Senin, 16 Januari 2017

Live Streaming (Siaran Langsung) Masjidil Haram

Live Streaming (Siaran Langsung) Masjidil Nabawi

Bomber Strategis Tu-160M2 Rusia Mengudara Perdana Pada Akhir 2018

Penerbangan perdana pesawat pengebom modern Tu-160M2 akan dilakukan pada akhir 2018, kata Panglima Pasukan Kedirgantaraan Rusia Kolonel Jenderal Viktor Bondarev, Kamis (4/8) lalu.
“Pesawat Tu-160M2 dijadwalkan akan mengudara untuk pertama kalinya pada akhir 2018. Sementara, pesawat seri pertama yang diproduksi akan mengudara pada 2021,” kata Bondarev. Ia menambahkan, pembelian pesawat pengebom strategis modern ini akan dilakukan secara massal setelah pesawat pertama diterima. ( Baca juga : 5 Peswat Jet Tempur Rusia Paling Berbahaya dan Mematikan )
Bomber Tu-160M2 Russian
Ilustrasi Tu-160M2
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan produksi massal akan dimulai pada 2023. Pasukan Kedirgantaraan Rusia berencana akan membeli lebih dari 50 unit Tu-160M2.
Modernisasi pesawat pengebom strategis Rusia ini berawal dari kebijakan pada 2015 lalu yang memutuskan untuk melanjutkan kembali modernisasi pesawat pengebom Tu-160 dan menunda pengembangan pesawat pengebom generasi terbaru Rusia, yakni PAK-DA.
Referensi 1 : Tass / Referensi 2 : indonesia.rbth.com

AS Kekurangan 700 Pilot Tempur Setelah Terlibat Perang di Irak, Suriah dan Libya

WASHINGTON DC - Angkatan Udara Amerika Serikat kesulitan memenuhi kekurangan 700 orang pilot hingga akhir tahun ini untuk keperluan perang di Irak, Suriah dan Libya.
Menteri Angkatan Udara Deborah Lee James kepada wartawan, Rabu (10/8/2016) mengatakan, dia berencana memberikan bonus sebesar 35.000 dolar atau sekitar Rp 458 juta setahun untuk para pilot drone agar tetap bekerja di angkatan udara.
Bonus ini meningkat dari sekitar 25.000 dolar yang selama ini diberikan. Bonus besar ini hanya bisa diambil para pilot drone setelah mereka menyelesaikan kontrak kerja dengan angkatan bersenjata.
Pesawat Tempur Amerika Serikat AS

Deborah menambahkan, angkatan udara membutuhkan persetujuan untuk meningkatkan bonus ini demi "menambal" kekurangan pilot.
Selama ini angkatan udara berjuang mempertahankan pilot-pilot mereka yang juga diinginkan maskapai penerbangan sipil yang menjanjikan gaji dan bonus yang lebih besar.

Lebih jauh Deborah menambahkan, kekurangan pilot ini bisa melonjak hingga 1.000 orang dalam beberapa tahun ke depan.

"Berbagai maskapai penerbangan diprediksi akan mempekerjakan lebih banyak pilot militer di masa depan," kata dia.
Baca juga : 5 Peswat Jet Tempur Rusia Paling Berbahaya dan Mematikan

Sementara itu, Panglima Angkatan Udara AS Jenderal David Goldfein mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan taraf hidup para pilot AU dan kondisi kehidupan militer mereka, termasuk soal perumahan dan pelatihan.

"Ini sudah menjadi krisis. Penguasaan udara bukan milik alami Amerika, hal ini harus diperjuangkan," ujar Goldfein.

Dia mengatakan, jumlah pilot AU yang meninggalkan kedinasan sangat tinggi, sehingga meningkatkan kualitas kerja dan pendapatan diharapkan bisa menyelesaikan masalah.
Baca juga : 2 Pesawat Jet tempur FA-18 Hornet Amerika Serikat Jatuh setelah Bertabrakan

Permasalahan bertambah ketika personel militer yang ditugaskan ke luar negeri semakin sering terlibat dapam perang udara dibanding dua dekade terakhir.

Goldfein menegaskan, sejauh ini kekurangan pilot belum memengaruhi kampanye operasi udara di Irak, Suriah dan Libya.
Baca juga : Daftar 8 Jet Tempur Generasi 4 Tercanggih Terbaik di Dunia

Namun, penugasan ke zona perang yang terus menerus lama kelamaan akan memengaruhi keputusan para pilot untuk menanggalkan seragam militer mereka.
Sumber : Associated Press