanya, chef-nya siapa?," tutur Chef Degan.
Akhirnya, Esach tersingkir dari kompetisi MasterChef Indonesia karena sebagian besar kontestan memilihnya untuk dieliminasi. Alasan lain mereka memilih Esach karena dia dianggap sebagai saingan terberat, mengingat Esach sering memenangkan tantangan.
"Chef Juna benar-benar ngorek kesalahan orang. Aku seperti diintimidasi bahwa aku yang salah, jadi semuanya terprovokasi," ujar Esach.
Suasana haru tercipta saat Esach harus meninggalkan Galeri MasterChef. Dia menangis dan mengatakan masih ingin belajar banyak dari Chef Master Degan sebab dia memiliki impian untuk memiliki restoran sendiri.
Dengan berwibawa, Chef Master Degan memberi semangat kepada Esach seraya mengatakan, "If you want to make dreams come treu, wake up!". (ftr)
Pada tantangan beregu Off Site Challenge, Tim Biru dinyatakan gagal oleh para juri MasterChef. Tim yang terdiri dari Beng (32) sebagai kapten, Vera (23), Dian (25), Hani (23), Opik (30), Esach (21) dan Nurul (25) selaku anggota ini harus masuk babak Pressure Test.
Berbeda dengan Pressure Test sebelumnya, kali ini kontestan tidak perlu memasak. Pasalnya, sistem kali ini menggunakan Spike Elimination, di mana masing-masing kontestan memilih satu orang yang dinilai membawa kegagalan pada timnya untuk dieliminasi. Pada sistem eliminasi ini, masing-masing kontestan menancapkan kertas bertuliskan “OUT” pada paku yang disediakan di depan kontestan yang ingin mereka keluarkan.
"Rasanya berat sekali karena saya harus menjadi algojo untuk teman kita sendiri," kata Opik.
Sebagian besar kontestan menilai, Esach (21, mahasiswa asal Sidoarjo) gagal menjalankan tugasnya karena lalai memastikan kesegaran hidangan Fish Finger yang hendak disajikan. Namun, Chef Master Juna menyayangkan tidak ada satupun kontestan yang memilih Beng untuk dieliminasi, padahal kesalahan tim merupakan tanggung jawab kapten sebagai Head Chef.
"Keputusan ini tidak ada andil sama kami bertiga. Jujur, kami terkejut kenapa tidak ada yang memilih Beng, seharusnya dia yang pulang," ujar Chef Juna.
Perihal pemakaian ikan yang tidak lagi segar, Chef Master Degan menambahkan bahwa di setiap dapur di berbagai industri, setiap chef akan menemukan bahan baku tidak segar. Adalah tugas seorang chef untuk memastikan kesegaran hidangan yang diberikan kepada konsumen.
"Itu selalu keputusan leader, ini bisa disajikan atau tidak. Never try anyone in the kitchen. Kalau rasanya enak, penikmat makanan kita akan bertanya, chef-nya siapa?," tutur Chef Degan.
Akhirnya, Esach tersingkir dari kompetisi MasterChef Indonesia karena sebagian besar kontestan memilihnya untuk dieliminasi. Alasan lain mereka memilih Esach karena dia dianggap sebagai saingan terberat, mengingat Esach sering memenangkan tantangan.
"Chef Juna benar-benar ngorek kesalahan orang. Aku seperti diintimidasi bahwa aku yang salah, jadi semuanya terprovokasi," ujar Esach.
Suasana haru tercipta saat Esach harus meninggalkan Galeri MasterChef. Dia menangis dan mengatakan masih ingin belajar banyak dari Chef Master Degan sebab dia memiliki impian untuk memiliki restoran sendiri.
Dengan berwibawa, Chef Master Degan memberi semangat kepada Esach seraya mengatakan, "If you want to make dreams come treu, wake up!". (ftr)
http://www.okefood.com/read/2012/08/13/299/676886/saatnya-kontestan-masterchef-indonesia-jadi-algojo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar