Minggu, 25 Mei 2014

Diberi dana Rp 86 T beli persenjataan, TNI gandeng KPK


Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerima anggaran sebesar Rp 86 triliun dari pemerintah tahun ini. Anggaran tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. TNI berencana menggunakan anggaran untuk meremajakan alat utama sistem persenjataan yang sudah tua.

"Tahun ini ada peningkatan anggaran. Ada peningkatan yang cukup signifikan. Ada alokasi sebesar Rp 86 Triliun," kata Panglima TNI Jendral Moeldoko, saat Rapat Pimpinan TNI, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (8/1).

Moeldoko menjelaskan, anggaran tersebut nantinya akan digunakan sebesar 52 persen untuk pembelian senjata tempur. Sedangkan sisanya bisa digunakan untuk pembangunan industri pertahanan.

"Kita juga bisa menekan anggaran rutin sebesar 52 persen, sedangkan sisanya 48 persen untuk anggaran pembangunan. Diharapkan dengan meningkatnya anggaran untuk TNI semakin baik," jelasnya.

Moeldoko mengatakan, untuk pemeliharaan alutsista yang telah ada saat ini menurutnya masih membutuhkan tenaga-tenaga ahli dari negara lain. Hal itu disebabkan, Indonesia masih bergantung kepada negara yang membuat sistem persenjataan tersebut.

"Pemeliharaan alutsista, kita belum bisa buat. Untuk perawatan kita harus ke Rusia. Kita masih punya ketergantungan yang sangat tinggi dengan negara yang membuatnya. Ahli teknologi kita masih perlu waktu yang cukup panjang," jelasnya

Terkait adanya penyelewengan dana di tubuh TNI, Moeldoko menegaskan, bahwa TNI telah bekerja sama dengan KPK dan BPKP untuk melakukan audit anggaran. Moeldoko janji tidak terjadi penyimpangan.

"Kita ada kerjasama dengan KPK dan BPKP. Kita minta petunjuk, kita konsultasikan agar tidak ada penyimpangan-penyimpangan. Tidak ada lagi istilah-istilah titipan panglima-panglima TNI," tandasnya.



http://www.merdeka.com/peristiwa/diberi-dana-rp-86-t-beli-persenjataan-tni-gandeng-kpk.html

Tahun ini TNI berencana tambah Alutsista pesawat tempur


Untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia (TNI) berfokus meningkatkan kekuatan udara di 2014. Panglima TNI Jenderal Moeldoko berencana menambah Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista), misalnya pesawat tempur.

"Saya sudah diskusi dengan Menhan. Kira-kira kami semua ingin tingkatkan kekuatan udara kita. Ada beberapa pilihan, apakah kita ke depan akan ambil Sukhoi 35, apakah produk F16 dari generasi terbaru. Ini baru tahapan diskusi," ujar Moeldoko, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (6/1).

Selain pesawat tempur Moeldoko juga akan mendatangkan delapan unit helikopter tempur Apache buatan Amerika. Moeldoko menjelaskan, Alutsista terbaru tersebut nanti akan dihadirkan pada perayaan HUT TNI pada 5 Oktober 2014 mendatang.

"Dulu kita tidak mungkin berpikiran bisa membeli Apache. Setidak-tidaknya kami sekarang bisa datangkan dua unit dan ini bertahap, nantinya menjadi delapan unit sebelum tanggal 5 Oktober 2014. Jadi bisa kami pamerkan nanti," kata Moeldoko.

Moeldoko menambahkan, selain kekuatan udara TNI juga akan menguatkan sistem keamanan di perairan Indonesia dengan mendatangkan kapal selam dari Rusia pada akhir Januari nanti.

"Akhir Januari tim Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan akan berangkat ke Rusia untuk melihat pilihan-pilihan yang kita ambil," ujarnya.

Menurut dia, pembelian kapal selam tersebut masih dalam proses perundingan antara kedua negara. Moeldoko berharap, proses tersebut bisa berjalan dengan baik dan menguntungkan kedua belah pihak.

"Ada dua pilihan, apakah kita membeli baru, apakah kita menerima hibah. Kalo keuangan negara baik, harapan kita pembelian baru itu perkembangan terakhir mengenai rencana pembelian kapal selam milik Rusia," ujarnya.



http://www.merdeka.com/peristiwa/tahun-ini-tni-berencana-tambah-alutsista-pesawat-tempur.html

Alutsista baru buat konsumsi BBM TNI membengkak


Kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kebutuhan operasi pertahanan dan keamanan yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) semakin meningkat. Ini lantaran adanya program pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) untuk kebutuhan operasi baik militer maupun non-militer.
Atas hal itu, Pertamina menyatakan siap memenuhi berapapun jumlah BBM yang diperlukan TNI. Hal itu tertuang dalam nota kesepahaman (Master of Understanding/MoU) yang disepakati oleh Pertamina dengan Kementerian Pertahanan.
"Nota kesepahaman ini diharapkan menjadi payung aturan yang sifatnya saling menguatkan dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama khususnya dalam hal penyediaan BBM dan pelumas antara Kemenhan, Pertamina dengan Mabes TNI," ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya penandatangan MoU jual beli BBM dan pelumas di Gedung Kemenhan, Jakarta, Rabu (18/12).
Hanung mengatakan, MoU ini menjadi komitmen bagi Pertamina untuk menyiapkan BBM untuk operasi keamanan TNI. Menurut dia, saat ini Pertamina telah melakukan pendistribusian BBM keekonomian bagi kegiatan rutin maupun kegiatan operasi kepada TNI dan Polri dengan kuantum tidak kurang dari 425 juta liter per tahun dan tingkat pertumbuhan kurang lebih 5 persen setiap tahun.
"Pertamina berkomitmen menyediakan semua kebutuhan TNI di seluruh Indonesia. Kami punya 100 lebih terminal dan 55 DPBU yang mampu memasok seluruh kebutuhan TNI," ungkap Hanung.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku TNI merasa keberatan dengan pemberian subsidi BBM dari pemerintah melalui bentuk anggaran. Menurut dia, kuota BBM yang dibutuhkan TNI akan berkurang apabila harga BBM naik.
Hal itu menyebabkan operasional TNI menjadi terhambat. "Oleh karena itu, kita minta subsidi bukan dalam bentuk budget tapi dalam bentuk kuantum," terang dia.
Selanjutnya, Purnomo menyatakan, terjadi kesenjangan yang besar antara masyarakat umum dengan TNI terkait penggunaan subsidi BBM. Menurut dia, subsidi BBM banyak dinikmati oleh masyarakat mampu sementara di sisi lain TNI harus mengalami kekurangan BBM saat menjalankan operasi.
"Ada sebagian subsidi yang tidak jatuh ke masyarakat miskin, di sisi lain TNI kembang kempis untuk menjalankan operasi. Bahkan mereka harus membeli BBM dari kantongnya sendiri," ungkap Purnomo.
Lebih lanjut, Purnomo menyatakan, TNI hanya membutuhkan sekitar 1,2 persen dari total dana APBN yang digunakan untuk subsidi BBM. "Tapi manfaatnya sangat besar bagi negara. Operasi baik di laut, udara, dan darat dapat berjalan dengan maksimal dan bisa mengurangi potensi kerugian negara akibat adanya penyelundupan BBM, ilegal fishing, dan sebagainya," pungkas dia.



http://www.merdeka.com/uang/alutsista-baru-buat-konsumsi-bbm-tni-membengkak.html

Menhan tegaskan 1 kapal selam dari Korsel harus dibangun di RI


Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) bekerja sama untuk membangun kapal selam. Rencananya ada tiga kapal selam yang segera dibangun. Indonesia juga akan mengirim 208 orang dari PT PAL untuk mengenyam pendidikan di Korsel.
Dari ketiga kapal selam tersebut, rencananya ada satu kapal yang akan dibangun di Indonesia. Tetapi, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menekankan, PT PAL harus siap sebelum melakukan pembangunan tersebut.

"Kebutuhan kapal selam dan korvet (kapal perusak rusak), akan dibangun di Indonesia. Diperlukan kesiapan PT PAL berdasarkan undang-undang," kata Menhan saat jumpa pers usai sidang ke-10 Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta, Rabu (6/11).

Pembuatan kapal selam yang diserahkan kepada PT PAL, menurut Purnomo, juga terhubung dengan BUMN agar mengetahui mengenai pembangunan ini.

"Kapal kombatan harus terintegrasi dengan BUMN. Kebutuhannya berapa? Apa yang dibutuhkan?" jelasnya.

Mengenai pembangunan kapal selam ini, Menteri BUMN Dahlan Iskan menyetujui ide yang diberikan Kemenhan. Menurutnya, konsep yang dijabarkan jelas karena memaksimalkan industri Indonesia.

"Menhan konsepnya jelas, semaksimal mungkin industri di dalam negeri," ungkapnya di lokasi yang sama.

Rencananya Dahlan akan meminjamkan uang dari bank BUMN sambil menunggu dana dari APBN. Hal ini dilakukan agar proyek pembangunan kapal selam ini segera berjalan.

Dahlan bahkan menyebut pembangunan kapal selam ini penting. Sebab, Indonesia dikelilingi laut dan mudah dilalui kapal-kapal asing.

"Prinsipnya kapal selam ini penting. Karena dua per tiga negara kita adalah laut. Karena itu, hal ini bisa dilalui kapal di atas, di dalam dan udara. Perlu untuk kita jaga pintu masuk dan pintu keluarnya," jelasnya.




http://www.merdeka.com/peristiwa/menhan-tegaskan-1-kapal-selam-dari-korsel-harus-dibangun-di-ri.html

Kamis, 22 Mei 2014

Gandeng Turki, Pindad buat Medium Tank


Perusahaan pelat merah, PT Pindad menggandeng perusahaan Turki untuk membuat Medium Tank atau produk di bawah Leopard Heavy Tank. Kerja sama ini tidak murni untuk bisnis, melainkan kerja sama antar pemerintah.

"Tank itu kita sedang buat medium tank. Ternyata jumlah medium tank dibutuhkan banyak juga. Kita dari dulu sudah mengembangkan tank dari supply rantai tank dan roda roda nya," ucap Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo ketika ditemui di Monas, Jakarta, Jumat (4/10).

Namun, ada yang disayangkan dari kerja sama dengan Turki. Marketing Manajer PT Pindad, Sena Maulana tidak segan menyebut perusahaan Turki yang bekerja sama dengan Pindad dinilai belum ahli dan belum pernah membuat medium tank.

"Kita desain sendiri tank nya. Mereka (pemerintah RI) dengan Turki bekerja sama. Masih terjadi penjajakan. ini tidak memiliki kapabilitas yang kita harapkan. Kita ingin partner lebih jago dri tadi. Tapi ini pemerintah ke pemerintah," katanya.

Di samping pengembangan medium tank dengan Turki, BUMN persenjataan ini juga mengembangkan medium tank sendiri dengan nama SBS. Saat ini baru mengembangkan prototype nya.

"Daripada proyek dengan Turki masih diam, kita kembangkan sendiri namanya SBS. SBS sudah jalan sekarang. 2014 target sudah mulai bisa jalan jauh," tutupnya.
[noe]
http://www.merdeka.com/uang/gandeng-turki-pindad-buat-medium-tank.html

Bahan baku pembuatan senjata masih andalkan impor

 
PT Pindad membuktikan bahwa Indonesia sudah bisa memproduksi atau merakit senjata untuk tentara. Namun ternyata material pembuat senjata, semisal baja, masih harus diimpor dari Korea.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo mengatakan, material yang produksi Indonesia masih belum secanggih material impor. Material dalam negeri disebut cepat panas jika dibuat senjata.

"Kemampuan material laras dan senjata masih impor. Sekarang Krakatau Steel baru mulai mengembangkan," ucap Wahyu ketika ditemui di Monas, Jakarta, Jumat (4/10).
Saat ini, Wahyu mengakui, perusahaan dalam negeri masih malas mengembangkan material ini. Kebutuhan investasi yang besar serta pasar yang sedikit membuat perusahaan berpikir dua kali untuk investasi.

"Terkait dengan ekonomis. Kalau mau investasi duit harus balik dan investasi cukup mahal. Sekarang kita impor dari Korea," katanya.
Material yang diimpor ternyata juga bukan hanya material senjata saja. Material pertahanan di Indonesia rata rata masih di impor. Selain itu, teleskop untuk senjata juga masih harus impor karena tidak ada yang mengembangkan di Indonesia.

"Material kapal juga masih impor. Teleskop juga masih minim. Mau ngembangin skala ekonomis repot. Investasi Rp 100 miliar dan dibeli berapa sih," tutupnya.



http://www.merdeka.com/uang/bahan-baku-pembuatan-senjata-masih-andalkan-impor.html

Gandeng Korea dan Eropa, Pindad buat senjata kaliber besar


Perusahaan pelat merah, PT Pindad saat ini sedang mengembangkan senjata kaliber besar di atas 20 mm bersama Eropa dan Korea. Senjata kaliber besar yang sedang dibuat ini mencapai 105 mm.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT Pindad, Wahyu Utomo, mengatakan selama ini pihaknya baru memproduksi senjata berkaliber kecil yaitu 12,7 mm. Senjata ini sudah banyak digunakan TNI seperti merek MKV.

"Jadi pengembangan Pindad di amunisi kaliber besar. Kaliber kecil sekarang masih 12,7 mm. Nanti ada kaliber 105 mm," ucap Wahyu ketika ditemui di Monas, Jakarta, Jumat (4/10).
Pembuatan senjata dengan lubang laras mencapai 105 mm ini dilakukan agar TNI tidak selalu mengimpor senjata dari luar negeri. Wahyu berharap produksi ini bisa memenuhi kebutuhan senjata di dalam negeri.

"Kita tes kemampuan dalam negeri secara bertahap. Kerjasama dengan Korea dan Eropa. Di bawah itu sesuai yang dipakai TNI. Dari Pindad mendukung peran TNI kita bikin kaliber besar ini," tutupnya.



http://www.merdeka.com/uang/gandeng-korea-dan-eropa-pindad-buat-senjata-kaliber-besar.html

Jajal aneka senjata TNI AD, Ahok mau pinjam panser kalau banjir


Dalam rangka HUT ke-68, TNI AD menggelar pameran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di lapangan Monas. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mewakili Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menghadiri pameran tersebut.

Politisi Gerindra ini tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berkeliling melihat stan pameran dan kendaraan perang TNI bersama Pramono Edhie Wibowo mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Ahok mengunjungi stan panser varian Tarantula. Disana, Ahok mencoba naik ke dalam kendaraan lapis baja produksi Korea Selatan tersebut.

"Ini bisa ini dipakai jadi kendaraan dinas. Buat banjir. Haha. Pinjam ya nanti kalau banjir," ujar Ahok sambil tertawa di stand Monas Jakarta, Jumat (4/10).

Kemudian, dia berlanjut ke stan yang memamerkan berbagai jenis senjata. Ahok menjajal sebuah senapan yang terhubung ke papan sasaran tembak digital.

"Kapan lagi nembak-nembak gini," katanya dengan semangat menembakkan senjata laser tersebut.

Selanjutnya, ia mengecek senapan mesin jenis kaliber 762 dengan kapasitas 2.000 peluru sekali tembak dan replika tandu Jenderal Sudirman

Tak ketinggalan, Ahok mengunjungi stan ekspedisi Kopassus dan helikopter TNI AD yang terparkir di silang Monas. Ia pun kembali naik ke dalam helikopter serta duduk di kursi penembak sambil memakai helm dan memegang senjata.

"Apa nih yang mau ditembak? Kayak Rambo aja nih," ucap Ahok sembari tertawa.
http://www.merdeka.com/jakarta/jajal-aneka-senjata-tni-ad-ahok-mau-pinjam-panser-kalau-banjir.html

Senin, 19 Mei 2014

Sistem Rudal Anti Udara Rusia S-500

Lima baterai sistem rudal pertahanan darat-udara S-500 akan melengkapi program modernisasi Angkatan Darat Rusia hingga tahun 2020. Hal ini disampaikan Komandan Aerospace Defense Troops Rusia, Alexander Golovko, 28 November 2013.
S-500 merupakan generasi baru sistem rudal pertahanan udara Rusia yang didisain untuk menyergap rudal balistik antar benua (ICBM), Pertahanan terhadap Airborne Early Warning and Control (AEW&C) dan Jamming pesawat.
Baterai pertama S-500 akan mulai dioperasikan Aerospace Defense Troops Angkatan Darat Rusia pada tahun 2017. Sistem pertahanan udara baru jarak jauh ini, diharapkan menjadi tulang punggung dari sistem pertahanan kedirgantaraan terpadu yang dibangun Rusia.
Jangkauan S-500 dapat ditingkatkan hingga 600 km dan mampu mengunci 10 target sekaligus. Dengan menggunakan rudal baru, sistem S-500 mampu menghancurkan semua jenis ancaman udara pada kecepatan maksimum 7 km/detik diketinggian 200 km.
Militer Rusia mensyaratkan S-500 harus mampu mencegat rudal antar benua (ICBM) serta rudal jelajah hypersonic. Beberapa elemen dari S-500 sudah mulai masuk tahap produksi dan desainer S-500 Almaz-Antey telah melakukan uji coba pertama.
Sistem pertahanan udara S-500 akan dioperasikan secara paralel dengan sistem S-400, yang sebagian besar ditujukan untuk menggantikan sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia.
Selain itu, Rusia juga sedang meningkatkan kemampuan peluru kendali pencegat rudal nukir SH-08 / ABM-3 Gazelle NATO) yang telah dipasang di sekitar Moskow selama lebih dari dua dekade.
Sistem Pertahanan Rudal  SH-08 Gazelle Anti-ballistic missile
Sistem Pertahanan Rudal SH-08 Gazelle Anti-ballistic missile
 SH-08 Gazelle Anti-ballistic missile, berbasis Silo
SH-08 Gazelle Anti-ballistic missile, berbasis Silo
Rusia sedang merancang sistem pertahanan yang lebih luas, untuk di dalam negeri, serta di sejumlah negara bekas Uni Soviet yang diikat dalam Perjanjian Keamanan Kolektif.
Sistem pertahanan nuklir dan non nuklir tersebut sedang dibangun dan dimulai dari Moskow. Rusia pun kini mulai memasang S-300 di negara Belarusia. Para pejabat AS mengatakan pertahanan baru Rusia, efektif terhadap rudal jelajah, pembom, pesawat tempur, rudal balistik jarak menengah dan pendek, serta rudal balistik antarbenua.
Arsitek dari sistem pertahanan terpadu dan luas itu, tidak lain adalah Presiden Rusia, Valdimir Putin, untuk merespon pemasangan perisai pertahanan rudal NATO di Eropa. (armyrecognition.com).

Latihan Penembakan Roket MLRS Rusia

Rusia kembali adakan latihan penembakan Roket MLRS berikut beberapa foto pada latihan tersebut. Semoga dapat menambah rujukan jika TNI berniat membeli roket jenis ini.














Peluru kendali udara ke udara

Peluru kendali udara ke udara adalah rudal yang ditembakkan dari pesawat dengan target untuk menghancurkan pesawat musuh. Umumnya rudal jenis ini memakai satu atau lebih motor roket yang dapat berbahan bakar padat atau cair. Untuk rudal modern, terdapat jenis propulsi Ramjet.

Sistem pemandu rudal jenis ini terdiri dari beberapa cara antara lain adalah anti-radiasi, inframerah, laser atau elektro-optik. Target kemudian dihancurkan dengan menggunakan hulu ledak yang dipicu dengan sebuah pemicu jarak atau pemicu kontak.

Sistem pemandu radar umumnya digunakan untuk rudal jarak menengah atau jauh dimana sinyal inframerah target umumnya terlalu lemah untuk dilacak detektor inframerah. Ada dua macam rudal berpandu radar yaitu aktif dan semi-aktif. Rudal dengan sistem pemandu radar aktif mempunyai sistem radarnya sendiri untuk mendeteksi dan melacak targetnya. Tetapi ukuran dari antena radar dibatasi oleh diameter rudal yang kecil sehingga membatasi jangkauan deteksi rudal. Untuk mengatasi hal tersebut, rudal harus memiliki cara lain (umumnya sistem pemandu inersial) untuk mendekati target sebelum mengaktifkan radarnya.

Rudal berpandu radar semi-aktif adalah lebih umum. Rudal jenis ini mendeteksi energi radar yang dipancarkan dari target. Sinyal radar dipancarkan oleh pesawat penembak. Dengan ini berarti pesawat penembak harus menjaga penguncian target sampai dapat dijangkau rudal, sehingga membatasi daya manuver pesawat penembak yang dapat membahayakan pesawat seiring dengan ancaman musuh. Rudal jenis ini juga lebih gampang dikacaukan (jamming) karena jarak pesawat penembak ke target lebih jauh dibandingkan jarak target ke rudal. Rudal berpandu radar dapat diatasi dengan manuver terus menerus yang mengakibatkan penguncian yang terhenti, menyebarkan chaff atau menggunakan electronic counter-measures.

Sistem pemandu inframerah akan melacak panas yang dihasilkan pesawat musuh. Detektor inframerah pada awalnya memiliki tingkat sensitivitas rendah sehingg hanya bisa melacak panas yang dihasilkan saluran pembuangan pesawat. Ini berarti pesawat penyerang harus bermanuver untuk dapat menembakkan rudal ketika berada di belakang pesawat musuh. Sinyal inframerah yang melemah ketika jarak makin menjauh juga menjadi kendala sistem lama.

Rudal berpandu inframerah modern dapat mendeteksi panas dari bagian manapun dari pesawat musuh yang menjadi panas oleh adanya gesekan dengan udara. Hal ini membuat pesawat penembak tidak perlu bermanuver untuk mencari posisi di belakang pesawat musuh sebelum dapat melepaskan tembakan. Walaupun demikian hal ini tetap dapat memperbesar kemungkinan mengenai target.

Untuk mengatasi rudal jenis ini, digunakan flare yang lebih panas dari pesawat sendiri sehingga rudal akan melacak panas yang lebih tinggi tersebut. Penelitian terkini mengembangkan alat laser yang dapat menghancurkan sistem pemandu inframerah di rudal. Rudal modern seperti ASRAAM menggunakan pencitraan inframerah sehingga rudal dapat "melihat" target (seperti sebuah kamera video digital) dan dapat membedakan antara pesawat dengan sumber panas seperti flare. Sistem ini juga memiliki sudut lebar sehingga pesawat penyerang tidak perlu harus berada dalam garis lurus dengan target untuk dapat dikunci. Pilot hanya perlu menggunakan helmet mounted sight (HMS) dan kemudian "melihat" targetnya sebelum melepaskan tembakan. Su-27 Rusia dilengkapi dengan sebuah sistem pencari dan pelacak inframerah dilengkapi dengan pengukur jarak laser untuk sistem HMS-nya.

Untuk dapat bermanuver dari sudut tembak yang kurang memadai pada jarak pendek untuk mencari targetnya, rudal udara ke udara dilengkapi dengan pendorong vektor yang memungkinkan rudal untuk berputar arah. Sedangkan Elektro-optikal adalah sistem pemandu terbaru dalam pemandu misil. Salah satu rudal yang memakai pemandu elektro-optikal adalah Python-5 Israel.

Disain

Rudal udara ke udara umumnya berbentuk panjang, silindris tipis untuk mengurangi gesekan dengan udara pada kecepatan tinggi. Di bagian depan terdapat pelacak yang dapat berupa radar, detektor inframerah atau elektro-optikal. Di belakangnya terdapat sistem yang mengontrol penerbangan. Di bagian tengah terdapat hulu ledak yang dikelilingi logam yang akan berpencar ketika meledak. Di bagian belakang terdapat sistem propulsi yang berupa roket atau sejenisnya. Roket berbahan bakar padat pendorong ganda umum digunakan, tetapi beberapa rudal jarak jauh menggunakan bahan bakar cair untuk meningkatkan jangkauan dan menghemat bahan bakar untuk manuver akhir. Misil modern menggunakan motor yang menghasilkan sedikit asap - misil-misil awan menghasilkan jejak asap tebal yang dapat dengan mudah dilihat oleh kru pesawat target.

Jangkauan

Jangkauan efektif rudal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketinggian, kecepatan, posisi dan arah pesawat target. Contohnya Vympel R-77 mempunyai jangkauan resminya 100 km. Hal ini benar untuk kondisi posisi saling berhadapan, tidak bisa menghindar dan pada ketinggian tinggi. Pada ketinggian rendah, jangkauan efektif dikurangi 75%-80% (sekitar 20-25 km). Jika target melakukan manuver menghindar, maka jangkauan efektif berkurang. Lihat tabel perbandingan rudal udara ke udara untuk informasi lebih lanjut. Jangkauan efektif rudal udara ke udara dikenal dengan istilah no-escape zone yang berarti jarak dimana target tidak bisa lagi menghindar ketika rudal diluncurkan.

Pilot yang kurang dilatih dan pilot tentara bayaran lebih mementingkan nyawa cenderung meluncurkan rudal pada jarak maksimum dengan hasil yang kurang efektif. Pada perang Ethiopia-Eritrea 1998-2000, pilot dari kedua belah pihak menembakkan lebih dari selusin rudal jarak menengah R-27 (AA-10) dari jarak jauh dengan hasil buruk. Tetapi ketika pilot SU-27 Ethiopia yang lebih terlatih memutuskan untuk mengejar dengan rudal jarak pendek R-73 (AA-11), hasilnya lebih fatal bagi pesawat Eritrea.

Kamis, 15 Mei 2014

Inilah Senjata Yang Hanya Digunakan Oleh 3 Negara

Rudal Yakhont/P-800/Brahmos merupakan rudal buatan rusia yang hanya digunakan oleh 3 Negara saja di dunia ini.yaitu Rusia,Indonesia dan India.di India rudal ini dinamakan Brahmos,karena India sendiri mendapatkan lisensi untuk membuat rudal ini di India.rudal yang memiliki jarak tembak 300KM dengan kecepatan 2,5 Mach atau 2 Kali Lebih kecepatan suara.rudal ini dapat ditembakkan di lewat Darat,Laut(Kapal Perang) dan Pesawat Tempur.namun rudal ini lebih condong diluncurkan lewat Kapal Perang ataupun di Darat.karena rudal in sangat berat dan terbilang besar sehingga kurang cocok jika diluncurkan di pesawat tempur. Indonesia memiliki rudal ini sejak tahun 2007 dan bulan kemarin diadakan Uji Coba Rudal Yakhont di Selat Sunda dengan sasaran nya KRI Teluk Bayur yang sudah dihapuskan dari kekuatan TNI-AL.

tidak dijelaskan berapa rudal yang dimiliki indonesia saat ini,namun jika dilihat dari perhitungan matematis bahwa rudal ini telah dipasang di 4 KRI di indonesia dan kedepan nya akan bertambah,dan setiap KRI dipasang 4 Rudal Yakhont. untuk kawasan Asean saat ini Rudal Yakhont yang dimiliki Indonesia lah yang sangat canggih di Asean untuk kelas rudal permukaan-permukaan dan permukaan-daratan.

Untuk pertama kalinya pada hari Rabu, 20 April 2011, sebuah rudal Yakhont berhasil di ujicoba tembak oleh TNI AL di perairan selat sunda (Samudera Hindia). Lewat ujicoba ini akhirnya ditehaui penempatan Yakhont, yakni di jenis frigat TNI AL kelas Van Speijk buatan Belanda. Saat ujicoba 20 April, Yakhont diluncurkan dari KRI Oswal Siahaan (354). Dalam ujicoba, sasaran tembak Yakhont berada di lintas cakrawala, yakni menghantam target dengan jarak 135 mil laut atau sekitar 250 km. Target Yakhont adalah eks KRI Teluk Bayur (502), sebuah LST (landing ship tank) keluaran tahun 1942 yang dibuat di Amerika Serikat. untuk kawasan Asean saat ini Rudal Yakhont yang dimiliki indonesia lah yang sangat canggih di Asean untuk kelas rudal permukaan-permukaan dan permukaan-daratan.


Menurut informasi dari situs Kementrian Pertahanan RI, saat ini 16 KRI sudah dipasang rudal Yakhont, yaitu enam pada kapal jenis frigat dan 10 di kapal perang Korvet. Masing-masing frigat dipasang delapan unit Yakhont sedangkan Korvet sebanyak empat unit. Pemasangan dilakukan sepenuhnya oleh PT PAL Surabaya.
Spesifikasi Yakhont
Negara Pembuat        : Rusia
Pabrikan                       : Beriev
Jangkauan Tembak  : 300 Km pada manuver jelajah tinggi 120 Km pada menuver jelajah rendah
Kecepatan                    : 2 – 2,5 Mach
Ketinggian Terbang : 5 – 15 meter (fase terakhir sebelum mengenai target)
Berat Bahan Peledak : 200 Kg
Pengarah Navigasi    : aktif pasif radar seeker head
Jangkauan Tembak Minimum : 50 Km
Propulsi : solid propellant booster stage dan liquid propellant ramjet sustainre motor
Media Peluncuran : dari bawah air, kapal permukaan dan dari daratan
Berat : Rudal 3,000 Kg
Rudal plus kontainer 3,900 Kg

[imagetag]

[imagetag]

[imagetag]

[imagetag]

[imagetag]

Thailand Bisa Menjadi Pasar Utama Senjata China

Setelah FD-2000, versi ekspor dari sistem rudal pertahanan udara HQ-9 China mengalahkan minat terhadap sistem rudal pertahanan udara Patriot (AS) dan S-300 (Rusia), Thailand kemungkinan akan menjadi pasar senjata berikutnya untuk sistem rudal dan persenjataan lainnya dari China, Duowei News yang berbasis di AS melaporkan.

Saat Pameran Pertahanan dan Keamanan 2013 yang berlangsung di IMPACT Exhibition and Convention Center di Bangkok mulai 4 November hingga Kamis, kepada Angkatan Darat Thailand, China menampilkan sistem rudal pertahanan udara FD-2000 dan sistem-sistem senjata canggih lainnya seperti Sistem Pertahanan Udara jarak pendek FL-3000N dan FK-1000 (pendek-menengah) yang dirancang oleh China Precision Machinery Import-Export Corporation yang berbasis di Beijing.

Seorang sumber dari China Precision Machinery Import-Export Corporation mengatakan kepada Duowei News bahwa Thailand tidak hanya tertarik untuk membeli FD-2000 China, namun juga tertarik untuk membeli FL-3000N untuk Angkatan Lautnya, yang merupakan versi ekspor dari sistem pertahanan udara HQ-10 China (kloning dari sistem pertahanan udara S-300PMU Rusia) yang dirancang untuk mendeteksi, melacak, dan menghancurkan rudal balistik, rudal jelajah, dan pesawat (terbang rendah) yang masuk.

Saat ini, FL-3000N dilengkapkan Angkatan Laut China pada kapal induk pertamanya Liaoning dan Frigat Kawal Rudal Tipe 056. Jika FL-3000N berhasil diekspor China ke Thailand, artinya jangkauan serangan Angkatan Laut Thailand akan menjadi 150 kilometer.

Selain menawarkan sistem rudal untuk Angkatan Laut dan Angkatan Darat Thailand, China melalui Poly Technologies juga menawarkan Kendaraan Lapis Baja Angkut Personel CS-VP3.

Perwakilan dari Poly Technologies mengatakan kepada Duowei News bahwa kendaraan lapis baja angkut personel sangat penting bagi Angkatan Darat Thailand untuk operasi anti-teroris di wilayah Patani di Thailand Selatan. Sejak diproduksi tahun 2012, CS-VP3 telah memenangkan dua kontrak dari dua negara Afrika. China juga telah sepakat untuk bersama-sama mengembangkan MLRS DTI-1 untuk Angkatan Darat Thailand yang berdasarkan MLRS WS-1.

Terlepas kenyataan bahwa Turki mungkin akan terhalang oleh Amerika Serikat untuk membeli sistem rudal pertahanan udara FD-2000 China, Duowei News menyatakan bahwa kepercayaan negara-negara berkembang terhadap sistem senjata China telah meningkat.

Thailand sendiri telah menjadi salah satu pengguna senjata China melalui pembelian empat kapal frigat kawal rudal Tipe 053HT pada tahun 1988. Dan sekarang, Thailand memiliki potensi untuk menjadi pasar luar negeri senjata China setelah Pakistan.

Daftar Rudal Korea Utara


Korea Utara diyakini memiliki lebih dari 1.000 rudal dengan berbagai kemampuan, termasuk rudal jarak jauh yang suatu hari bisa mencapai daratan Amerika Serikat. Program rudal Pyongyang telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir dari awalnya hanya berupa roket artileri taktis jarak pendek pada tahun 1960 dan 70-an menjadi rudal balistik jarak menengah pada tahun 1980 dan 90-an.

Insititut Analisis Pertahanan Korea Selatan (KIDA) mengatakan bahwa sesuai dengan laporan yang disampaikan oleh Pentagon kepada Kongres AS, Korea Utara setidaknya telah memiliki hingga 200 Transporter Erector Launcher (TEL)*, 100 rudal Scud jarak pendek, 50 rudal Nodong jarak menengah dan 50 rudal Musudan jarak jauh. Sebelumya Seoul juga memperkirakan bahwa negara komunis yang dikenal secara resmi sebagai Republik Demokrasi Rakyat Korea (DPRK) itu memiliki tidak lebih dari 94 TEL mobile (bergerak). 

 Laporan AS juga menunjukkan bahwa Korea Utara bertekad memperluas program rudalnya meskipun ekonominya sedang sulit. Hal ini terutama difokuskan pada wilayah-wilayah tertentu yang asimetris dapat menimbulkan ancaman bagi korea Selatan dan pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan.

Ketegangan di Semenanjung Korea telah meningkat tajam sejak Desember lalu, ketika Korea Utara menguji coba rudal jarak jauh Taepodong-2, diikuti tes nuklir ketiga (underground) pada Februari 2013.

PBB menanggapinya dengan sanksi. Latihan militer baru-baru ini antara Korea Selatan dan Amerika Serikat telah membuat marah Korea Utara, yang mengancam akan melakukan serangan nuklir di daratan Amerika, serta pasukan AS di wilayah tersebut.

KEKUATAN RUDAL KOREA UTARA

Kekuatan rudal Korea Utara terdiri dari berbagai rudal jarak pendek seperti KN-02, yang memiliki jangkauan 120 km dan dapat menargetkan instalasi militer di Korea Selatan. Ada juga Hwasong-5 dan Hwasong-6, yang juga dikenal sebagai rudal Scud-B dan C, memiliki jangkauan masing-masing 300 km dan 500 km. Rudal ini berhulu ledak konvensional, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa dipersenjatai dengan hulu ledak biologis, kimia, bahkan nuklir.

Rudal Hwasong-5 dan 6 keduanya sudah diuji coba dan disebarkan. Ahli persenjataan sudah meyakininya dan memungkinkan bagi Korea Utara untuk menyerang wilayah manapun di Korea Selatan. Menurut beberapa media barat, rudal Hwasong-6 juga telah dijual Korea Utara ke Iran, di mana rudal ini dikenal di Iran dengan nama Shehab-2.

Hwasong-5
Hwasong-5 adalah rudal balistik taktis permukaan-ke-permukaan jarak pendek yang terlahir dari rudal Elbrus R-17 Uni Soviet dan berdasarkan rudal balistik Scud-B buatan Rusia.

Hwasong-6
Hwasong-6 adalah rudal balistik taktis yang diproduksi oleh industri pertahanan Korea Utara. Uji coba pertama dari rudal Hwasong-6 telah sukses pada Juni 1990 (tiga kali penembakan). Rudal ini dibuat berdasarkan teknologi rudal Scud-C Rusia.

Hwasong-13
Sistem rudal balistik ini masih tergolong baru. Diresmikan saat parade militer Pyongyang 15 April 2012. Sistem rudal ini tiga tahap dengan sistem propulsi berbahan bakar cair. Rudal ini memiliki berat lepas landas 45 ton, dan mampu terbang balistik dengan jangkauan 7.500 km. Sistem peluncur rudal ini dipasang pada truk 16 roda (8 as) yang dirancang dan diproduksi di China.
Rudal Hwasong-13
Rudal Hwasong-13 yang dikenal juga sebagai KN-08 dan Nodong-C (Foto : Pedro Ugarte/Getty via WP)
Pada akhir 1980-an, Korea Utara telah meluncurkan sebuah program untuk mendesain dan memproduksi rudal balistik baru jarak menegah yang akhirnya dikenal sebagai Nodong yang memiliki jangkauan 1.000 km, bisa menargetkan Jepang. Rudal ini didasarkan pada desain rudal Scud-D, tetapi 50% lebih besar dan memiliki mesin yang lebih powerfull.

Nodong-A
Nodong-A yang disebut juga Nodong 1 atau juga Rodong 1 adalah rudal balistik jarak menengah yang dibuat berdasarkan teknologi rudal balistik Scud-D Rusia. Sistem ini dikembangkan oleh industri pertahanan Korea Utara. Keberadaannya mulai terdeteksi dunia saat di landasan peluncuran pada Mei 1990.

Rudal Nodong memiliki jangkauan sekitar 1.000-1.300 km. Kekuatan rudal diyakini 2.000-4.000 m CEP untuk jarak maksimum.

Nodong-B (BM-25 Musudan)
Nodong-B (BM-25 Musudan) adalah rudal balistik darat-ke-darat jarak menengah yang desainnya berbasis pada teknologi rudal balistik Scud-C buatan Rusia. Sistem ini dikembangkan oleh Industri Pertahanan Korea Utara dan diresmikan pertama kali saat parade militer 10 Oktober 2010, dalam perayaan ulang tahun ke-65 Partai Pekerja. 

Intelijen Israel meyakini rudal ini memiliki jangkuan 2.500 km sedangkan Badan Pertahanan Rudal AS (MDA) memperkirakan rudal ini memiliki jangkuan 3.200 km, dan sumber intelijen lain menyebutkan 4.000 km.
Rudal Nodong-B
Rudal Nodong-B (Foto via leaksource.wordpress.com)
Langkah selanjutnya pengembangan rudal Korea Utara adalah Taepodong-1 dan Taepodong-2 (dikenal sebagai Paektusan di Korea Utara).

Taepodong adalah rudal besar berbahan bakar cair. Perlu beberapa konfigurasi untuk meluncurkannya, seperti halnya roket ruang angkasa. Waktu persiapannya (perakitan) cukup lama, diluncurkan dari lokasi statis (non-mobile) dengan bantalan peluncuran di tanah.

Akurasi rudal tetap menjadi penting, namun bukan lagi hal utama karena satu ton hulu ledak kimia atau biologi dari rudal ini akan memiliki efek yang dahsyat. Korea Utara dikenal barat memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata biologis dan kimia.

Taepodong-1
Taepodong-1 atau juga lebih dikenal oleh Korea Utara sebagai Paektusan-1, adalah rudal multi tahap pertama buatan dalam negeri. Jangkauannya sekitar 2.200 km, namun diyakini rudal ini kurang akurat ketimbang Nodong.

Taepoong-1 telah sukses uji coba terbang pada tanggal 31 Agustus 1998 sebagai roket ruang angkasa, tidak membawa muatan hulu ledak seperti rudal balistik biasanya, rudal ini membawa tahap ketiga dan kemungkinan berbahan bakar padat. Ini dimaksudkan untuk menempatkan satelit kecil ke orbit rendah Bumi.

Taepodong-2
Perkiraan kinerja Taepodong-2 jauh lebih spekulatif. Sebelum Desember 2012, Taepodong-2 sudah diuji coba sebanyak tiga kali, pada tahun 2006, 2009 dan April 2012.

Taepodong 2 atau Paektusan-2 juga merupakan rudal balistik tiga tahap, namun sudah jauh lebih maju daripada Taepodong-1. Jangkauannya diperkirakan 5.000 km hingga 15.000 km. Jika jangkauan ini memang benar, maka AS yang berjarak 9.693 km dari Korea Utara sudah bisa menjadi target Taepodong-2.
Taepodong-2
Taepodong-2 (Foto : ibtimes.com)
*Kendaraan yang membawa satu atau lebih rudal dan mampu memposisikannya dan kemudian meluncurkannya.

Apakah Indonesia Butuh Rudal Anti Udara Untuk Pertahanan?

Iran yang mati-matian mendapatkan rudal anti-udara jarak menengah S-300 Rusia, begitu sulit mendapatkannya. Mereka harus memutar otak dan menggunakan negara ketiga untuk memperoleh S-300 tersebut.  Sementara Indonesia justru sebaliknya.
Dalam Indo Defence 2012 di Jakarta, pihak Rusia menawarkan berbagai jenis rudal anti-udara jarak menengah termasuk S-300. “Apakah militer Indonesia membeli rudal S-300 ini ?, tanya saya ke petugas booth Rusia. “Saya harap begitu”, ujarnya sambil tersenyum.
Itu artinya dari sisi pemerintahan Rusia, tidak ada kendala atas penjualan S-300 untuk Indonesia. Di sisi lain, pihak Arhanud sudah teriak-teriak menginginkan rudal anti-udara jarak menengah untuk memodernisasi strategi pertahanan mereka, seiring berkembangnya kemampuan perang negara-negara kawasan, terutama China.
Rusia telah menawarkan S-300 dan Indonesia juga menyatakan butuh rudal tersebut. Akankah S-300 dibeli militer Indonesia ?.
Yunani gunakan S-300 sejak tahun 2000
Pihak TNI AD sudah berkali kali mengunjungi dan menjajaki kemampuan rudal jarak menengah, baik ke China dan Rusia.  Namun hingga kini belum ada kejelasan apakah rudal  itu akan dibeli atau tidak.
Secara finansial mungkin tidak ada kendala untuk membeli rudal jarak menengah itu. Bagaimana dengan aspek stabilitas kawasan ?.
Jika Indonesia membeli rudal anti-udara jarak menengah, pastinya akan mengubah geopolitik di kawasan Asia Tenggara.  Sudah pasti Malaysia akan bereaksi. Jika Malaysia bereaksi, pastinya Singapura juga tidak akan tinggal diam. Ujung-ujungnya yang tercipta adalah perlombaan senjata. Logika berpikir seperti ini yang tampaknya sedang tertanam di benak Indonesia.
Akan tetapi paradigma militer seperti itu bisa kita ubah. Selama ini Indonesia lebih menahan diri untuk persenjataan dan hal ini akibat terperosoknya ekonomi Indonesia di beberapa dekade yang lalu. Kini ekonomi Indonesia mulai membaik. Apakah Indonesia akan terus berjalan di belakang negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia. Indonesia cenderung terus menahan diri untuk tidak menciptakan perlombaan senjata.
Umumnya negara negara besar  menjadi panglima militer di kawasan mereka dan negara yang lebih kecil mengikuti dari belakang. Misalnya: AS, Rusia, China, India, Jerman, Iran, Mesir.  Kecuali Israel yang kasusnya memang unik.
Rusia jaga perbatasan negara dengan S-400
Kasus Indonesia justru terbalik. Indonesia justru berada di belakang bayang bayang militer: Singapura, Malaysia dan Australia dan bahkan Vietnam. Negara negara itu merasa lebih kuat secara militer dan Indonesia terkesan menikmatinya.
Sudah waktunya psikologi militer itu dibalik dan dikembalikan seperti sedia kala di era tahun 1960-an. Militer Indonesialah yang menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara. Jika hal ini bisa tercapai, maka kewibawaan bangsa Indonesia bisa ditegakkan kembali agar roda kehidupan berputar lebih kencang.
Akankah hal itu terjadi ?. Mungkin indikatornya bisa kita ukur, apakah Indonesia akan membeli rudal anti-udara jarak menengah atau tidak.  Jika masih berkutat diurusan rudal anti-udara jarak pendek,  tentu anda sudah tahu jawabannya.

Senin, 12 Mei 2014

Rudal Sayyad-2 Iran Sepintas Mirip Patriot

TEHRAN -- Iran baru-baru ini meresmikan produksi massal rudal darat-ke-udara (SAM) Sayyad-2. Rudal yang tidak diinformasikan jarak jangkauannya ini sepintas mirip dengan sistem rudal pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat.
Russia Today melaporkan, peresmian itu dilakukan oleh Menteri Pertahanan Iran Hossein Dehqan, seminggu yang lalu.
Rudal dengan bahan bakar solid ini diklaim merupakan upgrade dari Sayyad-1 yang ukurannya lebih besar.
"Rudal tersebut dilengkapi motor yang berbahan bakar padat dan mengadopsi sistem kontrol gabungan serta memiliki kemampuan operasional tinggi," kata Dehqan.
Namun, menurut Janes.com, rudal ini merupakan pengembangan rudal RIM-66 (SM-1) yang dibeli Iran dari AS tahun 1970-an. Hanya saja Sayyad-2 lebih besar dan bukan versi untuk kapal laut.
Dijelaskan Janes, Sayyad-2 ditembakkan dari kanister yang mirip digunakan rudal pertahanan udara MIM-104 Patriot buatan AS. Empat kanister diletakkan pada sebuah truk.
Rudal ini hanya disebut sebagai rudal dengan jangkauan tinggi dan jarak menengah (high altitude, medium range) tanpa disebutkan jangkaunnya. Selain itu, rudal juga dilengkapi dengan sistem kontrol Talash.
"Sistem Talash didesain dan dibangun untuk mendeteksi serta mencegat target untuk misil Sayyad-2," kata Dehqan.
Misil SM-1 yang asli mempunyai jangkauan 40 km, Sayyad-2 diperkirakan mempunyai jangkauan yang lebih jauh dan presisi yang lebih tinggi.
Sayyad-2 dengan sistem Talash-nya akan menjadi pelengkap rudal Ra'ad yang pernah diparadekan pada 21 September 2012 yang sangat mirip dengan rudal Rusia Buk Medium-Range Air Defense System, dan diketahui tidak pernah dibeli Iran. Ra'ad diumumkan mempunyai jarak 50 km.
Sekedar informasi, rudal Patriot AS mempunyai jarak jangkau 3-160 km.