Angkatan Udara Libya dinyatakan telah menerima empat pesawat tempur
Sukhoi Su-27 "Flanker" buatan Rusia. Namun tidak dijelaskan darimana
mereka mendapatkannya.
Seperti yang dikabarkan Libya Herald, kantor berita HoR LANA mengutip pernyataan seorang pejabat Libya (anonim) bahwa sumber-sumber informasi militer di Angkatan Bersenjata Libya (LNA) menegaskan pada 5 Januari 2014 empat pesawat tempur Sukhoi Su-27 Flanker telah bergabung dengan skuadron Angkatan Udara Libya.
Laporan itu mengatakan bahwa sumber menginformasikan Su-27 tersebut memiliki 150 putaran senapan G-301 dan sejumlah roket R-27R1 dan R-27T1 jarak menengah (radar directed) dan amunisi (bom) udara ke darat dengan berat 100, 250 dan 500 kilogram. Sumber juga mengklaim bahwa Su-27 memiliki jangkauan 3.530 kilometer dengan kecepatan maksimum 2.500 kilometer per jam. Mampu terbang di udara dalam waktu yang lama, dan dapat bermanuver dan menyerang kembali hingga tiga kali.
Menurut sumber, Su-27 yang baru diterima ini akan meningkatkan kemampuan LNA dalam memerangi kelompok ekstremis di seluruh negeri, terlebih untuk mengintensifkan serangan udara di kota Misrata.
Seperti yang diungkapkan seorang pejabat militer Libya yang dikutip oleh laman Financial Times: "Pelabuhan Misrata digunakan untuk mentransfer elemen teroris dan ekstremis, baik terhadap Libya maupun asing. Misrata adalah ancaman paling berbahaya bagi negara Libya saat ini." Angkatan Udara Libya juga telah mengancam untuk menembak jatuh setiap pesawat militer atau sipil Sudan atau Turki yang memasuki wilayah udaranya.
Sayangnya, LNA tidak mengungkapkan darimana mereka mendapatkan Su-27 ini. Tidak juga dijelaskan apakah kondisinya baru, bekas, atau pinjaman dari negara sahabat atau sekutu. Akhirnya muncul spekulasi darimana Libya mendapatkan pesawat ini.
Jika pesawat ini merupakan hasil refurbish atau upgrade dari pesawat-pesawat Angkatan Udara Libya, bisa jadi. Tapi sumber tersebut jelas menyebutkan bahwa 4 pesawat itu adalah Su-27. Lagipula, meskipun di bawah pemerintahan Moammar Khadaffi Libya adalah klien dekat Uni Soviet, namun Libya tidak secara resmi terdaftar sebagai pembeli Su-27, termasuk negara tetangganya seperti Mesir dan Aljazair.
Sebuah spekulasi pun muncul, mengatakan bahwa pesawat ini kemungkinan disuplai oleh Ukraina, yang mana ekonominya saat ini sedang carut marut akibat perang saudara terhadap pemberontak yang didukung Rusia. Tapi tetap saja tidak ada bukti Ukraina yang menyuplai pesawat ini ke Libya. Sedangkan sumber terbanyak Su-27 lainnya yaitu Rusia dan China tampaknya diragukan untuk menjual pesawat tempur secara sembunyi-bunyi, kecuali tersembunyi dalam hal jumlah.
Seperti yang dikabarkan Libya Herald, kantor berita HoR LANA mengutip pernyataan seorang pejabat Libya (anonim) bahwa sumber-sumber informasi militer di Angkatan Bersenjata Libya (LNA) menegaskan pada 5 Januari 2014 empat pesawat tempur Sukhoi Su-27 Flanker telah bergabung dengan skuadron Angkatan Udara Libya.
Laporan itu mengatakan bahwa sumber menginformasikan Su-27 tersebut memiliki 150 putaran senapan G-301 dan sejumlah roket R-27R1 dan R-27T1 jarak menengah (radar directed) dan amunisi (bom) udara ke darat dengan berat 100, 250 dan 500 kilogram. Sumber juga mengklaim bahwa Su-27 memiliki jangkauan 3.530 kilometer dengan kecepatan maksimum 2.500 kilometer per jam. Mampu terbang di udara dalam waktu yang lama, dan dapat bermanuver dan menyerang kembali hingga tiga kali.
Menurut sumber, Su-27 yang baru diterima ini akan meningkatkan kemampuan LNA dalam memerangi kelompok ekstremis di seluruh negeri, terlebih untuk mengintensifkan serangan udara di kota Misrata.
Seperti yang diungkapkan seorang pejabat militer Libya yang dikutip oleh laman Financial Times: "Pelabuhan Misrata digunakan untuk mentransfer elemen teroris dan ekstremis, baik terhadap Libya maupun asing. Misrata adalah ancaman paling berbahaya bagi negara Libya saat ini." Angkatan Udara Libya juga telah mengancam untuk menembak jatuh setiap pesawat militer atau sipil Sudan atau Turki yang memasuki wilayah udaranya.
Sayangnya, LNA tidak mengungkapkan darimana mereka mendapatkan Su-27 ini. Tidak juga dijelaskan apakah kondisinya baru, bekas, atau pinjaman dari negara sahabat atau sekutu. Akhirnya muncul spekulasi darimana Libya mendapatkan pesawat ini.
Jika pesawat ini merupakan hasil refurbish atau upgrade dari pesawat-pesawat Angkatan Udara Libya, bisa jadi. Tapi sumber tersebut jelas menyebutkan bahwa 4 pesawat itu adalah Su-27. Lagipula, meskipun di bawah pemerintahan Moammar Khadaffi Libya adalah klien dekat Uni Soviet, namun Libya tidak secara resmi terdaftar sebagai pembeli Su-27, termasuk negara tetangganya seperti Mesir dan Aljazair.
Sebuah spekulasi pun muncul, mengatakan bahwa pesawat ini kemungkinan disuplai oleh Ukraina, yang mana ekonominya saat ini sedang carut marut akibat perang saudara terhadap pemberontak yang didukung Rusia. Tapi tetap saja tidak ada bukti Ukraina yang menyuplai pesawat ini ke Libya. Sedangkan sumber terbanyak Su-27 lainnya yaitu Rusia dan China tampaknya diragukan untuk menjual pesawat tempur secara sembunyi-bunyi, kecuali tersembunyi dalam hal jumlah.
Gambar: Su-27 Angkatan Udara Ukraina/Oleg Belyakov
http://www.artileri.org