Sabtu, 27 Februari 2016

JF-17 Thunder Pakistan, Hanya 15 Juta Dolar

JF-17 Thunder Angkatan Udara Pakistan
JF-17 Thunder Angkatan Udara Pakistan. Foto: Defence.pk
Jet tempur JF-17 Thunder juga dikenal sebagai CAC FC-1 (Fighter China-1), adalah pejuang multiguna generasi keempat. Semua rangka/bingkai logam dari jet tempur ini dirancang oleh China untuk angkatan udara Pakistan dan ekspor massal. Kelebihan utamanya adalah pada harganya yang murah. Meskipun awalnya JF-17 dibuat untuk Angkatan Udara China dan Pakistan, namun  sekarang China telah memutuskan untuk "lepas tangan" dari pengembangan JF-17 lebih lanjut dan fokus pada J-10 sebagai penggantinya.
China National Aero-Technology Import & Export Corporation menyatakan biaya yang rendah dari JF-17 dikarenakan sistem onboard-nya yang diadatasi dan diperkecil dari Chengdu J-10. Ini merupakan transfer teknologi dari J-10 ke Jf-17 sehingga biayanya menjadi efektif. Meskipun untuk mencapai biaya rendah ini harus mengorbankan badan pesawat menjadi tak berbahan baku serat karbon komposit, sehingga akan membatasi umur pakainya karena saat ini bisa dipastikan tidak ada lagi jet tempur yang semua badannya menggunakan bahan baku logam.
Daya dorongnya 85 kn dengan afterburner dan memiliki 7 hardpoint (cantelan/tenggekan) untuk membawa senjata. Harga per unit untuk Jf-17 blok I sekitar 15 juta dolar, merupakan biaya yang sangat murah. 
Fitur JF-17

Beberapa fitur yang terdapat pada JF-17 Thunder antara lain :
  • Segera akan diintegrasikan dengan Rudal Ra'ad ALCM.
  • Suite EW dikoneksikan dengan sistem peringatan rudal (MAW) untuk membantu melawan radar rudal.
  • Beberapa modus radar NRIET KLJ-7, yang memungkinkan pengawasan dan keterlibatan simultan dari target udara, darat dan laut, total 40 pengawasan yang dapat dikelola.
  • Menggunakan modus track-while-scan (TWS), memungkinkan radar melacak hingga 10 target diluar jangkauan visual (BVR)
  • Rentang jangkauan operasi untuk target dengan radar cross-section (RCS) dari 5m2, 105 km di modus look-up dan 85 km dalam modus look-down.
JF-17 juga dapat dilengkapi dengan avionik, radar dan persenjataan buatan Eropa. Pakistan sudah mulai bernegosiasi dengan pabrikan-pabrikan pertahanan Inggris dan Italia untuk kelengkapan avionik dan radar JF-17. Beberapa pilihan radar untuk JF-17 antara lain Galileo Avionica Grifo S7 Italia dan Thomson-CSF RC400 Perancis (varian dari RDY-2), juga rudal udara-ke-udara jarak menengah MBDA MICA IR/RF.
Rincian Program JF-17

JF-17 Thunder bermesin tunggal, merupakan pesawat tempur multiguna yang dikembangkan bersama oleh Chengdu Aircraft Industries Corporation (CAC) China dengan Angkatan Udara Pakistan dan Pakistan Aeronautical Complex (PAC).
Harga JF-17/FC-1 sekitar 15 juta dolar, merupakan pesawat tempur yang dirancang dari kerjasama Pakistan dan China untuk menggantikan A-5C China (modifikasi dari MiG-19), F-7P (MiG-21) dan pesawat Perancis Mirage 3/5 dalam armada Angkatan Udara Pakistan.

JF-17 Thunder Angkatan Udara Pakistan

Pakistan dan China menandatangani Letter of Intent untuk pengembangan bersama JF-17 (kemudian disebut "Super-7") pada tahun 1998, diikuti dengan penandatanganan Kontrak pada tahun 1999.

Proyek ini sempat tertunda karena ketidakmampuan untuk memperoleh avionik dan paket radar. Uji terbang perdana dari prototipe JF-17 pertama terjadi pada tahun 2003 di China, kemudian dilanjutkan dengan uji penerbangan dengan modifikasi Intakes Supersonic Divertless, dan modifikasi desain ekor pada tahun 2006.
Tahun 2007, Angkatan Udara Pakistan menerima JF-17 untuk pengujian dan evaluasi lebih lanjut, terbang pertama kali di Islamabad, Pakistan di tahun ini juga. Angkatan Udara Pakistan resmi melantik skuadron utama JF-17 pada tanggal 18 Februari 2010. China memiliki opsi untuk memproduksi pesawat tempur ini, namun China tidak begitu antusias dengan ini dan tidak pernah membuat keputusan yang tegas.
Karakteristik dan Spesifikasi JF-17

Karakteristik dan Spesifikasi JF-17
Kru
1
Harga
US$ 15 juta (perkiraan)
Maksimal berat take off
12,7 ton
Mesin
1Xklimov RD-93 Turbofan
Kecepatan maksimum
Mach 1,8
Jarak operasional
3.000 km
Thrust/berat
0,99
Rate of climb
175m/s
Service ceiling
16,7 km
G-limit
+8,5 g
Hardpoint (cantelan)
7 sampai 9

Analisa

Pakistan sudah sejak lama berseteru dengan India, seandainya kedepan terjadi hal yang tidak diinginkan dari kedua negara ini, JF-17 Thunder Pakistan belum bisa diandalkan untuk bersaing dengan Sukhoi Su-30 MKI India. Su-30 jauh masih lebih unggul daripada JF-17, mulai dari kemampuan BVR, multirole-nya, vektor dorong dan mesin ganda untuk tetap bertahan di udara meski dalam kondisi cuaca buruk.
Sumber :  http://www.artileri.org

Malaysia dan Vietnam Lirik Jet Latih Tempur Yak-130 Rusia

Yak-130 Mitten
Yak-130 Mitten (Foto: Adrian/Flickr user via  Wikimedia)
Pada pameran kedirgantaraan Zhuhai Airshow, 14 November lalu di China, Malaysia dan Vietnam menyatakan ketertarikannya untuk membeli pesawat latih tempur Yakovlev Yak-130 Mitten buatan Rusia, seperti yang dikonfirmasi delegasi Rusia di Zhuhai Airshow kepada kantor berita Rusia RIA Novosti.

"Malaysia membutuhkan pesawat latih tempur dalam waktu dekat untuk menggantikan pesawat tua M-339 buatan Italia," kata delegasi Rusia itu.

"Kemungkinan besar Malaysia akan membeli Tak-130. Malaysia telah menjadi salah satu pengimpor besar pesawat militer Rusia dan pesawat-pesawat Rusia telah dipakai oleh mereka selama bertahun-tahun," katanya.

Hal yang sama juga mengacu pada Vietnam, yang telah membeli jet tempur Rusia Sukhoi Su-30MK2 di masa lalu, sumber tersebut menambahkan.

Yak-130 Rusia juga menjadi pesaing dalam tender pengadaan enam jet tempur ringan ke Filipina untuk menggantikan pesawat Northrop F-5A Tiger Fighter buatan Amerika Serikat yang sudah mereka pensiunkan.

Yak-130 adalah pesawat yang sangat bermanuver dengan jarak tempuh operasional yang ditingkatkan menjadi 1.250 mil (2.000 km) dan kecepatan maksimum  1.060 km/jam. Pesawat ini mampu membawa persenjataan tempur hingga 3 ton, yang terdiri dari berbagai senjata yang dikembangkan oleh Rusia dan Barat.

Yak-130 telah dipilih sebagai pesawat latih tempur dasar untuk pelatihan pilot Angkatan Udara Rusia sejak tahun 2009.
Sumber :  http://www.artileri.org

Senin, 22 Februari 2016

Lagi, Pesawat Tempur Siluman J-31 China

J-31
J-31 merupakan prototipe pesawat tempur siluman baru yang dikembangkan oleh AVIC Shenyang Aircraft Corporation (SAC) China. Pesawat ini telah lepas landas pada penerbangan perdananya pada akhir bulan lalu, 31 Oktober 2012 di Beijing. Tes penerbangan ini hanya berlangsung selama sepuluh menit.

Meskipun begitu, debut penerbangan 10 menit dari Falcon Eagle bermesin ganda ini merupakan sebuah lompatan besar bagi program pesawat siluman ambisius China.

Apakah J-31 yang akan digunakan China untuk melengkapi kapal induk pertama mereka Liaoning, yang  telah menjalani pengujian di dekat pelabuhan Dalian sejak Juli 2011? Atau apakah J-15 yang akan digunakan? Karena kita tahu beberapa waktu yang lalu J-15 telah berhasil landing dan take-off di atas kapal induk pertama China tersebut? Atau pesawat tempur lainnya? Hanya China yang tahu.
J-31

Soal karakteristik, spesifikasi mesin, avionik dan senjata yang telah dan akan digunakan J-31 belum diketahui secara pasti. Asal-usul pesawat tempur siluman ini juga tidak jelas, J-31 mirip dengan F-22 atau F-35 AS, ini memicu spekulasi di Barat bahwa desain J-31 Beijing berdasarkan pada cetak biru yang dilaporkan telah dicuri dari 6 server subkontraktor kedirgantaraan Amerika pada tahun 2009 lalu. - Baca juga program backdoor China -

Walau bagaimanapun, China telah berhasil menguji dua desain pesawat terbang siluman. Ini menempatkan kemampuan negara-negara Asia tidak kalah dengan AS, yang telah memiliki tiga model F-35 siluman dalam pembangunannya, dan didepan ada T-50 Rusia dan siluman Jepang ATD-X juga masih dalam tahap pembangunan.

Pengujian penerbangan J-31 ini akan meningkat dalam tahun-tahun kedepan. Pada waktunya, pesawat siluman baru ini akan segera masuk program uji coba. J-31 kemungkinan akan digunakan sebagai pesawat tempur garis depan Angkatan Udara dan Angkatan Laut China. Tentu saja, hal ini dapat dikatakan oleh siapapun yang saat ini tengah membangun/mengembangkan sebuah jet tempur siluman.
J-31
SAC mengembangkan J-31, prototipe kedua pesawat tempur siluman China, hanya dalam waktu 19 bulan. Model J-31 kali ini diproyeksikan sebagai pesawat tempur ekspor utama China. J-31 juga diposisikan sebagai alternatif dari "kegagalan" Chengdu J-20 yang biaya pembuatannya jauh lebih mahal, seperti yang dilaporkan China Defense Mashup.

Chengdu J-20 telah diterbangkan dalam dua prototipe. yaitu pada tahun 2001 dan 2002. Prototipe yang mengalami perubahan awalnya diperkenalkan di kedua J-20, punggung pesawat maju ke Avionic bay, tabung Pitot direposisi ke ujung nose cone, yang membuka ruang bagi nose cone untuk menempatkan radar AESA dan sensor Electro-Optical Infra-Red Search / Track (IRST). 
Sumber :  http://www.artileri.org

Daftar Jet Tempur Dunia

Sukhoi Su-47 Berkut
Sukhoi Su-47 Berkut

Berikut daftar jet tempur yang diproduksi dunia mulai dari tahun 1930 sampai dengan sekarang. Terlihat sekilas dari daftar dibawah, negara pemegang rekor sebagai produsen jenis jet tempur terbanyak adalah Amerika Serikat dan Rusia lalu diikuti beberapa negara-negara di Eropa.
Daftar dibawah bukan acuan, hanya sekedar kilasan, beberapa jet tempur lainnya tidak dimasukkan di dalam daftar karena alasan tertentu seperti jet tempur terbaru China J-31 atau Shenyang.

Daftar Jet Tempur Dunia
Tahun
Nama Jet Tempur
1930 - 1940
Hawker Hurricane, BF-109 Messerschmitt, A6M Zero, Fokker G.I, Vickers Wellington, JU-87 Stuka, Fokker D.XXI
1940 - 1950
P-47 Thunderbolt, P-51 Mustang, Mosquito, F-4U Corsair, P-38J Lightning, F-86 Sabre, P-40 WarHawk, FW-190 Focke Wulf, Supermarine Spitfire, Messerschmitt ME-262, F-6F Hellcat, P-80 Shooting Star, B-25 Mitchell, F-8F Bearcat, Mig-15 Fagot, A1 Skyraider, Macchi M.C.205 Veltro, Gloster Meteor F Mk.8, Yakovlev Yak-9, B-17 Flying Fortress, de Havilland Vampire, MiG-3, B-29 Superfortress, F4F Wildcat, B-24 Liberator, Me-163 Komet
1950 - 1960
MiG-21 Fishbed, F-104 Starfighter, F-8 Crusader, B-52G Stratofortress, CF-105 Avro Arrow, F-106 Delta Dart, F-84F Thunderstreak, MiG-17 Fresco, F-105 ThunderChief, F-100 Super Sabre, J-32 Lansen, F-101 VooDoo, B-58 Hustler, MiG-19 Farmer, J-29 Tunnan, Super Mystere B2, Hawker Hunter, F-102 Delta Dagger, Fiat G.91
1960 - 1970
Buccaneer, F-4 Phantom II, SR-71 Blackbird, A-7D Corsair II, Hawker Harrier, Mirage F1, A-6 Intruder, U-2 Dragon Lady, J-35 Draken, Avro Vulcan, A-4 Skyhawk, SU-17/22 Fitter, English Electric / BAC Lightning, A-5 Vigilante, Mirage III, XB-70 Valkyrie
1970 - 1980
F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-5E Tiger II, MiG-27 Flogger, Jaguar GR1, SU-24 Fencer, MiG-25 Foxbat, A-10 Thunderbolt, F-16 Falcon, Alpha Jet, SU-25 Frogfoot, Super Etandard, JA37 Viggen, F-21 Kfir, BAe Hawk, L-39 Albatros
1980 - 1990
EF111 Raven, F-18 Hornet, Panavia Tornado, Mirage 2000, Mirage 4000, MiG-29 Fulcrum, SU-27 Flanker, MiG-31 Foxhound, F-117 NightHawk, B-1B Lancer, F-20 Tigershark, AMX, Tupolev Tu-160 Blackjack
1990 - 2000
SU-35 Super Flanker, Yak-141 Freestyle, JAS-39 Gripen, Rafale, B-2 Spirit, YF-23, SU-37 Terminator, Ching-Kuo Indigenous Defense Fighter (IDF), FA-18E Super Hornet
2000 - 2010
F/A-22 Raptor, EuroFighter Typhoon, Chengdu J-10, JF-17 Thunder (Chengdu FC-1), V-22 Osprey, Mig-35 Fulcrum-F, LCA
2010 - 2012
SU-47 (S-37 Berkut), MiG/MAPO 1.42 MFI, F-35 Lightning II (X-35 Joint Strike Fighter), Sukhoi PAK-FA (T-50), Aurora

Rabu, 17 Februari 2016

KSAU: Menhan Sudah Teken Pengadaan Jet Tempur Sukhoi Su-35


KSAU: Menhan Sudah Teken Pengadaan Jet Tempur Sukhoi Su-35 
 Sukhoi Su-30 melintas di langit. Indonesia kini akan membeli Su-35 yang lebih canggih. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menyatakan pemerintah RI telah sepakat memilih Sukhoi Su-35 buatan Rusia sebagai pesawat tempur pengganti skuadron F-5 Tiger yang telah uzur.

“Saya baca dokumen yang dikirim Kementerian Pertahanan ke Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Yang sudah ditandatangani Menhan adalah Sukhoi Su-35,” kata Agus di Jakarta.

Mencari pengganti 16 pesawat F-5 Tiger yang dioperasikan Skuadron Udara 14 yang bermarkas di Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, memang menjadi salah satu target utama TNI AU saat ini.


Agus mengatakan, sebelum Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meneken kesepakatan pengadaan Sukhoi Su-35, TNI AU telah mengirimkan sepsifikasi teknologi pesawat yang mereka nilai pantas menggantikan F-5 Tiger.

TNI AU menyodorkan dua pesawat tempur sebagai pilihan: F-16 Viper buatan Lockheed Martin Amerika Serikat, dan Sukhoi Su-35 buatan Sukhoi Rusia.

"Sebagai pengguna, TNI AU hanya mengirimkan tech spec pesawat yang kami inginkan untuk memenuhi tugas kami," ujar Agus.

F-16 Viper dan Sukhoi Su-35 disodorkan TNI AU untuk dipilih karena mereka tak ingin mengubah sistem pemeliharaan secara ekstrem. "Kalau Sukhoi Su-35 kan sama dengan Sukhoi Su-30 yang sudah kami operasikan saat ini," kata Agus.

Dari dua pilihan tersebut, TNI AU akhirnya memilih Su-35 yang dikenal dengan sebutan jet tempur siluman karena kecanggihan teknologinya yang tepat berada di bawah pesawat siluman generasi kelima.

Su-35 dapat menghilang dari radar, dilengkapi peralatan jamming untuk menurunkan kemampuan radar musuh, dan memiliki kecepatan supersonik sekitar 1,5 mach atau dua kali kecepatan suara.

Meski demikian, Agus memperkirakan instansinya tak dapat membeli Su-35 sebanyak 16 unit seperti jumlah F-5 Tiger sebelumnya, karena menyesuaikan dengan anggaran yang disediakan pemerintah untuk TNI AU.

“Dengan menghitung anggaran yang ada, mungkin beli 12 pesawat Su-35 saja. Tapi saya minta isinya sudah lengkap,” kata Agus.

Saat ini TNI AU mendapat alokasi anggaran US$3,1 miliar atau sekitar Rp41 triliun untuk modernisasi alat utama sistem senjatanya. Anggaran itu akan digunakan selama periode 2015-2019. (agk)

sumber :  http://www.cnnindonesia.com

Menanti Skuadron Sukhoi Siluman Angkatan Udara


Menanti Skuadron Sukhoi Siluman Angkatan Udara  
Skuadron Sukhoi TNI AU. Indonesia kini membeli lagi skuadron Sukhoi jenis teranyar, Su-35, yang memiliki kemampuan serupa pesawat siluman. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jet tempur itu meluncur vertikal dan mendadak berhenti seketika di udara. Moncongnya mengarah ke langit, tegak lurus dengan bumi.

Berikutnya saat jet itu sedang terbang horizontal dengan kecepatan moderat, moncongnya tiba-tiba terangkat hingga posisi pesawat vertikal di 90 derajat. Pesawat bahkan terus berputar ke posisi 180 derajat seperti terjungkir.

Pada posisi itu, pesawat mendadak membalikkan badannya ke posisi normal mendatar di nol derajat, dan melanjutkan terbang dengan santai. Yang terakhir ini disebut manuver Kobra Pugacov, dan biasa digunakan untuk pertempuran jarak dekat.

Manuver-manuver itu dilakukan oleh Su-35 Super Flanker, jet tempur jarak jauh kelas berat terbaru keluaran Sukhoi –produsen pesawat Rusia– yang merupakan pengembangan dari Su-27, dan kini memperkuat armada udara Federasi Rusia.

Seluruh aksi gila Su-35 tersebut mengundang decak kagum delegasi TNI Angkatan Udara yang menghadiri Pameran Dirgantara dan Antariksa Internasional atau MAKS (Mezhdunarodnyj Aviatsionno-Kosmicheskij Salon) 2015 yang digelar di Bandara Zhukovsky, dekat Moskow, 25-30 Agustus.

Indonesia amat terkesan dengan Su-35, dan akhirnya memutuskan untuk memborong satu skuadron jet tempur Su-35. Kontrak kerja sama diteken pada September.

“Kami membeli Su-35 satu skuadron, berisi 16 pesawat. Pesawat-pesawat itu datang mulai tahun depan,” kata Kepala Dinas Penerangan AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, kepada CNN Indonesia.

“Mimpi semua prajurit AU ialah punya Su-35 karena itu pesawat tempur tercanggih saat ini,” kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Su-35 dirancang sebagai pesaing F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon buatan Amerika Serikat. Skuadron Su-35 TNI AU nantinya akan menggantikan pesawat-pesawat F-5 Tiger yang usianya kian uzur.

Pilihan Redaksi
Jet siluman

Su-35 mampu melakukan manuver yang tak bisa diimbangi pesawat tempur biasa. Selain dapat menanjak vertikal, berhenti seketika di udara, dan berjungkir balik 180 derajat seperti yang dipamerkan pada MAKS 2015, jet itu juga bisa membawa banyak rudal dan lenyap dari radar.

Su-35 dapat hilang begitu saja di udara alias tak terdeteksi radar ketika pesawat mengubah kecepatan secara acak sehingga mengacaukan pendeteksian radar pesawat musuh. Su-35 juga dilengkapi peralatan jamming yang bisa menurunkan kemampuan deteksi radar musuh.

Lebih istimewa lagi, Su-35 mampu terbang secepat siluman. Jet ini memiliki kecepatan supersonik 1,5 mach atau dua kali kecepatan suara.

Singkatnya, ini pesawat yang cukup mengerikan. Sukhoi Company mengklasifikasikan jet baru mereka ini sebagai pesawat generasi keempat++ dengan kecanggihan teknologi tepat di bawah pesawat siluman generasi kelima.

Meski demikian, Su-35 bahkan dianggap mampu menandingi jet tempur siluman generasi kelima buatan Amerika Serikat, yakni F-22 Raptor.

Nilai tambah Su-35 adalah mampu berfungsi sebagai pengisi bahan bakar dan pemadam kebakaran. Ini pula yang membuat TNI menjatuhkan pilihan padanya.

Harga satu unit Su-35 diperkirakan US$65 juta atau sekitar Rp951 miliar. Soal pembiayaan pesawat supermahal ini, TNI AU bungkam.

“Pembayaran dilakukan oleh pemerintah, tepatnya Kementerian Pertahanan. Mau dibayar tunai atau dicicil, terserah. Pokoknya dibayar sampai satu skuadron terpenuhi,” kata  Dwi.

Menteri Pertahanan Ryamizard Rycudu mengatakan pembayaran tak jadi soal. Menurutnya, anggaran untuk pembelian pesawat-pesawat itu sudah dialokasikan dari dulu dan direncanakan sejak era Moeldoko, sebelum Indonesia dihantam badai perlambatan ekonomi.

Pun Indonesia tak akan langsung membeli 16 Su-35 secara sekaligus. Pembelian dilakukan bertahap dalam dua-tiga periode hingga target kekuatan pokok minimum atau MEF (minimum essensial force) alat utama sistem persenjataan TNI AU terpenuhi pada 2004.

Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Marsekal Muda Muhammad Syaugi, menyatakan Su-35 yang dibeli Indonesia telah dipasangi sistem operasi dan persenjataan lengkap. Semua pesawat itu baru, bukan bekas pakai.

Artinya, hitungan harganya pun paket lengkap, bukan paket hemat. Itu sebabnya Kemhan memilih untuk membeli skuadron Su-35 secara bertahap, agar kantong tak jebol.

“Lebih baik beli sedikit-sedikit tapi lengkap senjatanya daripada langsung beli banyak tapi kosongan,” kata Syaugi. Pembelian Su-35 telah menyertakan transfer teknologi.

Alutsista baru kini menjadi pilihan pemerintah, terutama pasca-insiden jatuhnya pesawat Hercules-130 di Medan, Sumatera Utara, akhir Juni.

Pemerintah juga memutuskan tak lagi menerima hibah alutsista demi menjaga kualitas. Alternatif terbaik yang dapat diambil, menurut Ryamizard, ialah membeli alutsista baru secara bertahap.

The sky is vast, but there is no room for error. (agk)


Sumber :  http://www.cnnindonesia.com

Sabtu, 13 Februari 2016

Radar Canggih Jet Tempur F-16V yang Dipamerkan di Indonesia


Radar Canggih Jet Tempur F-16V yang Dipamerkan di Indonesia 
 Ilustrasi (Stocktrek Images/Thinkstock)

Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan dirgantara asal Negeri Paman Sam, Lockheed Martin baru memperkenalkan pembaruan pesawat tempur seri F-16, yakni F-16V. Salah satu fitur yang ditonjolkan adalah Scalable Agile Beam Radar (SABR). Apa keuntungan dari teknologi ini?

F-16 Business Development Lockheed Martin, Randy Howard memang menekankan bahwa Indonesia saat ini memang baru di tahap request of information yang bisa dibilang masih permulaan dari rampungnya persetujuan kerja sama penggunaan pesawat tempur tersebut.

Kendati begitu, pihak Lockheed Martin telah memperkenalkan soal canggihnya pesawat yang memiliki panjang 15 meter, tinggi 5 meter, dan bentang sayap 10 meter itu. Salah satu teknologi SABR.
Howard saat jumpa pers di Jakarta, menerangkan sejumlah keuntungan besar dari radar yang diklaimnya sangat canggih itu.

"Sinyal radar tersebar di sepanjang band frekuensi dan mampu meningkatkan jangkauan deteksi di keadaan sekitarnya," terang Howard.

Selain itu, SABR juga sengaja dirancang agar bisa melakukan pelacakan lawan atau target secara akurat. Hal ini kemudian diyakini pihak pengembang bisa meminimalisir serangan yang ditembakkan oleh lawan terhadap F-16V.

Kemudian menurut Chief Test Pilot F-16, Paul Randall, radar SABR memiliki modus yang dedikasikan untuk kondisi atau pemantauan kemaritiman.















F-16V "Sengaja dirancang dual stick (sebelah kanan dan kiri) agar pilot tidak mengalami kesulitan dan kesusahan dalam berpindah tangan."

Selebihnya, pesawat tempur ini dilengkapi dengan dua stick di bagian kiri dan kanan tempat duduk si pilot. Bagian kanan stick terdapat dua controller yang berfungsi untuk melepaskan peluru dan menembak lawan. Jet tempur ini mampu melepaskan 20 peluru dan menembakkan 6 misil atau roket sekaligus dengan sekali tekan.

Sementara di stick bagian kiri, ada pointer yang bekerja seperti mouse. Ini yang memudahkan pengemudi untuk mengarahkan pesawat atau menjalankan air control.


Lockheed Martin mencatat pesawat tempur seri F-16 sudah mencapai pesanan sebanyak 4.588 unit dan 4.566 unit untuk pengiriman untuk 28 pelanggan di berbagai negara.

Perusahaan mengungkapkan, jika persetujuan dan kerjasama ini berjalan lancar, maka Indonesia menjadi pelanggan pertama di dunia untuk bisa memiliki produksi pertama pesawat tempur F-16V ini.

(eno/eno)


Sumber :  http://www.cnnindonesia.com

Flying IED: Evolusi Baru dalam Perang?


Quadcopter

Selama perang yang tengah berlangsung di Irak dan Afghanistan, IED (Improvised Explosive Devices) telah menjadi momok yang menakutkan bagi unit darat militer Amerika Serikat. IED atau yang sering disebut sebagai bom pinggir jalan ini adalah peledak kecil dengan ledakan yang terarah. Selain bahan peledaknya, IED hanyalah bom yang dirakit dari komponen-komponen yang umum ditemukan dirumah, seperti sekering, baterai, selotip dan ponsel murah sebagai pemicunya.

IED seolah menjadi senjata yang wajib untuk taktik perang asimetris. Hal ini tidak terlepas dari biayanya yang murah, perakitan dan pengaplikasiannya mudah, dan yang terpenting dampaknya yang dapat menimbulkan kerugian besar bahkan untuk platform musuh yang berteknologi unggul. Dengan terus berkembangnya teknologi pesawat tanpa awak, kini militer AS menghadapi ancaman baru yang lebih berbahaya, yakni Flying IED.

Kekhawatiran ini mencuat ke permukaan ketika sebuah pesawat tak berawak kecil menabrak pohon di area Gedung Putih pada bulan Januari lalu. Sistem radar yang ada, yakni sistem radar yang dirancang untuk mendeteksi objek terbang yang besar seperti pesawat terbang, rudal, pesawat militer tidak mampu mendeteksi quadcopter drone yang berdiameter sekitar 60 cm yang masuk ke area terbatas di sekitar Gedung Putih. Memang drone tersebut bukanlah ancaman karena diketahui dioperasikan oleh seorang pegawai pemerintah untuk tujuan hiburan semata, tapi kejadian ini menarik perhatian para perencana militer Amerika Serikat.

Jika sistem radar Gedung Putih tidak mampu mendeteksi drone kecil ini, bukan tidak mungkin sistem radar militer yang menjaga instalasi militer AS juga tidak mampu mendeteksi drone kecil yang bersenjata. Meskipun insiden Gedung Putih dinyatakan kecelakaan dan bukan situasi yang mengancam, pejabat militer AS khawatir dengan kemungkinan akan ancaman serangan terhadap objek militer dan sipil AS oleh drone kecil bersenjata.

"Saya pribadi meyakini bahwa platform tak berawak akan menjadi salah satu senjata yang paling penting di zaman kita," Kapten Angkatan Laut. Vincent Martinez, Komandan Navy Surface Warfare Center (NSWC) EOD Technology Division, mengatakan.

Martinez mengatakan bahwa drone kecil seperti quadcopter yang mendarat di dekat Gedung Putih dapat menimbulkan potensi ancaman yang tinggi. "Bayangkan jika ada acara publik dan drone tersebut jatuh tepat di lokasi dan meledak, apakah itu akan membunuh atau tidak?", kata Martinez. Martinez melanjutkan bahwa kendaraan yang ringan seperti quadcopter memang kurang berbahaya karena hanya mampu membawa maksimal enam pon C4 plastic explosive atau beberapa granat fragmentasi, hanya mampu merusak platform-platform kecil. Namun serangan seperti itu dapat menyebabkan kegelisahan yang meluas bagi penduduk sipil bahkan meskipun tidak ada korban jiwa dalam serangan.

Ada kekhawatiran besar dalam benak pelaku-pelaku pertahanan AS terkait mudahnya orang-orang mendapatkan jenis kendaraan terbang tak berawak seperti quadcopter. Drone kecil semacam ini sangat banyak diproduksi dan sangat mungkin orang atau pasukan musuh meretrofit drone tersebut dengan memberinya kemampuan untuk membawa dan meledakkan bahan peledak mematikan
Sumber :  http://www.artileri.org/

Selasa, 09 Februari 2016

Pakistan Terima Tiga Helikopter Serang Z-10 China

Pakistan dilaporkan telah menerima tiga helikopter serang Z-10 China. Z-10 akan menggantikan helikopter Cobra buatan Amerika.


Z-10
Sesuai dengan kontrak pada Januari lalu, China telah mengirimkan tiga helikopter serang Z-10 "Thunderbolt" kepada Pakistan, yang merupakan sekutu dekat dan menjadi pembeli terbesar senjata China, Popular Science melaporkan.

Z-10 yang mampu melakukan misi anti-tank dan udara-ke-udara, saat ini berada di sebuah pangkalan Angkatan Darat Pakistan di Qasim/Dhamial untuk menjalani pengujian, pelatihan pilot, pemeliharaan dan modifikasi untuk beroperasi di pegunungan Khyber Pakistan.

Seperti halnya helikopter serang modern lainnya, Z-10 membawa berbagai macam rudal dan roket, seperti rudal HJ-10 anti-tank, dan senapan rantai (chain gun) 23 mm, yang dapat memuntahkan sekitar 600 8oz shell per menit. Z-10 dibangun oleh Changhe Aircraft Industries Corporation China, dengan input desain dari Biro Desain Kamov Rusia.

Dengan persenjataan berat kanon 23 mm, dan lebih dari satu ton senjata pandu seperti rudal HJ-10 anti-tank, roket 57 mm, dan rudal TY-90 udara-ke-udara, Z-10 merupakan helikopter serang garis depan China, menggantikan Z-9 dari era Perang Dingin.
Sumber :  http://www.artileri.org/

Infographic Menarik, Su-34 Fullback Rusia


Su-34 Fullback

Sukhoi Su-34 Fullback menjadi pesawat tempur tercanggih milik Angkatan Udara Rusia yang telah dikerahkan di Suriah.

Su-34 yang dikembangkan oleh Biro Desain Sukhoi di pertengahan 1980-an adalah pesawat tempur pembom yang utamanya didesain untuk menghancurkan berbagai target darat dan laut. Mampu beroperasi secara tunggal maupun dalam kelompok di siang dan malam hari pada saat cuaca/lingkungan yang tidak bersahabat.

Masuk menjadi bagian aktif Angkatan Udara Federasi Rusia pada tahun 2014 lalu, Sukhoi Su-34 Fullback memiliki dua kursi dengan jangkauan maksimum 4.000 km, payload (muatan) hingga 12.000 kg yang terletak pada 12 hardpoint (cantelan), serta kemampuan untuk membawa rudal R-77 (AA-12 Adder) dan R-73 (AA-11 Archer), kanon GSH-30-1 30 mm dan perlengkapan sistem penanggulangan elektronik (ECM) Khibiny.

Enam unit Su-34 Fullback telah dikerahkan Rusia ke Latakiyah, Suriah pada 28 September 2015 untuk bergabung dengan kontingen Angkatan Udara Rusia lainnya yang telah tiba duluan. Pesawat-pesawat ini juga telah ambil bagian pada serangan udara pada target ISIS.

Tercatat hingga Agustus 2015 telah 76 unit Su-34 yang diproduksi oleh Rusia dan saat ini hanya Angkatan Udara Rusia yang menggunakannya.

Infographic di bawah ini dipublikasikan oleh laman Sputnik, yang memberikan gambaran menarik dan rinci dari Su-34 Fullback.


Kredit gambar: Sputnik

Jumat, 05 Februari 2016

Jepang Tawarkan Australia Teknologi Rahasia Kapal Selam Soryu

Tokyo telah mengungkapkan rincian tambahan tawarannya untuk menggantikan kapal selam Kelas Collins Angkatan Laut Australia.


Kapal selam Soryu

Untuk pertama kalinya Jepang mengungkapkan rincian tambahan dari proposalnya untuk merancang dan membangun kapal selam untuk menggantikan armada kapal selam Kelas Collins milik Australia.

Minggu ini, kepala delegasi Jepang, yang berbicara saat konferensi Sea Power di Sydney, mengatakan kepada media setempat bahwa mereka akan mentransfer 100 persen teknologi untuk membangun kapal selam diesel listrik Kelas Soryu besar berbobot 4.000 ton untuk Angkatan Laut Australia. "Keinginan kami adalah mentransfer seluruh yang kami bisa," ujar kepada delegasi Jepang Masaki Ishikawa.

Detailnya, tawaran Jepang tersebut termasuk teknologi rahasia pengelasan canggih dan teknologi siluman, integrasi sistem tempur, baterai lithium-ion sebagai sumber tenaga utama kapal selam (dengan opsi sistem propulsi udara Independen/AIP yang akan menyusul), dan semua sistem snorkel all weather yang dapat diandalkan bahkan ketika terjadi topan, ini menurut situs berita Australia Perth Now. Selain itu, sistem tempur AS juga akan melengkapi kapal selam ini.

Ishikawa juga menawarkan rincian lebih jauh untuk proses pembangunan kapal. Rencana Jepang adalah agar Australia mengirim ratusan insinyurnya untuk dilatih dan membangun mock-up kapal selam di bawah pengawasan insinyur dari Mitsubishi Heavy Industries dan Kawasaki Heavy Industries Jepang. Kedua perusahaan inilah yang diberikan tanggung jawab oleh Departemen Pertahanan Jepang dalam membangun Soryu untuk Angkatan Laut Pasukan Bela Diri Jepang.

Kapal selam Soryu

Ishikawa juga menekankan bahwa seluruh kapal selam boleh dibangun di Australia, tapi Jepang juga menawarkan opsi kapal selam yang pertama dibangun di Kobe, Jepang dibawah pengawasan Australia. "Kedua pilihan ini memiliki poin yang kuat," ujar Ishikawa.

Kepala delegasi Jepang tersebut selanjutnya mengatakan bahwa ia menampik hambatan bahasa sebagai masalah untuk kerjasama Australia-Jepang yang senilai USD 38,8 miliar (sekitar 535 triliun rupiah) ini. "Tidak ada masalah dengan bahasa dan budaya," katanya. Perubahan dalam pemerintahan Australia baru-baru ini juga seharusnya tidak berdampak pada proses penawaran yang sedang berlangsung, menurut Ishikawa: "Anda memiliki perdana menteri baru dan itu tidak berdampak pada kemitraan strategis yang kami usulkan."

Pada Mei lalu, Australia mengundang Perancis, Jerman, dan Jepang untuk berpartisipasi dalam proses evaluasi kompetisi 10 bulan dengan masing-masing penawar menerima sekitar 6 juta dolar Australia untuk persiapan proposal. Hal ini mengingat adanya pesyaratan khusus Australia untuk terknologi kapal selam mereka.

Sejauh ini, ketiga negara penawar telah setuju untuk membangun kapal selam di Adelaide, home base Australian Submarine Corporation (ASC). Untuk membuat penawaran yang lebih kompetitif, di bulan yang sama pemerintah Jepang mengumumkan bahwa mereka akan mentransfer teknologi rahasia, termasuk rincian tentang sistem baterai lithium-ion kepada Australia. Tawaran pertama Tokyo dalam sejarah untuk teknologi ini.

Kapal selam Kelas Soryu yang saat ini digunakan oleh Angkatan Laut Pasukan Bela Diri Jepang, dilengkapi dengan sistem propulsi udara independen buatan Swedia. Namun, pemerintah Australia tampaknya lebih mengharapkan transfer teknologi baterai lithium-ion - salah satu yang paling berharga di jagad teknologi militer Jepang.


Sumber :  http://www.artileri.org/

AS Tawarkan F-16V (Latest Varian) untuk Indonesia

F-16 Block 60 UEA

Untuk memperkuat pertahanan TNI, Indonesia membuka 'pintu' bagi raksasa perusahaan pertahanan AS Lockheed Martin untuk membuktikan pesawat tempur F-16V adalah produk anyar nan apik. Untuk itu, Lockheed Martin membawa kokpit demonstran F-16 ke Indonesia guna menunjukkan kemampuan F-16V.

"Dengan Indonesia masih dalam proses request of information, namun ini adalah kesempatan besar bagi kami untuk menunjukkan bahwa F-16V adalah pembaruan yang hebat," ujar Randy Howard selaku F-16 Business Development kepada awak media di Jakarta.

Ia melanjutkan, "jika semua berjalan mulus, Indonesia bakal jadi yang pertama untuk memiliki produksi pertama dari F-16V."

Menurut The Jakarta Post, Randy Howard juga menyampaikan bahwa Lockheed Martin siap memberikan Indonesia skema offset, dimana Indonesia akan membangun komponennya jika jadi membeli varian terbaru F-16 ini. Namun tidak dijelaskan komponen apa yang dimaksud oleh Howard.

Ini bukan kali pertama pihak Lockheed Martin yang bermarkas di Bethesda, Maryland, AS untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam pengembangan pesawat tempur TNI AU.

F-16V merupakan generasi keempat dari lini produksi F-16. Pesawat tempur ini memiliki panjang 15 meter dengan tinggi 5 meter dan bentang sayap 10 meter. Lockheed Martin mengklaim kecepatan maksimum F-16V bisa mencapai 2.414 kilometer per jam, CNN Indonesia mengungkapkan.

Sementara Chief Test Pilot Paul Randall yang juga hadir dalam jumpa pers menambahkan, F-16V mengalami pembaruan dari segi sistem radar yang lebih baik bernama Scalable Agile Beam Radar (SABR), kemampuan mencium adanya gelombang listrik dari luar pesawat, serta sensor yang terhubung dengan program komputer sehingga sang pilot bisa langsung menavigasi atau mengarahkan dengan otomatis.

Dukungan produk F-16V turut datang dari Duta Besar AS untuk Indonesia, Robert O Blake Jr. Dia mengatakan kedua negara memiliki hubungan yang kuat dan berkembang, termasuk hubungan pertahanan yang kuat.

"Militer AS sangat menghargai pertumbuhan kerjasama dengan TNI," katanya.

Blake menambahkan bahwa AS membantu Indonesia untuk memodernisasi militernya melalui pelatihan dan peralatan, termasuk pesawat. "Indonesia memiliki tradisi yang sangat panjang terbang F-16," katanya.

Blake mengatakan bahwa varian terbaru dari F-16 tersebut, yang tidak lagi memiliki sistem bilangan Blok, sangat cocok untuk Indonesia karena juga bisa melacak target maritim.

"Selain soal keamanan, sistem radar pada pesawat tempur F-16V yang sudah mengalami pembaruan ini saya harapkan dapat berguna untuk pemantauan kondisi laut. Saya yakin pesawat ini bisa membantu memodernisasi kekuatan militer Indonesia," tutur Blake.

Alasan lain untuk memilih F-16, Blake mengatakan, karena biaya operasinya 30 persen lebih rendah bila dibandingkan dengan pesaingnya.

Seperti yang diketahui, TNI AU tengah mencari pengganti F-5 Tiger yang sudah tua. Adapun negara-negara produsen yang mengajukan tawaran antara lain Swedia dengan Gripen JAS39 (bermesin tunggal sama seperti F-16), Prancis dengan Rafale, konsorsium negara-negara Eropa dengan Typhoon dan Rusia dengan Su-35. Ketiga pesawat terakhir memiliki mesin ganda.

Lockheed Martin/CNN Indonesia/The Jakarta Post

sumber :  http://www.artileri.org/

Selasa, 02 Februari 2016

Analis Militer AS : Perang Bawah Air Telah Berubah


Kapal selam

Sebuah teknologi generasi baru akan segera muncul untuk mengubah sifat perang di bawah air, seorang analis Angkatan Laut Amerika Serikat memperingatkan, sembari menambahkan bahwa Angkatan Laut AS tidak hanya harus mengembangkan dan menggunakan persenjataan baru, tetapi juga harus mengubah konsep operasionalnya.

"Kita harus memikirkan strategi baru untuk perang bawah air," kata Bryan Clark, mantan awak kapal selam AS dan seorang ahli strategi angkatan laut di Center for Strategic and Budgetary Assessments Amerika Serikat.

"Saat ini kita cenderung mengandalkan kapal selam untuk melakukan operasi taktis, tapi semua hal-hal ini akan berubah di masa depan," katanya kepada wartawan pada 22 Januari lalu di Washington. "Ancaman ini akan terus meningkat, potensi penggunaan kendaraan (bawah air) lain juga akan meningkat, dan kita harus menjadi pioneer dari teknologi baru jaringan bawah laut, kendaraan (bawah air) tak berawak dan komunikasi bawah air."

Clark, dalam laporannya menegaskan tentang desakan-desakan yang muncul dalam perang bawah air. Clark mendesak Angkatan Laut AS agar segera mengadopsi teknologi baru dan pendekatan yang berbeda untuk misi anti kapal selam (anti-submarine warfare / ASW).

Jangkauan deteksi bawah air memang telah meningkat dengan teknologi sonar pasif, katanya, dan kecanggihan prosesor saat ini telah dapat memfilter noise di bawah air untuk mengungkapkan keberadaan target. Namun kini telah banyak jenis kapal selam siluman, yang beberapa diantaranya memanfaatkan teknologi active noise-canceling, yang membuatnya semakin sulit untuk ditemukan dengan metode akustik.

Sensor non-akustik, seperti untuk mendeteksi efek gelombang di permukaan dan dalam air, dapat menjadi taktik yang berguna, kata Clark, dengan perbaikan dalam pemrosesan dan permodelan agar pendeteksian menjadi real time. Teknologi ini termasuk radar, deteksi elektro-optik, dan inframerah.

Revolusi juga terjadi pada sistem komunikasi bawah air, Clark mengungkapkan. Sistem kabel, serat optik, laser, frekuensi radio, akustik dan light emitting diodes, semuanya dapat digunakan untuk mentransfer data dan informasi, namun bila dikombinasikan menjadi satu kesatuan jaringan, maka hasilnya akan lebih efektif.

Teknik komunikasi bahwa air yang baik akan meningkatkan kemampuan dalam menggunakan dan mengendalikan kendaran tak berawak bawah air (UUV), di mana saat ini teknologi UUV berkembang cepat, khususnya di bidang komersial.

"UUV dapat mengambil alih beberapa misi kapal selam, seperti pengawasan jarak dekat," kata Clark. "Perang kapal selam bisa bergeser sebagai kapal induk untuk menyebarkan UUV. UUV juga dapat dipersenjatai," sambung Clark. Clark menyarankan agar UUV dipersenjatai dengan torpedo anti-torpedo ringan, dan mampu melakukan pengintaian dan misi pengawasan lebih dekat ke garis pantai.
Setelah torpedo menghantam air dan relatif dekat dengan Anda dan menyasar kapal selam musuh, maka sudah tentu Anda harus menghindar
"Angkatan Laut AS juga perlu mengubah cara pendekatan ASW," Clark mendesak.

"Secara operasional, kita harus berpikir tentang pendekatan yang berbeda untuk misi ASW. Tidak menghancurkan atau membunuh kapal selam, tapi mungkin membuat kapal selam tersebut tidak efektif atau mandul, seperti yang telah kami lakukan sebelumnya dalam Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Dingin," kata Clark.

Diungkapkan Clark, senjata anti kapal selam baru yang dibutuhkan untuk jangkauan lebih dari 12 mil laut dapat berupa roket anti kapal selam yang diluncurkan oleh kapal perang permukaan.

"Anda dapat menggunakan rudal jelajah anti-kapal yang membawa torpedo yang sangat ringan dan kompak. Lalu torpedo dijatuhkan di atas kapas selam bahkan meskipun kapal selam itu berjarak 100 atau 200 mil (dengan bantuan rudal jelajah), kata Clark. "Torpedo itu mungkin tidak memiliki probabilitas untuk membunuh, tetapi jika Anda adalah pengawak kapal selma, maka Anda tidak akan menunggu untuk melihat apakah torpedo itu akan menghantam Anda atau tidak. Setelah torpedo menghantam air dan relatif dekat dengan Anda dan menyasar kapal selam musuh, maka sudah tentu Anda harus menghindar."

"Jadi, kapal selam (yang diserang dengan  cara) seperti itu telah menjadi tidak efektif. Kapal selam itu telah dibawa keluar dari pertarungan. Setidaknya untuk beberapa waktu hingga mereka siap menyerang kembali, atau mungkin mereka benar-benar kembali ke pangkalan," ungkap Clark. (End)
Sumber :  http://www.artileri.org

PAK FA akan Uji Kanon 9A1-4071K Tahun Ini

T-50
Uji coba kanon rapid-aircraft 9A1-4071K telah dilakukan pada Sukhoi Su-27SM pada 2014 lalu. Di tahun ini, uji coba serupa dengan kanon 9A1-4071K akan dilakukan pada pesawat tempur generasi kelima PAK FA, menurut laporan Rostec.ru
Dari informasi yang beredar kanon 9A1-4071K adalah varian modern dari kanon 9A-4071K (GSH-30-1) kaliber 30mm yang dikembangkan oleh biro desain KBP dan diproduksi oleh Izhevsk Machinebuilding Factory sejak tahun 1980-an.

PAK FA adalah pesawat tempur generasi kelima multiperan buatan Rusia. PAK FA saat ini masih dikembangkan oleh Biro Desain Sukhoi, yang mana pesawat ini disebut dengan T-50. T-50 pertama kali terbang pada tahun 2010. Total, saat ini delapan prototipe pesawat sedang dibangun dengan lima diantaranya sudah terbang. Pengiriman T-50 seri produksi yang pertama untuk Angkatan Udara Rusia direncanakan pada tahun depan.
T-50 akan menjadi tulang punggung armada tempur udara Rusia di masa mendatang. Pesawat siluman ini dilengkapi dengan kemampuan siluman, super-manuver, kemampuan supercruise (mencapai kecepatan supersonik tanpa perlu afterburner), dan avionik canggih.

T-50 dilengkapi dengan automatic target recognition system canggih. Di dalam lapisan T-50 tertanam elemen transceiver khusus yang memungkinkan pesawat menanggapi ancaman seluruh benda di sekitarnya dan mengirimkan warning ancaman ke pilot.

Elemen struktur utama T-50 diproduksi oleh perusahaan Rostec Rusia. Sumber kekuatannya dikembangkan oleh United Engine Corporation Rusia. Kabinnya yang ramping dikembangkan oleh RT-Chemcomposite. Avionik dan elektronik, yang semuanya memenuhi persyaratan untuk pesawat tempur generasi kelima, dikembangkan oleh Concern Radio-Electronic Technologies.
Sumber :  http://www.artileri.org