MEMASUKI tahap Top 5 MasterChef Indonesia, kejutan
telah dipersiapkan untuk para kontestan. Tanpa disadari, Chef Master
Degan, Marinka, dan Juna memberi kejutan dengan menghadirkan keluarga
kontestan di Galeri MasterChef.
Opik (30, agen properti asal Surabaya) bertemu dengan kakak perempuannya, Desi (39, direktur hotel asal Bangka) bertemu dengan suami, Ken (30, manajer restoran asal Surabaya) bertemu dengan Ayah, Vera (23, graphic designer asal Bandung) bertemu dengan adik perempuannya, sementara Baguzt (30, seniman tato asal Surabaya) bertemu dengan saudara kembarnya. Namun, kehadiran keluarga mereka bukan sekadar temu kangen biasa, melainkan bagian dari tantangan yang segera mereka hadapi.
Pada tantangan tersebut, kontestan memasak bersama keluarga. Pressure point yang diterima kontestan adalah mereka hanya diperbolehkan memberi instruksi atau arahan kepada keluarga lantaran tangannya diborgol. Hidangan yang harus dimasak kontestan beserta keluarga adalah Sweet and Sour Chicken with Butter Rice dalam waktu 50 menit.
"Saya enggak pernah masak, tapi karena ada tantangan, saya harus berusaha sebagus mungkin untuk Ken," kata Henry (74), ayah Ken.
Para kontestan tampak geregetan melihat para anggota keluarga yang sedang memasak, seperti Opik yang mengarahkan kakaknya. "Begitu lihat kakak saya masak, ugh, saya pengen masak sendiri aja," ujar Opik.
Umumnya, keluarga kontestan MasterChef memang baru pertama kali memasak sehingga tampak kurang ulet dan cekatan. Para kontestan berharap bisa menggantikan posisi anggota keluarganya, namun hal itu tidak tentu diperkenankan. Tak ayal, keadaan ini menjadi momen kelucuan tersendiri juga keharuan, seperti ditunjukkan Ken dan ayahnya.
"Begitu saya lihat benches Ken dan papanya, saya benar-benar enggak bisa mengintimidasi. Mengharukan sekali," kata Zeze, salah seorang anggota Black Team.
Para juri juga memperhatikan tantangan ini sebagai momen yang menyenangkan. "Sebenarnya, ini juga yang kita rasakan kalau melihat kontestan memasak, geregetan. Rasanya mau join in aja. Tapi, tantangan ini memang luar biasa, Bu Desi yang awalnya merasa enggak badan, tadi bilang tiba-tiba sembuh," tutur Chef Master Marinka, tertawa ringan.
Untuk pertama kalinya, nasib para kontestan tidak bergantung pada keahlian memasak atas hidangan mereka sendiri, tetapi keahlian anggota keluarga yang menggantikan peran kontestan lima besar dalam hal memasak.
Hasilnya, Ken dan sang ayah keluar sebagai pemenang babak ini. Butter rice yang dibuat keduanya disebut Chef Master Juna terasa gurih, begitupun menu ayam krispinya. Di luar itu, babak yang menantang kemampuan komunikasi peserta.
"Senang bukan main, saya peluk ayah saya dan bilang, thank, you made me be the winner," kata Ken, haru.
"Dengan tenangnya, Ken bisa mengarahkan papanya dengan tenang dan sabar banget," puji Agus, salah seorang anggota Black Team. (ftr)
Opik (30, agen properti asal Surabaya) bertemu dengan kakak perempuannya, Desi (39, direktur hotel asal Bangka) bertemu dengan suami, Ken (30, manajer restoran asal Surabaya) bertemu dengan Ayah, Vera (23, graphic designer asal Bandung) bertemu dengan adik perempuannya, sementara Baguzt (30, seniman tato asal Surabaya) bertemu dengan saudara kembarnya. Namun, kehadiran keluarga mereka bukan sekadar temu kangen biasa, melainkan bagian dari tantangan yang segera mereka hadapi.
Pada tantangan tersebut, kontestan memasak bersama keluarga. Pressure point yang diterima kontestan adalah mereka hanya diperbolehkan memberi instruksi atau arahan kepada keluarga lantaran tangannya diborgol. Hidangan yang harus dimasak kontestan beserta keluarga adalah Sweet and Sour Chicken with Butter Rice dalam waktu 50 menit.
"Saya enggak pernah masak, tapi karena ada tantangan, saya harus berusaha sebagus mungkin untuk Ken," kata Henry (74), ayah Ken.
Para kontestan tampak geregetan melihat para anggota keluarga yang sedang memasak, seperti Opik yang mengarahkan kakaknya. "Begitu lihat kakak saya masak, ugh, saya pengen masak sendiri aja," ujar Opik.
Umumnya, keluarga kontestan MasterChef memang baru pertama kali memasak sehingga tampak kurang ulet dan cekatan. Para kontestan berharap bisa menggantikan posisi anggota keluarganya, namun hal itu tidak tentu diperkenankan. Tak ayal, keadaan ini menjadi momen kelucuan tersendiri juga keharuan, seperti ditunjukkan Ken dan ayahnya.
"Begitu saya lihat benches Ken dan papanya, saya benar-benar enggak bisa mengintimidasi. Mengharukan sekali," kata Zeze, salah seorang anggota Black Team.
Para juri juga memperhatikan tantangan ini sebagai momen yang menyenangkan. "Sebenarnya, ini juga yang kita rasakan kalau melihat kontestan memasak, geregetan. Rasanya mau join in aja. Tapi, tantangan ini memang luar biasa, Bu Desi yang awalnya merasa enggak badan, tadi bilang tiba-tiba sembuh," tutur Chef Master Marinka, tertawa ringan.
Untuk pertama kalinya, nasib para kontestan tidak bergantung pada keahlian memasak atas hidangan mereka sendiri, tetapi keahlian anggota keluarga yang menggantikan peran kontestan lima besar dalam hal memasak.
Hasilnya, Ken dan sang ayah keluar sebagai pemenang babak ini. Butter rice yang dibuat keduanya disebut Chef Master Juna terasa gurih, begitupun menu ayam krispinya. Di luar itu, babak yang menantang kemampuan komunikasi peserta.
"Senang bukan main, saya peluk ayah saya dan bilang, thank, you made me be the winner," kata Ken, haru.
"Dengan tenangnya, Ken bisa mengarahkan papanya dengan tenang dan sabar banget," puji Agus, salah seorang anggota Black Team. (ftr)
http://www.okefood.com/read/2012/10/01/299/697483/wah-tangan-kontestan-masterchef-diborgol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar