Selasa, 17 Februari 2015

Pakistan Berencana Beli Pesawat Tempur Siluman J-31 China

J-31

Untuk meningkatkan kemampuan tempur udara, Pakistan berencana membeli pesawat tempur siluman J-31 dari China, demikian menurut situs pertahanan asal India Brahmand. Hal ini tengah dibahas oleh pihak berwenang China, Menteri untuk Produksi Pertahanan Pakistan Rana Tanveer Hussain mengatakan seperti yang dikutip surat kabar Dawn.

"Ini adalah untuk pertama kalinya bahwa pejabat tinggi pemerintah mengonfirmasikan pembicaraan dengan China perihal pembelian pesawat tempur siluman jarak jauh. Isu yang telah menjadi subyek spekulasi di kalangan pertahanan sejak pameran dirgantara Airshow China 2014 yang diselenggarakan pada awal bulan ini, yakni ketika pesawat (J-31) itu muncul untuk yang pertama kali dihadapan publik," surat kabar Dawn melaporkan Sabtu.

Mingguan pertahanan Jane juga mengutip pernyataan seorang pejabat Pakistan yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Angkatan Udara Pakistan (PAF) sedang dalam pembicaraan dengan China untuk membeli 30-40 pesawat tempur Shenyang FC-31 (varian ekspor dari J-31).

FC-31 dikembangkan oleh China utamanya khusus untuk pasar ekspor, dan dilaporkan beberapa negera telah menunjukkan minatnya pada pesawat yang dinilai memiliki kemiripan dengan F-35 Joint Strike Fighter Amerika Serikat.

Prototipe J-31 (saat ini baru 1 prototipe yang diproduksi) dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan China Shenyang Aviation Company dan terbang pertama kali pada 31 Oktober 2012. Salah satu yang membuat Pakistan tertarik pada FC-31 adalah karena FC-31 dan JF-17 (pesawat tempur yang diproduksi Pakistan) sama-sama menggunakan mesin Klimov RD-93 Rusia.

Pakistan semakin mengandalkan China sebagai sumber untuk pengadaan alat pertahanan yang terpercaya. Hussain mengatakan bahwa selain J-31, Pakistan juga tertarik pada helikopter serang CAIC WZ-10 China. Untuk kerjasama pertahanan membangun pesawat, sebelumnya China dan Pakistan bekerjasama mengembangkan pesawat tempur JF-17 Thunder.

Pakistan, yang saat ini memproduksi JF-17 varian Block-2 di Pakistan Aeronautical Complex, Kamra, mengincar pesanan dari Timur Tengah dan Afrika. Pakistan sendiri sangat semangat dalam memasarkan pesawat tempur hasil kerjasama dengan China ini.

"Kami akan mengonfirmasi pesananan dari tujuh negara untuk JF-17. PAF menginginkan 250 pesawat (JF-17), tapi kami sekarang kami memutuskan untuk menjual beberapa JF-17 Block-2 kepada pembeli internasional selain memenuhi permintaan lokal kami," kata sang menteri.



 http://www.artileri.org

Pesawat Angkut Kelas Berat Y-20 China Unjuk Gigi di Airshow China

Y-20 saat Airshow China 2014
Pesawat angkut udara strategis kelas berat buatan pertama China "Y-20 Kunpeng" akan segera dikirimkan ke Angkatan Udara China, seorang senior eksekutif penerbangan mengatakan, sembari menambahkan bahwa pengembangan mesinnya sudah sangat baik.

"Kami masih perlu melakukan uji coba di darat dan di udara, jadi saya tidak bisa memberitahu kapan waktunya akan dikirimkan," Geng Ruguang, deputy general manager dari Aviation Industry Corp of China (AVIC), pabrik pesawat terkemuka negara itu, mengatakan saat pameran dirgantara 10th China International Aviation and Aerospace Exhibition, yang dikenal sebagai Airshow China, di Zhuhai, Provinsi Guangdong. "Namun, saya yakin (Y-20) akan dapat dikirimkan dalam waktu dekat," tambah Geng.

Tepuk tangan ribuan penonton bergemuruh saat Y-20 yang memiliki empat mesin turbofan terbang pada Selasa Pagi sesaat setelah Airshow China dibuka. Ini untuk pertama kalinya pesawat berbadan bongsor tersebut menampakkan dirinya di hadapan publik.

Mesin turbofan baru yang lebih kuat hasil pengembangan China mengantikan mesin impor yang dipasang pada pesawat angkut besar tersebut, kata Geng.

Laporan sebelumnya mengatakan bahwa WS-20, mesin high-bypass-ratio sedang dalam pengembangan untuk nantinya digunakan oleh Y-20, dan sedang menjalani uji coba.

"Biasanya, jika sebuah pesawat prototipe tidak mengalami masalah atau mampu membuktikan dirinya selama uji coba penerbangan, maka pesawat tersebut dapat dikirimkan dalam sebuah pameran dirgantara. Hal ini berarti pengembangan Y-20 berjalan sangat baik," tambah Geng. Dia mengatakan bahwa para insinyur akan menguji kompabilitas pesawat pada bandara sipil selama berada di Zhuhai.

Y-20 yang diawaki oleh tiga orang ini terbang pertama kali pada bulan Januari 2013, menjadikan China sebagai negara ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia yang mengembangkan pesawat angkut militer kelas berat. Pesawat angkut militer kelas berat seperti ini utamanya akan digunakan untuk mengangkut muatan militer besar.

Y-20 yang berdimensi panjang 47 meter dan rentang sayap 45 meter ini memiliki kapasitas angkutan maksimum sebesar 66 metrik ton dan berat maksimun saat lepas landas 200 ton, menurut sumber-sumber intelijen militer. Dengan daya angkut yang besar, artinya Y-20 mampu membawa tank tempur utama terberat Type-99A2 Angkatan Darat China yang berbobot 58 ton.

Berdasarkan evaluasi teknis oleh majalah Aerospace Knowledge, saat membawa muatan 51 ton dan berbahan bakar penuh, Y-20 memiliki jangkauan 5.200 kilometer, yang berarti dapat mencapai titik di Eurasia, Alaska, Australia dan Afrika Utara. Dengan muatan maksimum 66 metrik ton, Y-20 dapat terbang sejauh 3.700 km, memungkinkan pesawat ini terbang nonstop dari Harbin, Provinsi Heilongjiang, ke Lhasa di wilayah otonomi Tibet.

Y-20 adalah pesawat kargo pertama di dunia yang dikembangkan menggunakan teknologi cetak 3-D untuk mempercepat proses pembangunan dan menekan biaya produksi.

Tang Changhong, kepala desain Y-20, sebelumnya mengatakan kepada kantor berita Xinhua bahwa Y-20 telah berhasil membawa muatan maksimum dan telah mencapai ketinggian terbang tertinggi. Dan pilot tes mengatakan Y-20 memiliki sifat aerodinamis yang baik, stabil selama lepas landas dan mendarat, dan memilki daya angkut yang luar biasa.

Selain bertugas mengembangkan Y-20, AVIC juga tengah megembangkan pesawat angkut militer turboprof  bermesin empat, Y-30, model yang juga dipamerkan AVIC saat Airshow China 2014.




 http://www.artileri.org

Angkatan Udara Inggris Terima Pesawat A400M Atlas Pertama

A400M RAF
The Organisation for Joint Armament Cooperation-Executive Administration (OCCAR-EA) telah menyerahkan pesawat angkut militer A400M Atlas pertama ke Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF).

22 unit A400M telah dipesan oleh Kementerian Pertahanan Inggris dari Airbus Defence and Space pada bulan November 2010.

Pesawat ini rencananya akan bertugas di pangkalan RAF Brize Norton di Oxfordshire, Inggris, da akan memberikan kontribusi yang besar untuk misi transportasi udara RAF.

Laman DefenseNews mengutip pernyataan seorang juru bicara RAF yang menyatakan bahwa: "MOD (Departemen Pertahanan) dapat mengonfirmasi bahwa pesawat A400M pertama Inggris telah dikirimkan ke (pangkalan) RAF Brize Norton guna menyelesaikan proses serah terima dengan pihak Airbus, yang selama ini memberikan dukungan untuk armada (udara) Inggris."

"Pesawat akan digunakan sebagai pesawat pelatihan untuk awak-awak A400M," ungkap juru bicara itu.

Secara khusus, pesawat ini akan digunakan oleh RAF untuk melatih dan membiasakan awaknya menjelang upacara serah terima resmi pada akhir bulan ini.

RAF akan menerima 2 unit A400 berikutnya pada akhir tahun ini. A400M akan menggantikan armada angkut udara RAF yang sudah pensiun, yaitu C1/C3 (C-130K) Hercules.

Didukung oleh empat mesin turboprop EuroProp TP400-D6, A400M adalah pesawat angkut militer multi-nasional yang dirancang sebagai airlifter taktis dengan kemampuan strategis.

Dengan kapasitas angkut hingga 30 ton, A400M juga dapat dikonfigurasi untuk melakukan misi angkut kargo jarak jauh, transportasi pasukan, evakuasi medis, pengisi bahan bakar di udara (tanker), dan misi pengawasan elektronik.

Pengiriman A400M ke Inggris ini berarti jumlah A400M Atlas yang sudah dioperasikan di dunia sudah mencapai 7 unit, dengan lima pesawat sudah dikirim ke Angkatan Udara Prancis (total pesanan 50 unit) dan satu ke Angkatan Udara Turki (total pesanan 10 unit).

Pesawat ini juga telah dipesan oleh Angkatan Udara Jerman (53), Spanyol (27), Belgia (7), Malaysia (4), dan Luksemburg (1).
http://www.artileri.org

Minggu, 15 Februari 2015

Brasil Butuh Minimal 108 Pesawat Tempur Gripen

Gripen F

Angkatan Udara Brasil (Força Aérea Brasileira/FAB) menginginkan minimal 108 pesawat tempur Saab Gripen E/F ketika order pembelian Gripen telah selesai, laman IHS Jane mengutip pernyataan seorang pejabat tinggi FAB pada 18 November 2014.

Berbicara saat IQPC Fighter Conference di London, Inggris, pejabat FAB tersebut mengatakan bahwa pesawat tempur Gripen akan dikirimkan ke Brasil dalam tiga batch mulai tahun 2019 hingga 2031, menambahkan bahwa pada bulan Oktober telah diumumkan kontrak sebesar USD 5,4 miliar untuk pembelian 36 pesawat yang merupakan batch pertama (akan selesai dikirimkan pada tahun 2024).

"Pada tahun 2007 kami melakukan studi kelayakan untuk skenario di masa depan, (dan) angka ini (108 pesawat) diukur berdasarkan kebutuhan (FAB) di masa depan," katanya.

FAB membeli pesawat tempur Gripen E/F sebagai pengganti pesawat tempur Dassault Mirage 2000C yang saat ini sudah pensiun, dan Northrop F-5M dan AMX A-1M yang akan ditarik dari tugas pada tahun 2035 nanti.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Saab dan Brazilian Aeronautics Command (COMAER) telah menandatangani perjanjian 10 tahun untuk proyek-proyek kerjasama industri pertahanan, termasuk transfer teknologi ke industri pertahanan Brasil. Perusahaan Brasil mengajukan tawaran 80% dari struktur aero pesawat, dengan 15 dari 36 pesawat akan dirakit di Brasil (sisanya dibangun oleh Swedia dengan bekerjasama dengan Brasil). Sangat dimungkinkan bahwa dua batch Gripen berikutnya akan dirakit sepenuhnya di Brasil. Kerjasama ini diharapkan sudah akan terlaksana pada awal tahun depan.

Dengan batch pertama Gripen yang berjumlah 36 unit yang terdiri dari 28 Gripen E kursi tunggal dan 8 Gripen F kursi ganda, petinggi FAB tidak mengungkapkan varian Gripen yang akan dipesan untuk dua batch berikutnya. "Kami sedang berdiskusi dengan Angkatan Laut AS untuk melihat pengalaman mereka dalam menggunakan pesawat Super Hornet campuran (F/A-18E kursi tunggal dan F/A-18F kursi ganda), katanya.

Petinggi FAB tersebut juga tidak menyinggung soal pembangunan Gripen M (Sea Gripen) yang diusulkan oleh Saab untuk FAB, namun kebutuhan minimal 108 Gripen untuk FAB dari skala ekonomi sudah memnuhi syarat bagi Saab untuk mengembangkan Gripen versi maritim untuk kapal induk Sao Paulo Brasil.

Source: IHS Jane
Photo: Saab Group
http://www.artileri.org

China Tampilkan J-31 dalam Airshow China 2014

J-31 saat Airshow China 2014
China secara resmi menampilkan pesawat tempur siluman generasi kelima Shenyang J-31 Shen Fei (Falcon Eagle) dalam pameran dirgantara The 10th China International Aviation & Space Exhibition atau yang lebih dikenal sebagai Airshow China 2014 di Zhuhai, selatan China, pekan lalu. J-31 dianggap sebagai produk unggulan China untuk bersaing dengan pesawat tempur F-35 Lightning II Amerika Serikat di pasar pesawat tempur dunia.

Prototipe J-31 (baru 1 unit yang dibuat) bermesin ganda dan dinilai memiliki fitur yang mirip dengan F-35 Lightning II dari Lockheed Martin Amerika Serikat, bermanuver di atas langit Zhuhai dalam Airshow China 2014.  Namun sayang, J-31 tidak ditampilkan secara statis (dipajang) setelah demonstrasi.

J-31 berdimensi panjang sekitar 16,7 meter, rentang sayap 11,5 meter. Sistem propulsinya saat ini menggunakan mesin RD-93 Rusia (yang juga digunakan pada JF-17 Thunder), tapi China menegaskan bahwa mereka sedang mengembangkan mesin khusus untuk J-31 yaitu WS-13.

Fitur lainnya adalah dua teluk senjata internal (internal weapon bay) di samping cantelan (hardpoint) senjata di bagian sayap, seperti halnya F-35. Sedangkan spesifikasi lain dari J-31 belum diungkapkan, termasuk kapan pesawat ini akan mulai diproduksi.
J-31 saat Airshow China 2014
J-31 saat Airshow China 2014
J-31 saat Airshow China 2014
J-31 diproduksi oleh Aviation Industry Corporation of China (AVIC), perusahaan dirgantara terkemuka milik negara China. China berharap sang siluman J-31 dapat bersaing dengan pesawat-pesawat tempur buatan AS di pasar ekspor.
"Para ahli memprediksi bahwa J-31 akan membuat terobosan besar di pasar internasional di masa depan, dan tidak diragukan lagi akan mencuri pusat perhatian dari F-35," laman Daily People melaporkan di lamannya mengutip pernyataan Partai Komunis China.
Disebutkan, J-31 akan menjadi pesawat tempur siluman pertama yang tersedia di pasar senjata global bagi negara-negara yang tidak mampu membeli atau tidak diizinkan mengimpor F-35 Amerika Serikat. Analis menilai, pelanggan ekspor J-31 yang potensial saat ini adalah Iran dan Pakistan.

Dalam Airshow China 2014 AVIC juga menampilkan model skala besar dari FC-31, pesawat tempur varian dari J-31. Disebut-sebut, FC-31 inilah yang akan masuk ke pasar ekspor pesawat dunia.

J-31 adalah jenis pesawat tempur siluman kedua yang dikembangkan oleh China (sebelumnya ada J-20). Analis mengatakan bahwa pertumbuhan pesat pesawat tempur siluman di dunia membuat China menggenjot teknologi kedirgantaraannya.

J-31 akan meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Udara China, baik dalam operasi defensif maupun ofensif dan tentunya untuk menegaskan supremasinya di Laut China Selatan dan China Timur. 
http://www.artileri.org

Belanda Aktifkan Skadron Pesawat Tempur F-35

F-35A Belanda
Angkatan Udara Kerajaan Belanda (RNLAF) mengaktifkan skadron pesawat tempur F-35A Lightning II Multirole pertamanya.

Sejak Senin 10 November, Angkatan Udara Kerajaan Belanda telah memiliki skadron F-35 pertamanya. Skadron ini akan ditugaskan di Amerika Serikat. F-35 pertama Belanda rencananya baru akan dikirimkan mulai tahun 2019 dan seterusnya. Setidaknya Angkatan Udara Belanda telah memesan 37 unit pesawat tempur siluman ini.

Selama upacara di Pangkalan Angkatan Udara Eglin Amerika Serikat, bendera Skadron 323 diserahkan ke unit F-35, sebagai simbol transfer of command.

Sebelum introduksi dengan F-35, Skadron 323 akan bertanggung jawab untuk Tes Operasional dan Evaluasi (OT&E), yang akan dimulai di Pangkalan Angkatan Udara Edwards di California pada akhir tahun ini. Dengan demikian, Skadron 323 akan meletakkan dasar pengoperasian F-35 oleh Angkatan Udara Belanda.

"OT&E adalah tugas untuk Skadron 323," kata Kolonel Bert de Smit, komandan detasemen di Pangkalan Angkatan Udara Eglin. "(Skadron) 323 juga bertanggung jawab untuk PL & E dari F-16. Sekarang Skadron (323) telah diberikan tugas terhormat untuk mempersiapkan (Angkatan Udara Belanda) dalam mengoperasikan pesawat tempur generasi kelima yang sangat serbaguna."
 http://www.artileri.org

Sabtu, 07 Februari 2015

China Berhasil Kembangkan Senjata Laser Anti Drone

Drone udara
China berhasil mengembangkan sistem pertahanan laser yang mampu menembak jatuh drone udara kecil yang terbang rendah dalam waktu lima detik setelah target ditemukan, kantor berita Xinhua melaporkan.

Sistem laser dengan presisi, kecepatan tinggi dan tingkat kebisingan yang rendah ini mampu menembak drone yang terbang di ketinggian 500 meter dengan kecepatan 50 meter per detik (180 kilometer per jam) dari jarak 2 kilometer, Xinhua melaporkan pada Minggu malam mengutip pernyataan yang diterbitkan oleh China Academy of Engineering Physics (CAEP) yang merupakan pengembang sistem laser ini.
Berdasarkan hasil uji coba menghadapi 30 drone, sistem laser ini menunjukkan tingkat keberhasilan 100 persen.

Pernyataan akademi tersebut menambahkan bahwa sistem laser baru ini dapat dipasang atau diangkut oleh kendaraan, yang ditujukan untuk memberikan pengamanan tinggi di berbagai acara-acara penting di kawasan perkotaan. Seperti saat konferensi internasional, acara olahraga dan pertemuan politik. Seperti diketahui, China biasanya membuat pengamanan ketat dalam urusan-urusan semacam ini untuk mencegah ancaman terhadap peserta dan protes-protes publik.

"Mencegat drone biasanya adalah pekerjaan helikopter dan penembak jitu, namun tingkat keberhasilan mereka tidak tinggi dan kesalahan akurasi dapat mengakibatkan kerusakan yang tidak diinginkan," Yi Jinsong, pemimpin tim proyek mengatakan seperti dikutip Xinhua.

Jinsong menambahkan bahwa pesawat tak berawak berukuran kecil merupakan pilihan senjata yang logis bagi teroris mengingat harganya yang murah dan mudah digunakan. Selain itu, kekhawatiran China akan drone juga meningkat karena banyaknya drone yang melakukan pemetaan tanpa izin pada fasilitas sipil dan militer.
Sementara itu, akademi ini masih terus mengembangkan sistem laser yang sama namun dengan kekuatan yang lebih besar dan jangkauan yang lebih jauh, Xinhua melaporkan.
Industri drone sedang booming dalam beberapa tahun terakhir. Setiap perusahaan berusaha mengembangkan drone yang kecil, sulit dilacak dan sulit dijatuhkan. Meskipun keberadaan sistem atau kemampuan sesungguhnya dari sistem laser China ini hanya sebatas laporan media, namun ini berimplikasi jelas bagi kebijakan luar negeri Beijing. Selain meningkatnya penggunaan drone di seluruh dunia, Amerika Serikat telah meramping ukuran armadanya dan memperluas penyebaran drone.

Tahun lalu, misalnya, AS mengumumkan niatnya untuk menyuplai armada drone surveilans jarak jauh bagi pangkalan militernya di Jepang. Langkah itu sangat mudah ditebak sebagai upaya AS meningkatkan tekanan terhadap China dan negara-negara lain, sementara menambah upaya mata-mata dan kehadiran militernya di kawasan Pasifik.
 http://www.artileri.org

Latihan Militer: Tentara China Gunakan UAV Sebagai Musuh

UAV China 
Dalam latihan militer di provinsi Hubei, China tengah, UAV atau kendaraan udara tak berawak berperan sebagai musuh bagi pasukan anti-artileri China, menurut PLA Daily, surat kabar resmi Angkatan Bersenjata China, dilansir laman Want China Times pada 2 November 2014.

Surat kabar itu mengatakan bahwa peran UAV-UAV tersebut memberikan pasukan anti-artileri China pengalaman lebih banyak dalam mengatasi serangan udara. Sejumlah besar dana telah dihabiskan oleh pasukan anti-artileri China untuk membeli peralatan yang dibutuhkan untuk latihan tempur kali ini. Para ahli UAV dan unit tempur lainnya juga turut diundang dalam latihan tempur ini.

Wang Hongshan, komandan pasukan anti-artileri China mengatakan bahwa "Blue Team" (julukan bagi pasukan UAV dalam latihan tempur) harus cukup tangguh dalam menghadapi pasukan anti-artileri dan latihan harus mirip dengan pertempuran sesungguhnya. Dia mengatakan bahwa  latihan ini akan meningkatkan kemampuan tempur pasukan anti-artileri. Dia juga menyarankan agar pelatihan semacam ini dilakukan secara rutin oleh unit pertahanan udara PLA untuk menjadikan mereka siap bertugas di segala kondisi cuaca.
Gambar via chinesemilitaryreview.blogspot.com 
http://www.artileri.org

India Kandangkan Seluruh Sukhoi Pasca Kecelakaan

Su-30MKI
Seluruh pesawat tempur Sukhoi Su-30MKI Angkatan Udara India saat ini dikandangkan sementara menunggu hasil pemeriksaan skala besar.

Dikandangkannya seluruh Su-30MKI Angkatan Udara India ini menyusul insiden kecelakaan pada tanggal 14 Oktober lalu, dimana SU-30MKI jatuh di dekat Stasiun Angkatan Udara Pune Lohegaon saat latihan penerbangan rutin. Kecelakaan ini merupakan kecelakaan terbaru dari serangkaian kecelakaan Su-30MKI Angkatan Udara India.

Sang pilot, Wing Commander Sidharth V. Munje dan Flying Officer Anup Kumar berhasil selamat dan tim penyelidik telah dibentuk guna mencari penyebab kecelakaan.

Antara tahun 2009 hingga 2013, telah ada empat kecelakaan Su-30MKI Angkatan Udara India. Dan kecelakaan terbaru ini adalah kecelakaan kelima Su-30MKI Angkatan Udara India dalam lima tahun terakhir. Yang menarik, Wing Commander Sidharth V. Munje adalah juga merupakan pilot Su-30MKI pada kecelakaan Su-30MKI pertama tahun 2009.

"Armada (Su-30MKI) telah dikandangkan dan tengah menjalani pemeriksaan teknis terkait kecelakaan terbaru di Pune," ujar perwakilan Angkatan Udara India Wing Commander Simranpal Singh Birdi. "(Armada) akan kembali mengudara setelah selesai pemeriksaan menyeluruh."

Su-30MKI adalah varian ekspor dari Su-30 yang hanya digunakan oleh India. Pengiriman dimulai pada tahun 2002. Hingga bulan Agustus lalu, jumlah Su-30MKI yang dioperasikan Angkatan Udara India telah mencapai 200 unit, sementara 70 unit lainnya masih dalam order.

Mengusung dua mesin Lyulka AL-31FP thrust-vectoring turbofan, yang masing-masing menghasilkan daya dorong 27.500 pon, Su-30MKI mampu mencapai kecepatan Mach 2,35 (2.878 km per jam) dan jangkauan maksimum 3.000 kilometer. Persenjataannya terdiri dari kanon GSH-30-1 tunggal, rudal udara ke udara, rudal udara ke permukaan, dan berbagai jenis bom.

Su-30MKI, yang dikenal oleh NATO sebagai "Flanker H" ini dikembangkan oleh Rusia melalui Sukhoi Aviation Corporation. Di bawah lisensi, India memproduksi sendiri pesawat tempur ini melalui perusahaan dirgantara Hindustan Aeronautics. Saat ini, Su-30MKI menjadi petempur udara garis depan Angkatan Udara India disamping MiG-29 dan Mirage 2000.

Dengan dikandangkannya seluruh Su-30MKI, jumlah skuadron tempur operasional Angkatan Udara India berkurang menjadi 34 skuadron, sementara sebelumnya 44 skuadron. "Pengandangan armada (Su-30MKI) dilakukan karena penyebab kecelakaan belum diketahui," mengutip pernyataan mantan Kepala Staf Angkatan Udara India Air Chief Marshal Fali Major dalam komentarnya yang dikutip laman Hindustan Times. "Ini serius," Major menambahkan.


 http://www.artileri.org

Senin, 02 Februari 2015

Brasil Beli 36 Gripen Next Generation

Gripen E
Brasil telah menandatangani kontrak pembelian 36 pesawat tempur Gripen E/F (Next Generation) senilai USD 5,4 miliar, pihak SAAB Swedia mengumumkan di laman resminya pada 27 Oktober 2014.

Kontrak ditandatangani oleh Kementerian Pertahanan Brasil melalui Command Aeronautics (COMAER), menindaklanjuti keputusan Angkatan Udara Brasil (Força Aérea Brasileira-FAB) yang memilih untuk menggunakan pesawat tempur buatan Swedia ini karena memenuhi persyaratan program modernisasi Angkatan Udara Brasil.

Pengiriman Gripen ke Angkatan Udara Brasil akan dimulai pada tahun 2019 hingga tahun 2024 dengan rincian 28 pesawat tempur Gripen E kursi tunggal dan delapan Gripen F kursi ganda.

Sebagai bagian dari kesepakatan, pihak SAAB dan COMAER juga menandatangani perjanjian 10 tahun untuk proyek-proyek kerjasama industri, termasuk transfer teknologi ke industri pertahanan Brasil. Sebagai satu-satunya pelanggan internasional yang membeli Gripen F sejauh ini, pihak Brasil akan sangat dilibatkan dalam pengembangan dan tanggung jawab untuk proses produksinya.

Menurut pihak SAAB, komitmen Brasil memilih Gripen E/F setidaknya akan mengamankan operasional pesawat jenis ini hingga tahun 2050. Namun meskipun begitu, walaupun tanpa pembelian Brasil, program Gripen E tetap pada jalur yang aman mengingat saat ini Angkatan Udara Swedia sendiri telah memesan 60 unit Gripen E (kemungkinan akan menambah 10 unit lagi).
Sebelumnya dalam referendum nasional pada bulan Mei, Swiss yang digadang-gadang menjadi pembeli yang paling potensial telah menolak membeli Gripen Next Generation, sehingga apabila SAAB gagal mengamankan kontrak dari Brasil maka akan sangat memalukan.
Gripen saat ini digunakan oleh dengan Swedia, Ceko, Hungaria, Afrika Selatan, Thailand, dan Inggris.
Selain menandatangani kontrak internasional pertama SAAB untuk Gripen Next Generation (NG), kontrak dengan Brasil juga termasuk dua hal utama yaitu pengembangan lebih jauh Gripen F kursi ganda dan prospek pengembangan Gripen F varian angkatan laut atau Gripen M (Marine) yang nantinya dapat dioperasikan dari kapal induk São Paulo Brasil.

Gripen NG merupakan pesawat tempur canggih dan fleksibel. Dibanding varian sebelumnya, Gripen NG memiliki daya dorong yang lebih besar, jangkauan lebih jauh dan daya tahan yang lebih baik. Selain itu, kapasitas senjata telah ditingkatkan, penambahan sensor baru termasuk radar AESA canggih, sistem peperangan elektronik yang sangat efektif dan sistem komunikasi multi-fungsi. 

Meskipun lebih mahal untuk dioperasikan dan diproduksi, pesawat kursi ganda telah semakin populer karena memungkinkan pilot di dalam kokpit berbagi beban kerja yang saat ini semakin kompleks. Hal ini juga ditunjukkan oleh Angkatan Laut AS dalam keputusannya untuk menyeimbangkan kembali armadanya dengan membeli pesawat tempur Super Hornet kursi ganda (F/A-18F) daripada satu kursi (FA-18E).




 http://www.artileri.org

Eurofighter Typhoon Cacat Produksi, Jerman Hentikan Pembelian

Eurofighter Typhoon

Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) telah mendeteksi cacat produksi pada pesawat tempur Eurofighter Typhoon, yang menyebabkan Jerman menghentikan pembelian pesawat ini hingga masalah diselesaikan. Berita ini menjadi pukulan berat bagi Eurofighter setelah sebelumnya didera masalah harga.
Kecacatan produksi ditemukan pada sejumlah lubang bor baut pada bagian belakang pesawat, yang mana perusahaan terbesar di Eropa BAE Systems yang bertanggung jawab dalam pengerjaan komponen ini. Tepi lubang bor tidak dirapikan atau dihaluskan sesuai dengan proses produksi standar.
Meskipun belum jelas apakah cacat produksi ini akan berdampak pada umur, fungsi atau dapat membahayakan pilot, namun laman Spiegel Online melaporkan bahwa dalam kasus terburuk, kecacatan ini dapat menyebabkan lambung pesawat menjadi tidak stabil. Sebagai dampaknya, Jerman menolak mengakuisisi Typhoon baru, termasuk 6 unit pada tahun ini.
Terkait masalah ini, baik Angkatan Udara Inggris dan Jerman juga telah menurunkan jam terbang yang direkomendasikan untuk Typhoon, yaitu dari 3.000 jam menjadi 1.500 jam per tahun dengan harapan meminimalisir overstres pada Typhoon.
Menurut seorang juru bicara Eurofighter, masalah ini sebenarnya telah teridentifikasi sejak awal tahun lalu. Yang mana ditemukan saat pengecekan dalam program untuk meningkatkan kualitas pada komponen utama produksi Typhoon. 
Produksi Typhoon dijalankan oleh Eurofighter Jagdflugzeug GmbH, sebuah perusahaan patungan yang berbasis di Jerman yang juga dimiliki oleh BAE Systems, Airbus, dan perusahaan Italia Alenia Aermacchi. Lebih dari 10.000 karyawan dari 400 perusahaan subkontrak di seluruh Eropa dilibatkan dalam setiap produksi Typhoon.
Alberto Gutierrez, CEO Eurofighter GmbH mengatakan pada 2 Oktober bahwa perusahaannya sadar dan aktif menangani masalah kualitas baru-baru ini yang ditemukan pada bagian belakang badan pesawat Typhoon.

"Kami ingin memperjelas masalah, bahwa tidak akan mempengaruhi keselamatan penerbangan, juga tidak berdampak pada armada Typhoon yang saat ini sedang menjalankan operasi," ujar Gutierrez.
Typhoon digambarkan oleh Angkatan Udara Inggris sebagai pesawat tempur multiperan yang sangat lincah. Sebagai produksi bersama, pesawat ini digunakan oleh beberapa negara Eropa yaitu Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol. Baik Jerman dan Inggris telah menempatkan pesanan awal masing-masing 250 unit, dan hingga kini keduanya telah memiliki lebih dari 100 Typhoon di angkatan udaranya. Kemudian Austria, Arab Saudi, dan Oman juga tertarik dan selanjutnya memesan pesawat ini.
Pihak BAE Systems mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengirimkan pesawat sesuai dengan kontrak dan jadwal pengiriman yang ditentukan oleh Angkatan Udara Inggris dan Angkatan Udara Arab Saudi. Kementerian Pertahanan Inggris sendiri telah menyatakan bahwa mereka akan terus menerima pesawat dan mengatakan bahwa masalah cacat produksi tersebut tidak berdampak pada pengoperasian Typhoon. 

Menurut seorang juru bicara Eurofighter, pengiriman ke Typhoon ke Spanyol yang tertahan saat ini tidak terkait dengan masalah ini namun terkait masalah komersial. Dalam waktu dekat dialog akan dilakukan lagi untuk memungkinkan pengiriman kembali. Sedangkan pihak Italia, melalui juru bicara pengadaan Kementerian Pertahanan, menyatakan bahwa pesawat-pesawat mereka dalam kondisi yang aman. Pengurangan jam terbang hanya masalah biasa, dan pihak Eurofighter akan menyiapkan solusinya, menurut juru bicara tersebut.

Di lain tempat, di Austria, Peter Pilz, seorang anggota parlemen dari Partai Hijau (Green Party) telah meminta pemerintahnya membatalkan kontrak pembelian Typhoon, dilansir laman The Local. Ia sangat marah karena Austria mengetahui cacat produksi tersebut hanya dari pemberitaan pers, bukan dari perusahaan langsung. Padahal Austria saat ini sudah mengoperasikan 15 Typhoon.
http://www.artileri.org

PLA akan Beli 700 Pesawat Tempur Siluman

J-20
Angkatan Udara dan pasukan udara Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) berkeinginan untuk membeli 700 pesawat tempur siluman baru, menurut Edward Hunt, seorang konsultan pertahanan senior di IHS Aerospace, Defense & Security dalam sebuah artikel yang ditulisnya untuk mingguan pertahanan Jane yang berbasis di Inggris.

Amerika Serikat sendiri akan membeli 2.616 pesawat tempur generasi kelima siluman, termasuk F-22 Raptor dan F-35 JSF yang dirancang dan diproduksi oleh Lockheed Martin, menurut artikel tersebut. Negara-negara anggota NATO lainnya, seperti Inggris, Belanda, Denmark, Italia, Turki dan Kanada berencana untuk membeli total 600 pesawat tempur F-35. Sedangkan untuk wilayah Pasifik, Jepang dan Korea Selatan dan Australia akan membeli total 300 F-35.

Rusia, China dan India diperkirakan akan mendapatkan lebih dari 1.500 pesawat tempur generasi kelima siluman untuk melawan Amerika Serikat. Pesawat-pesawat tempur siluman ini ditujukan untuk menggantikan pesawat tempur tua generasi keempat dari ketiga negara tersebut, seperti Su-27, Su-30 dan MiG-29. Untuk mengatasi ancaman potensial F-35 dari pasukan AS dan sekutunya di Timur Jauh, China kemungkinan akan membeli hingga 300 unit pesawat tempur siluman J-20 dari Chengdu Aerospace Corporation dan 400 unit J-31 dari Shenyang Aircraft Corporation.

Dengan memiliki 700 pesawat tempur siluman, China diperkirakan akan mampu mengatasi pesawat tempur F-35 Jepang dan Korea Selatan dalam konflik terkait sengketa Laut China Timur. Sementara itu China mungkin juga akan berhadapan dengan F-35 Australia di Pasifik Selatan.

Pada tahun 2030 nanti, pesawat tempur siluman akan menjadi pesawat tempur standar  pasukan udara dunia. Pada saat itu, Jepang kemungkinan sudah memiliki armada Mitsubishi ATD-X untuk potensi pertempuran udara melawan China dalam sengketa Pulau Diaoyu atau Senkaku.



http://www.artileri.org