Kamis, 28 Agustus 2014

Setelah 20 Tahun Pembangunan, Akhirnya Kapal Selam Nuklir Rusia Siap

K-329 Severodvinsk

Setelah dibangun lebih dari dua dekade, Rusia akhirnya melantik K-560 Severodvinsk, kapal selam pemburu bertenaga nuklir tercanggih yang pernah dibangun Rusia. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kapal selam multifungsi ini akan berperan sebagai pemburu kapal selam, kapal permukaan, dan target di darat.

K-560 Severodvinsk adalah yang pertama dari kapal selam serang nuklir Kelas Yasen, penerus dari kapal selam tua Akula dan didesain untuk menghadapi kapal selam nuklir sekelas Seawolf dan Virginia Amerika Serikat. Pembangunan K-560 dimulai pada tahun 1993 (sebelum tahun 2013 bernama K-329 Severodvinsk) yang peluncurannya direncanakan pada 1998. Namun karena keterbatasan dana akibat transisi pasca runtuhnya Uni Soviet, proyek ini akhirnya mengalami beberapa kali penundaan. K-560 Severodvinsk bahkan baru memulai uji lautnya pada 2011, dan baru benar-benar beroperasi pada Selasa lalu. Kapal selam ini selanjutnya akan bertugas bersama Armada Utara Rusia dengan usia operasional sekitar 30 tahun.

Menurut media pemerintah Rusia, Severodvinsk dilengkapi dengan sistem sonar bulat besar yang memenuhi seluruh haluannya dan memberikan gambaran bawah air yang lebih baik dan lebih rinci dibanding sistem sonar (silinder) kebanyakan. Hal ini menjadikan posisi tabung torpedonya tidak lazim, yakni dibuat miring dan ditempatkan di belakang kompartemen kontrol utama, hal yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah pembangunan kapal selam Uni Soviet atau Rusia.

K-560 Severodvinsk berdimensi panjang 119 meter, bobot benaman (submerged) 13.800 ton dengan kecepatan hingga 30 knot. Kapal selam ini diawaki oleh sekitar 90 orang kru, termasuk 32 perwira. Dirancang oleh Biro Teknik Kelautan Malachite di St Petersburg dan diproduksi oleh galangan kapal Sevmash. Sevmash menyebut K-560 Severodvinsk sebagai kapal buatan Rusia yang tercanggih dan paling low-noise.

K-329 Severodvinsk
Infographic K-329 Severodvinsk. RIA Novosti
Kapal selam ini dilaporkan dipersenjatai dengan torpedo 533mm, delapan tabung peluncuran vertikal yang sarat dengan rudal supersonik anti kapal "Onyx" dan rudal jelajah "Kaliber" untuk serangan darat. Kedua rudal ini adalah senjata Rusia yang menakutkan, Onyx (versi ekspornya bernama Yakhont) memiliki jangkauan 180 mil dan Kaliber mampu mencapai target yang jauhnya 170 mil. Ada lagi yang menarik, disebutkan K-560 Severodvinsk segera dilengkapi loader dan rudal 9K. Nama rudal ini mengacu pada rudal anti tank (9K111) dan rudal anti udara (9K38). Karena ini kapal selam, maka 9K111 dikesampingkan, berarti 9K38 Igla atau variannya lah yang akan melengkapinya. Jika Severodvinsk membawa rudal Igla, berarti kapal selam ini akan bisa menembak jatuh pesawat yang datang untuk menghancurkannya.

Saat ini Rusia sedang membangun dua kapal selam lainnya dari Kelas Yasen, dan tiga kapal tambahan berikutnya juga akan dibangun melalui perjanjian kontrak pada tahun 2015 nanti. Angkatan Laut Rusia sendiri mengatakan ingin memiliki Yasen sebanyak mungkin untuk menjaga kedaulatan Rusia.

Angkatan Laut Rusia saat ini memiliki 60 kapal selam, sepuluh di antaranya adalah kapal selam nuklir strategis dan lebih dari 30 lainnya adalah kapal selam nuklir serbaguna dan sisanya adalah kapal selam konvensional.
(Gambar K-329 Severodvinsk atas: sevmash.ru)
 http://www.artileri.org

Kapal Induk India 'INS Vikramaditya' Resmi Beroperasi

INS Vikramaditya
Perdana Menteri India, Narendra Modi, meluncurkan INS Vikramaditya, kapal perang terbesar yang dimiliki India saat ini, di Goa, barat daya India, Sabtu, 14 Juni 2014. Kunjungan Modi ke Goa merupakan langkah besar pertama baginya di bidang pertahanan. Modi telah menyerukan India agar terus meningkatkan pengadaan sistem pertahanan dan mengutuk bencana yang terjadi pada Angkatan Laut India tahun lalu*. Modi menjelaskan bahwa diluncurkannya INS Vikramaditya untuk Angkatan Laut India sebagai langkah bersejarah dalam modernisasi pertahanan India.

"Ini adalah hari penting bagi bangsa kita. Hari emas dalam sejarah Angkatan Laut India. Bagi saya, merupakan suatu kebanggaan dan kebahagiaan melihat INS Vikramaditya bisa bergabung dengan Angkatan Laut India," katanya seperti dilansir Indian Express. Modi menegaskan bahwa dirinya menekankan agar India gencar meningkatkan kemampuan dalam memproduksi alutsista dalam negeri seperti pernyataan berulangnya selama kampanye pemilihan perdana menteri. "Kita harus menguasai teknologi terbaru. Ini akan membantu bangsa. Mengapa kita harus mengimpor alutsista? Kita harus mandiri. Mengapa kita tidak bisa mengirim (mengekspor) peralatan pertahanan kita ke negara-negara lain," katanya.

Meskipun Modi fokus pada swasembada peralatan pertahanan, namun bertolak belakang dengan INS Vikramaditya yang merupakan salah satu pembelian termahal dalam sejarah militer India. INS Vikramaditya adalah kapal induk kelas Kiev yang sebelumnya dibangun dan dioperasikan oleh Angkatan Laut Uni Soviet. Setelah Uni Soviet bubar, Angkatan Laut Rusia yang berhak atas kapal induk ini menilai biaya pengoperasiannya terlalu mahal dan akhirnya pada 1990-an kapal induk ini resmi dikandangkan dan peralatannya dilucuti. India kemudian membeli kapal induk ini pada tahun 2004 senilai USD 2,35 miliar, ini sudah termasuk biaya melengkapinya kembali. Kapal induk ini sukses menyelesaikan uji coba laut (oleh Rusia) pada pertengahan 2013 dan kemudian dikirimkan ke Angkatan Laut India di tahun yang sama. Sedangkan acara kali ini adalah menandai INS Vikramaditya telah resmi beroperasi secara penuh dengan Angkatan Laut India.
Modi juga memanfaatkan kesempatan peluncuran INS Vikramaditya untuk menyelesaikan masalah pertahanan lainnya termasuk mendirikan Memorial Perang untuk tentara India dan menegaskan mendukung sistem "One Rank, One Pension" bagi personel pertahanan India. Melakukan sesuatu yang tidak dilakukan pendahulunya, Modi juga masuk ke kokpit sebuah pesawat tempur MiG-29K yang terparkir di dek INS Vikramaditya.

INS Vikramaditya, bersama dengan INS Arihant -kapal selam nuklir pertama India- merupakan kapal perang yang secara signifikan menambah kekuatan Angkatan Laut India untuk menegaskan keberadaannya di wilayah Samudera Hindia. INS Vikramaditya juga akan memberikan India peran besar sebagai pelaku keamanan maritim di wilayah tersebut.
(Gambar INS Vikramaditya: Indian Navy)



 http://www.artileri.org

Mengapa Rusia Membeli Kapal Perang dari Perancis dan Mengapa Perancis Menjualnya?

Mistral
Rusia membeli dua kapal serbu amfibi Kelas Mistral dari Perancis. Satu kapal sudah diluncurkan pada Oktober lalu dan akan dioperasikan Angkatan Laut Rusia pada November tahun ini, dan kapal lainnya akan diluncurkan pada Oktober tahun ini dan akan memperkuat Angkatan Laut Rusia pada  2015.

Mengapa Perancis menjual kapal perang ke Rusia yang notabene seteru NATO dan mengapa pula Rusia membeli kapal perang dari Perancis? Hal ini menjadi hal yang cukup sulit dipahami oleh negara-negara NATO lainnya.

Mistral adalah kapal serbu amfibi canggih yang mampu mengangkut hingga 900 tentara, satu batalyon tank Leclerc, 16-35 helikopter dan empat kapal pendarat tank. Mistral lengkap dengan berbagai kemampuan dan akan memainkan peran besar dalam operasi serbu amfibi. Bahkan selain tugasnya sebagai platform tempur, di dalamnya juga terdapat rumah sakit yang siap melayani 25.000 penduduk kota.

Dengan berhati-hati, NATO menyebutkan bahwa penjualan kapal perang ini kepada Rusia bukanlah atas rekomendasi NATO, melainkan murni keinginan Perancis. Pernyataan Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen pada 8 April lalu menyebutkan bahwa keputusan Perancis ini pasti sudah melalui pertimbangan yang matang.

AS tentu tidak senang ada negara yang mempersenjatai Rusia dengan senjata canggih, apalagi itu berasal dari negara NATO. Pernyataan Presiden Barack Obama yang dikutip oleh Voice of Russia mengatakan bahwa: "Saya telah menyatakan beberapa kekhawatiran, dan saya tidak sendirian dalam hal ini, tentang penawaran pertahanan yang signifikan dengan Rusia pada saat mereka telah melanggar hukum dasar internasional, dan integralitas teritorial dan kedaulatan tetangga mereka." Tidak lain maksud pernyataan Obama ini adalah soal tindakan Rusia yang menginvasi Ukraina.

Negara-negara Baltik - Lithuania, Latvia, dan Estonia yang dulunya bagian Uni Soviet dan sekarang anggota NATO - dan Polandia sangat khawatir dengan sikap agresor Rusia akhir-akhir ini. Mereka berharap Perancis akan tetap pada jalurnya dan bukan sebagai penyokong sikap agresi Rusia.

Penjualan kapal perang ke Rusia oleh Perancis ini telah mendapatkan protes dari sekutu-sekutunya. Namun bagi Perancis, dinilai dari sudut ekonomi penjualan ini merupakan penjualan yang besar mengingat kontrak ini senilai USD 1,7 miliar dan melibatkan hingga 2.500 pekerjaan. Sekarang kontrak sudah ditandatangani dan uang sudah berpindah tangan, Perancis bukan hanya akan kehilangan semua uang itu jika membatalkan kontrak, tapi juga harus membayar denda miliaran dolar karena mengingkari kesepakatan.

Selain itu, industri galangan kapal Perancis nyaris mati suri dalam dekade terakhir. Saat ini perusahaan yang bertanggung jawab untuk membangun kapal ini adalah STX Perancis; 33 persen sahamnya dimiliki pemerintah, yang terus berusaha agar perusahaan ini terus beroperasi. Pemilik 66 persen saham lainnya adalah Korea yang bulan lalu sempat mengumumkan niatnya untuk menjual saham mereka. Dalam satu tahun, industri galangan kapal Perancis menerima pesanan sekitar USD 1,4 miliar untuk kapal komersial dan USD 2 miliar untuk kapal militer. Tentu saja uang Rusia sebesar USD 1,7 miliar ini akan sangat berarti bagi Perancis.
Keruntuhan dari industri perkapalan berarti juga harus siap kehilangan keahlian dan keterampilan kritis dari ilmuwan-ilmuwannya. Perencana pertahanan di seluruh dunia juga telah mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi galangan-galangan kapal di seluruh dunia saat ini. Industri pertahanan membutuhkan banyak manufaktur, teknologi dan keahlian khusus yang sulit dan lama untuk diperoleh dan juga akan sangat sulit menggantikannya bila semuanya hilang. Jika sebuah perusahaan pertahanan bangkrut, banyak sekali negara yang akan 'membajak' mantan-mantan karyawannya. Hal ini berarti bahwa ketika sebuah negara besar kehilangan industri pertahanannya dan ingin membangunnya kembali, maka bisa saja mereka akan memulainya lagi dari awal. Mungkin inilah alasan Perancis meluluskan penjualan Mistral kepada Rusia.
Mistral
Bagian dalam Mistral (klik untuk memperbesar). Gambar via: sobchak.wordpress.com
Sekarang dari sisi Rusia, mengapa negara ini membeli kapal perang dari Perancis. Pada tahun 2011, Lieutenant Commander Patrick Baker dari Angkatan Laut AS menyelesaikan tesisnya di Naval Postgraduate School tentang akuisisi Rusia atas kapal serbu amfibi kelas Mistral dari Perancis. Dalam tesisnya, dia menyebutkan bahwa Rusia mengumumkan ingin membeli kapal kelas Mistral tanpa disertai pengumuman bahwa mereka membutuhkan kapal seperti Mistral.
Bahkan Rusia tidak menyebutkan kemampuan kapal serbu amfibi seperti apa yang mereka butuhkan. Dengan armada kapal serbu amfibinya, Rusia memang sukses melaksanakan beberapa operasi amfibi beberapa tahun belakangan, seperti serbuan terhadap Georgia 6 tahun lalu. Tapi bagi Rusia ini bukanlah hal yang mengesankan, mengingat kekuatan tempur kedua negara jauh berbeda. Rusia jelas menginginkan kapal serbu amfibi yang lebih canggih yang siap mengatasi semua ancaman modern saat ini. Juga akan sangat menarik untuk kita lihat apakah Rusia ini akan melengkapi Mistral dengan sistem tempur lainnya, atau kapal ini akan dioperasikan Rusia dengan bentuk dan sistem aslinya dari Perancis.

Tesis Baker juga menunjukkan bahwa adalah hal yang super langka bagi Rusia untuk membeli kapal yang sama dua kali. Rusia adalah negara pembuat kapal perang, bukan pembeli kapal perang.

Jadi menurut Baker, fakta bahwa Rusia membeli Mistral dari Perancis jelas menunjukkan bahwa Rusia memang tidak mampu membangunnya. Seluruh industri pertahanan Rusia kacau seiring runtuhnya Uni Soviet. Banyak fasilitas industri pertahanan yang hilang (menjadi milik negara pecahan Soviet) termasuk ilmuwan-ilmuwannya. Keruntuhan Uni Soviet telah menyebabkan Rusia banyak kehilangan kelembagaan dan pengetahuan hampir di semua bidang.

Desainer-desainer senjata Rusia dinilai memang masih mampu merancang teknologi senjata yang paling canggih di dunia, namun untuk membuatnya mereka kini kesulitan. Dan tidak terkecuali untuk membangun kapal-kapal perang besar dan canggih seperti Mistral. Fakta yang mungkin kita tidak sadari adalah bahwa Rusia belum pernah satupun membangun kapal serbu amfibi apalagi kapal induk baru. Dua jenis kapal itu yang kini dioperasikan Angkatan Laut Rusia adalah kapal warisan dari Uni Soviet.
Kapal Kelas Mistral bukan hanya kapal modern dan canggih, tapi juga memanfaatkan berbagai manufaktur dan arsitektur angkatan laut yang sangat modern dan berteknologi tinggi. Hal yang kurang dibahas media dalam kesepakatan Mistral adalah bahwa kapal-kapal berikutnya akan dibangun di Rusia. Ini berarti bahwa orang-orang Perancis saat ini mungkin sudah berada di Rusia, membantu menyiapkan fasilitas untuk pembangunannya.
Kerjasama jangka panjang ini berarti memberikan Rusia harapan memiliki kembali/menambah kemampuan untuk membangun kapal-kapal perang besar dan canggih. Sangat cocok untuk keinginan Rusia untuk bangkit kembali. Atau dengan kata lain, Rusia tidak akan membeli Mistral selain untuk memajukan industri perkapalannya.

Pertanyaannya, apakah imbas penjualan Mistral yang akan menghidupkan kembali kemampuan Rusia dalam membangun kapal perang besar sebanding dengan apa yang Perancis dapatkan? Yaitu untuk menjaga industri perkapalannya tetap hidup. Tentu saja NATO tidak suka akan hal ini. (Vice/Wiki/RIA Novosti)
 http://www.artileri.org

Senin, 25 Agustus 2014

Typhoon Inggris Intersep Su-27 Rusia Bersenjata Lengkap

Typhoon intersep Su-27
Pesawat tempur Typhoon Angkatan Udara Inggris (RAF) bergegas terbang untuk mengintersep beberapa pesawat Rusia sebagai bagian dari upaya NATO dalam misi Air Policing di wilayah udara Baltik, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, Selasa, 17 Juni 2014.

Menurut informasi yang dirilis oleh RAF, Typhoon dari Skadron 3 (Fighter) RAF diperintahkan terbang setelah empat kelompok pesawat terpisah yang tidak dikenal terdeteksi oleh sistem pertahanan udara NATO di wilayah udara internasional di dekat negara-negara Baltik.

"Zombie" (jargon pilot pesawat tempur untuk pesawat yang tidak dikenal) itu kemudian teridentifikasi sebagai pesawat Rusia yaitu satu pesawat pembom Tupolev Tu-22 Backfire, empat pesawat tempur Sukhoi Su-27 Flanker, satu pesawat peringatan dini Beriev A50 Mainstay dan satu pesawat angkut Antonov An-26 Curl.

Tidak ada konflik yang terjadi, Typhoon RAF hanya membayangi dan mengiringi penerbangan dari armada udara Rusia ini. Su-27 yang dibayang-bayangi Typhoon ini sendiri bersenjata lengkap dengan rudal udara ke udara jarak pendek R-73 dan jarak menengah R-27.
Su-27 bersenjata lengkap
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa pesawat-pesawat Rusia tersebut sepertinya sedang melaksanakan beberapa latihan rutin, terus di bayang-bayangi oleh Typhoon dan dikawal selama perjalanan mereka.

Empat pesawat tempur Typhoon yang sekarang ditempatkan di pangkalan udara Siauliai di Lithuania dikerahkan ke wilayah itu pada bulan lalu untuk menunjukkan andil NATO terhadap krisis di Ukraina.

Dukungan Rusia kepada separatis bersenjata di Ukraina telah menambah kekhawatiran pada tiga negara Baltik, Lithuania, Estonia dan Latvia yang ketiganya tidak memiliki pesawat tempur sendiri selain hanya mengandalkan bantuan NATO.
Typhoon intersep Su-27
Typhoon intersep Antonov An-26 Curl
Dalam sepekan terakhir, NATO telah 13 kali menggegas pesawat tempur karena kehadiran pesawat tak dikenal yang terbang di sekitar wilayah Baltik.

Intersepsi kali ini adalah yang keenam oleh pesawat tempur RAF sejak mereka dikirimkan dari pangkalannya di RAF Coningsby di Lincolnshire, dalam mendukung upaya NATO di Lithuania.

Komandan detasemen Typhoon, Wing Commander Ian Townsend mengatakan: "Kami secara rutin mengintersep pesawat Rusia dan pesawat sipil berdasarkan UK Quick Reaction Alert. Ini adalah operasi yang sangat sukses, kru darat dan udara bekerja dengan standar profesional yang tinggi yang saya harapkan."


Gambar: SAC Dan Herrick / RAF /Crown Copyright
 http://www.artileri.org

Pesawat Tempur Siluman Pertama Jepang?

ATD-X
Sebuah gambar muncul di beberapa forum China, sebagian berpendapat bahwa itu adalah gambar dari Advanced Technology Demonstrator-X (ATD-X), pesawat tempur yang akan menggantikan peran pertahanan udara dari Mitsubishi F-2 Pasukan Bela Diri Udara Jepang.

Pesawat yang dimaksud merupakan hasil pengembangan oleh Japanese Ministry of Defense Technical Research and Development Institute (TRDI) dengan kontraktor utama Mitsubishi Heavy Industries untuk tujuan penelitian, dan secara tidak resmi dikenal di Jepang sebagai Shinsin ("Spirit of the Heart:) yang diharapkan akan terbang untuk pertama kali pada akhir tahun ini.
Pesawat ini berdimensi panjang 14,174 meter, lebar sayap 9,099 meter, bermesin ganda dan diawaki oleh seorang kru. Pengembangannya dimulai sejak tahun 2007.

Gambar pertama yang buram ini mungkin saja memang ATD-X, pesawat tempur siluman generasi kelima yang disebut-sebut akan menyaingi J-20 China dan T-50 Rusia di Pasifik.
 http://www.artileri.org

11 Negara yang Berkomitmen Membeli F-35

F-35A
Amerika Serikat dan sekutunya berencana membeli lebih dari 3.100 unit pesawat tempur generasi kelima F-35 JSF di tahun-tahun mendatang untuk menggantikan armada F-16 dan F/A-18 dan pesawat lainnya yang sudah tua.

Lockheed Martin, mengembangkan F-35 untuk militer AS dan delapan negara sekutu yang membantu mendanai pengembangan, yaitu Inggris, Australia, Italia, Turki, Belanda, Denmark, Norwegia dan Kanada. F-35 terdiri dari tiga varian utama; F-35A adalah varian lepas landas dan mendarat konvensional (CTOL), F-35B adalah varian lepas landas pendek dan mendarat vertikal (STOVL), dan F-35C yang merupakan varian untuk angkatan laut/kapal induk (Catobar/CV).

Berikut adalah daftar kemungkinan pembelian F-35 oleh 11 negara diluar AS yang dimulai dari 3 kecabangan militer Amerika Serikat:

Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) berencana membeli 1.763 F-35A hingga tahun 2037. USAF melatih pilot dan teknisi F-35 di Pangkalan Udara Eglin di Florida, dan baru-baru ini mulai melaksanakan pelatihan penerbangan malam hari. Lebih dari 100 pilot sudah memenuhi syarat untuk menerbangkan pesawat ini dan juga lebih dari 1.000 teknisi sudah dilatih untuk mendukung operasional F-35. USAF juga menerbangkan F-35 dari Pangkalan Udara di Nevada dan Arizona.


Rencananya, Angkatan Laut AS (US Navy) akan membeli 260 F-35C, varian yang memiliki sayap lebih panjang dan dilengkapi dengan tailhook untuk pendaratan di kapal induk. Lockheed Martin saat ini juga sedang menguji coba tailhook baru hasil desain ulang.


Korps Marinir AS (USMC), kecabangan militer AS yang terkecil, berencana membeli 340 F-35B dan 80 F-35C untuk menggantikan armada saat ini yang terdiri dari F/A-18 Hornet, EA-6B Prowlers, dan AV-8B Harrier "Jump Jet." USMC menerbangkan pesawat tempur ini dari Pangkalan Udara di Arizona, dan menegaskan bahwa mereka akan siap menggunakan F-35B pada pertengahan tahun 2015. Di akhir bulan ini, USMC juga akan menerima F-35 pertama untuk Pangkalan Udara di Beaufort, South Carolina, dimana disini puluhan pilot dan teknisi akan dilatih setiap tahunnya.


Angkatan Udara dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang telah menginvestasikan dana sebesar USD 2 miliar untuk membantu pengembangan program F-35, berniat membeli total 138 F-35B. Sejauh ini Inggris berkomitmen membeli 48 unit F-35, dan diperkirakan pada tahun depan akan ditambah sebanyak 14 unit lagi. Saat ini Inggris baru menerima 3 F-35.

F-35B Inggris akan terbang pertama kali dihadapan publik di dua pameran udara di Inggris pada bulan depan. Jika cuaca mendukung, pesawat ini juga akan melakukan fly-by appearance pada upacara penamaan kapal induk baru Inggris pada 4 Juli nanti.


Italia awalnya berencana membeli 131 F-35, namun pada tahun 2012 Italia mengurangi jumlahnya menjadi 90 unit yang terdiri dari 60 F-35A dan 30 F-35B. Perusahaan pertahanan milik negara Italia Finmeccanica adalah salah satu subkontraktor dalam program F-35 dan unit Alenia yang akan merakit sendiri F-35 yang akan dibeli oleh Italia, Belanda dan Norwegia di fasilitas besarnya di Italia Utara.


Militer Belanda awalnya berencana membeli 85 F-35A, namun pada September lalu mereka mengumumkan hanya akan membeli 37 pesawat untuk saat ini. Belanda telah menerima 2 F-35 untuk pelatihan.


Turki berencana membeli 100 F-35A dan sudah dipastikan mengorder dua unit F-35 pertamanya.


Australia berencana membeli 100 F-35A. Pesawat pertamanya akan dikirimkan pada akhir tahun ini. Pada April lalu, Australia mengumumkan rencananya untuk membeli 58 F-35 disamping pesanan sebelumnya yang berjumlah 14 unit.


Norwegia berencana untuk membeli 52 pesawat tempur F-35A dan telah resmi mengorder 16 unit.


Denmark berniat membeli 30 unit F-35A, namun hingga kini belum ada order yang disepakati. Kemungkinan keputusannya baru akan muncul pada akhir Juni 2015.


Kanada siap membeli 65 unit F-35A, namun pada September 2012 Kanada kembali mengevaluasi rencana pembelian tersebut. Hal ini terkait banyaknya protes atas keputusan pemerintah Kanada yang akan membeli F-35 tanpa melalui proses tender terbuka. Diperkirakan keputusan Kanada untuk membeli F-35 akan segera diputuskan pada bulan ini.


Israel telah memesan 19 unit F-35A dan berencana untuk memesan hingga 75 unit di tahun-tahun mendatang. Untuk pemesan kedua kemungkinan akan terjadi pada akhir tahun ini.


Pada Desember 2011, Jepang mengumumkan bahwa mereka memesan 42 F-35A dan juga mungkin akan membeli lagi pesawat tempur siluman ini di tahun-tahun mendatang. Jepang juga membangun pabrik perakitan akhir dan fasilitas checkout untuk F-35.


Korea Selatan telah mengonfirmasi rencananya untuk membeli 40 unit F-35A untuk menggantikan jet tempur F-4 yang sudah tua.

Rencana pembelian F-35 oleh 12 negara
Rencana pembelian F-35 oleh 12 negara. (Sumber: Lockheed Martin)
Negara lain

Singapura dan Belgia adalah 2 negara lainnya yang sudah menyatakan minatnya untuk membeli pesawat tempur termahal di dunia ini.

Gambar: F-35A from defenseimagery.mil/MSgt John Nimmo Sr. 
Sumber: Reuters/Lockheed Martin 
 http://www.artileri.org

Kamis, 21 Agustus 2014

Mengesankan, Kill Ratio Su-30 Rusia dan F-15 AS 9:1

Su-30 dan F-15 pada Cope India 2004
Latihan udara sepuluh tahun lalu itu menyoroti keandalan pilot jet tempur Angkatan Udara India (IAF), efek menggunakan jet tempur Rusia dan kekurangan yang fatal dalam pola pelatihan pilot Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF).
Adalah latihan Cope India 04 antara IAF dan USAF yang diadakan di India pada 15-27 Februari 2004. Latihan tempur ini tidak hanya menjadi pemberitaan utama media-media India karena menandai awal dari babak baru hubungan bilateral antara India dan AS, tetapi juga karena pilot IAF berhasil memenangkan 90 persen pertempuran udara atas jet tempur F-15 USAF dari Wing 3 yang berbasis di Pangkalan Angkatan Udara Elmendorf, Alaska.
Hasil latihan tempur ini memang mengejutkan, entah mengapa bisa terjadi. Menurut Pentagon, beberapa keterbatasan telah menurunkan kemungkinan F-15C menang terhadap jet tempur India.
Yang pertama, kurang canggihnya radar AESA (active electronically scanned array) pada F-15 USAF. Kedua, dalam pertempuran udara F-15 tidak diberikan kesempatan untuk menggunakan rudal BVR (diluar jangkauan visual). Menurut Pentagon, hal ini karena permintaan India agar USAF tidak menggunakan AMRAAM (rudal BVR). Selain itu, dalam menghadapi pilot USAF, India mengirimkan pilot yang paling berpengalaman, sedangkan armada F-15 USAF adalah skadron standar yang berarti terdiri dari campuran pilot yang berpengalaman dan kurang berpengalaman.
Apapun alasannya dan terlepas dari semua aturan latihan pertempuran udara tersebut, hasil latihan membuktikan bahwa pilot India memiliki tingkat keterampilan dan kesiapan yang baik.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Februari 2014 di Russia & India Report, oleh Rakesh Krishnan Simha, menyebutkan David A. Fulghum dalam laporan latihan Cope India untuk majalah Aviation Week & Space Technology yang mengutip pernyataan Kolonel Mike Snodgrass, komandan Wing-3: "Hasil dari latihan disebabkan karena mereka (IAF) menggunakan taktik yang lebih modern dari yang kami kira. Mereka sudah siap dengan taktik mereka, dan jika taktik itu tidak bekerja, mereka segera mengubahnya."

Berbicara soal kurang canggihnya radar AESA pada F-15, faktanya jet tempur yang India gunakan saat itu juga memiliki kekurangan. Jet tempur yang IAF gunakan juga tidak memiliki radar AESA yang baik karena itu adalah Sukhoi Su-30MK Flanker. Pada Cope India 04, India sengaja tidak menurunkan Su-30MKI yang faktanya lebih canggih dari Su-30MK.

Flanker tersebut juga bukan satu-satunya jenis pesawat yang mengalahkan Eagle (F-15) dalam latihan pertempuran udara tersebut. Ada juga pesawat lain yang terbukti canggih dalam Cope India 04, yaitu MiG-21 Bison, versi upgrade dari MiG-21 yang juga buatan Rusia. Visibilitas radar yang rendah, instant turn rate, akselerasi dan helmet mounted sight yang dikombinasikan dengan high-off-boresight rudal udara-ke-udara R-37 adalah beberapa diantara faktor yang membuat MiG-21 upgrade menjadi mematikan bagi Eagle.

Pada Cope India 2005, USAF mengerahkan beberapa F-16 menghadapi campuran Su-30 IAF. Namun hasil latihan juga tidak jauh berbeda dari latihan tahun sebelumnya, dengan pilot India mampu memenangkan sebagian besar pertempuran udara.

Namun menurut Simha, kinerja buruk dari pengawak jet tempur USAF selama latihan pertempuran udara adalah juga karena AS masih menggunakan taktik lama yaitu taktik era Perang Dingin. Dimana taktik GCI (ground-controlled interceptions) telah menurunkan kemampuan pilot USAF dalam situasi pertempuran udara seperti pada Cope India.
Tetapi kill ratio (rasio membunuh) 9:1 yang diraih pilot IAF atas jet tempur USAF selama Cope India 04, juga dicapai berkat keterampilan mereka, sebagaimana perwira USAF Kolonel Greg Newbech mengatakan: "Apa yang kita saksikan dalam dua minggu terakhir adalah IAF bisa bersanding dengan angkatan udara terbaik di dunia. Saya merasa kasihan pada pilot yang harus menghadapi pilot IAF atau yang meremehkannya, karena ia tidak akan pulang kerumah. Mereka (pilot IAF) membuat keputusan yang baik tentang kapan harus memulai serangan. Ada pertukaran data yang baik antar Flanker dalam pengiriman informasi. Mereka membangun gambaran (radar) yang sangat baik dari yang kami lakukan dan mampu membuat keputusan yang tepat kapan mulai masuk dan menarik keluar pesawat mereka."

Pendapat yang sama diutarakan oleh Vinod Patney, purnawirawan dan mantan wakil kepada staf IAF yang mengatakan bahwa: "Keterampilan pilot IAF selama Cope India adalah kemampuan mereka yang sesungguhnya. Kita tidak berbicara tentang pesawat tunggal. Kita berbicara tentang keseluruhan infrastruktur, sistem komando dan kontrol, radar di darat dan udara, kru teknis di lapangan, dan bagaimana Anda memaksimalkan infrastruktur itu. Di sinilah terjadi kurva pembelajaran."

Melihat hasil mengesankan yang dicapai pilot IAF, apakah ini memang karena sistem pelatihan pilot USAF yang buruk? Atau karena pilot USAF meremehkan pilot dan pesawat tempur  IAF sebelum pertempuran dogfight (jarak dekat)? Mungkin saja. Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil.
Kill ratio Su-30 dan F-15 yang terpaut jauh ini masih menjadi perdebatan hingga kini. Analis menyebutkan, sejak latihan tersebut, USAF berusaha mendapatkan lebih banyak F-22 Raptor. Sebagian menganggap bahwa hal ini untuk menyelamatkan muka USAF setelah pilot IAF meraih kill ratio 9:1 yang mengesankan.

Bahkan meskipun kita tidak tahu apa yang terjadi pada Cope India dan alasan apa dibalik itu, tidak dapat disangkal bahwa di atas kertas Su-27 Flanker adalah salah satu pesawat tempur terbaik di dunia.

Su-27 memiliki kelas yang sama dengan F-14 dan F-15 USAF, tetapi tidak seperti jet tempur Amerika tersebut, Su-27 bisa terbang pada sudut serang 30 derajat dan juga melakukan manuver "Pugachev Cobra".

Pada manuver Cobra, pesawat secara tiba-tiba memposisikan nose (hidung-moncong pesawat) ke atas (atau ke bawah), statis, sebelum akhirnya rebah kembali ke penerbangan biasa, manuver ini tetap mempertahankan ketinggian yang sama.







Su-27 dan manuver Cobranya terus menjadi sorotan di berbagai pameran udara dari akhir 1980 hingga pertengahan 1990 an. Sejak saat itu, manuver Flanker semakin jauh ditingkatkan. Su-30MK adalah varian Flanker yang dilengkapi dengan canard forewing dan thrust-vectoring nozzle yang menambah kelincahannya di udara.

Tapi untuk apa manuver seperti itu dalam pertempuran?
Sebuah penjelasan ditemukan di majalah Aviation Week & Space Technology (AW & ST).

Dalam artikelnya "Su-30MK Beats F-15C 'Every Time'" yang terbit pada 2002 lalu menyebutkan bahwa dalam beberapa simulasi pertempuran yang dilakukan di kompleks kubah simulasi 360 derajat di fasilitas Boeing di St Louis, dengan manuvernya Su-30 berhasil mengalahkan F-15. Note: AS juga memiliki Su-27 yang dibeli dari Ukraina.

Menurut artikel itu (yang sering dirujuk media India dalam menyoroti dugaan keunggulan Su-30 dibandingkan jet AS), seorang perwira USAF (anonim) menjelaskan bahwa dalam apabila rudal BVR (seperti AA-12 Adder) yang ditembakkan oleh Flanker tidak mengenai sasaran, maka Su-30 bisa melakukan taktik pengacauan radar F-15, dimana radar Doppler F-15 menjadi tidak efektif.

Dijelaskan AW & ST secara rinci, Flanker mampu melakukan manuver ini (Cobra) berkat kemampuannya yang bisa mengurangi kecepatan dan kemudian mendapatkan kembali kecepatannya dengan cepat. Jika pilot Flanker melakukan manuver ini dengan benar, Su-30 tidak akan tampak pada radar F-15 hingga target (F-15) berada dalam jangkauan rudal AA-11 Archer. Hal ini karena radar Doppler F-15 yang pencariannya mengandalkan pergerakan target.

Seperti yang dikatakan oleh perwira USAF anonim, taktik Flanker ini berhasil di semua simulasi pertempuran yang dilakukan, namun kekurangannya adalah hanya beberapa negara yang memiliki pilot dengan keterampilan terbang dan skenario tempur seperti itu.

Beberapa fitur unik seperti mesin yang powerfull dan aerodinamik yang luar biasa, membuat Flanker apabila diterbangkan oleh pilot yang tepat dan dengan skenario yang tepat maka akan menjadikannya sebagai petarung dogfight yang unggul dari semua pesawat Barat.

Selain itu, Su-30 bisa membawa rudal IR jarak pendek AA-11 Archer yang pada tahun 90-an adalah rudal udara-ke-udara jarak pendek terbaik di dunia karena bisa terhubung dengan sistem kontrol tembak pada helm pilot dan mampu ditembakkan pada target sampai 45 derajat dari sumbu pesawat. Kedua fitur ini tidak dimiliki oleh AIM-9M, rudal jarak pendek utama Barat kala itu, yang sekarang digantikan oleh AIM-9X Sidewinder.
http://www.artileri.org

2 Pesawat Tempur Harrier AS Jatuh dalam 1 Bulan, Tidak Mengherankan

Harrier
Sebuah pesawat tempur AV-8B Harrier jatuh menghancurkan tiga rumah penduduk di Imperial, California,  4 Juni 2014. Bulan lalu, Harrier lainnya juga jatuh di selatan gurun Phoenix Amerika Serikat. Kedua pilot berhasil selamat dan tidak mengalami cedera.
Harrier sebenarnya adalah salah satu pesawat yang dirancang dengan desain cerdik, namun mengingat sejarah kegagalan panjangnya, kecelakaan dua Harrier dalam satu bulan baru-baru ini tidaklah mengherankan.

Dikembangkan pada 1960-an, kemampuan Harrier luar biasa karena bisa melayang-layang di udara layaknya helikopter. Mesin jetnya memompa udara melalui empat nozel, dua pada tiap sisi pesawat, tepat di bawah sayap yang akan berputar untuk mendorong pesawat ke depan atau naik ke atas, membuatnya mampu lepas landas pada jarak yang sangat pendek dan mendarat secara vertikal. Harrier dapat dioperasikan pada lahan hutan yang baru dibuka, lokasi pendaratan yang dirancang untuk helikopter, atau bahkan di tengah kota sekalipun.

Harrier dikembangkan oleh Inggris dan dibeli oleh Korps Marinir Amerika Serikat, satu-satunya kecabangan militer AS yang mengoperasikannya. Korps Marinir AS mulai menggunakan Harrier pada tahun 1971, selanjutnya perusahaan McDonnell Douglas (sekarang Boeing) mengambil alih produksi Harrier.

Harrier yang pertama, AV-8A memiliki catatan keamanan yang mengerikan; lebih dari setengah pesawat telah jatuh. Harrier generasi kedua AV-8B, diproduksi oleh Boeing, mulai digunakan pada tahun 1985. Versi baru ini sedikit lebih aman, namun dibandingkan pesawat-pesawat tempur lain rekornya masih buruk. Menurut laporan LA Times pada tahun 2002, rasio AV-8B Harrier mengalami kecelakaan adalah 11,44 pesawat per 100.000 jam terbang, dibandingkan rasio kecelakaan F/A-18 Hornet yang hanya 3 unit. -Beberapa jam setelah Harrier jatuh di Imperial, sebuah F/A-18E Super Hornet juga jatuh ke laut ketika mencoba mendarat di kapal induk USS Carl Vinson.- Antara tahun 1971 sampai 2002, 45 marinir pilot AS telah tewas dalam 143 kecelakaan non tempur ketika menggunakan Harrier.

Saat ini Korps Marinir AS mengoperasikan 131 unit Harrier, pesawat yang kurang mereka sukai. Semakin vertikal Harrier lepas landas, maka beratnya juga harus dikurangi, jadi untuk melakukannya para kru harus mengurangi bahan bakar atau senjata yang dibawanya. Kurangnya bahan bakar berarti jangkauannya kurang dan kurangnya senjata berarti kemampuan tempurnya juga menurun. "Ini bukan pesawat yang baik," ujar Pete Field, konsultan penerbangan yang menjabat sebagai perwira di Korps Marinir dan pilot test Angkatan Laut AS.
Harrier seharusnya sudah digantikan dengan F-35B STOVL, pesawat tempur tercanggih buatan Lockheed Martin yang menjanjikan kecepatan supersonik, kemampuan siluman, dan super manuver. F-35B adalah salah satu varian F-35 yang mampu lepas landas jarak pendek dan mendarat secara vertikal layaknya Harrier. Yang menjadi masalah, pengembangan F-35 telah benar-benar menguras anggaran dan molor diluar jadwal. Jadi Korps Marinir AS saat ini masih terjebak dengan Harrier.

Dalam mode cruise, Harrier terbang layaknya pesawat biasa. Pada kecepatan lambat, disinilah letak kelebihan sekaligus kekurangannya. Pilot dapat mengarahkan nozel ke bawah untuk menghasilkan daya angkat, tapi bukan berati mudah untuk menjaga Harrier agar tetap stabil.

Kolonel Bill Lawrence (Purn), pilot test Korps Marinir dan Angkatan Laut AS yang telah menerbangkan 130 jenis pesawat mengungkapkan pengalamannya dalam menerbangkan Harrier. menurut Lawrence, jika Harrier sudah mulai bergulir/miring, maka pesawat ini bisa dengan cepat keluar dari kendali. Menonton video-video uji penerbangan Harrier, maka kita bisa melihat pilotnya sangat mengalami kesulitan dalam menjaganya agar tetap sejajar dengan tanah.

Pilot Harrier harus memperhitungkan sudut nozel dengan benar, juga memperhitungkan kecepatan angin dan kondisi landasan pacu. Mereka juga harus berurusan dengan reaction control system, serangkaian nozel yang digunakan untuk menjaga kestabilan pesawat. Nozel pada hidung Harrier akan menyemburkan udara ke bawah, dan dua pada ujung sayap akan mengarahkan ke bawah atau ke atas dan satu pada bagian ekor akan menyemburkan udara ke bawah, ke kanan atau kiri.

Pada Harrier generasi pertama, semua kontrol atas nozel itu berbasis dasar tuas. Hal ini membuat pekerjaan pilot menjadi lebih banyak, terutama bagi pilot yang 'dibesarkan' dengan pesawat konvensional dan harus menyesuaikan diri dengan aerodinamis seperti helikopter. Generasi Harrier berikutnya AV-8B sudah dilengkapi kontrol penerbangan digital yang membuat pekerjaan pilot lebih sederhana, namun kecelakaan masih terus terjadi.
 http://www.artileri.org

Eurofighter Typhoon Jerman dengan Skema Warna 'Tiger'

Eurofighter Typhoon Bavarian Tigers

NATO Tiger Meet (NTM) adalah latihan multinasional tahunan negara-negara anggota NATO dimana sebagai tempat berkumpulnya skadron-skadron udara yang bercat atau berembel-embel 'Tiger'. Yang paling terlihat dari pertemuan ini adalah pesawat tempur dan helikopter yang hadir biasanya berskema warna spektakuler, membuat acara ini menarik perhatian setiap penggemar kedirgantaraan.
Eurofighter Typhoon Bavarian Tigers

Bavarian Tigers, yang dibentuk pada 18 Maret 2013, dari Skadron 741 dan 742 Angkatan Udara Jerman akan ambil bagian dalam acara ini yang akan berlangsung pada 19-23 Juni 2014 di Jerman Utara. Untuk itu, salah satu Eurofighter Typhoon dari Bavarian Tigers dicat dengan skema warna Tiger flamboyan yang mengesankan.
Pertanyaannya, berapa lama skema warna ini akan bertahan. Apakah hanya sampai pertemuan ini saja? Mungkin akan lebih menarik bila kedepan kita melihatnya melakukan misi yang sesungguhnya dengan tetap menggunakan skema warna ini.



http://www.artileri.org

Senin, 18 Agustus 2014

Malaysia Dekat Dengan Pembelian Sistem Pertahanan Udara HQ-16 China

LY-80/HQ-16 China
Perusahaan Malaysia Aneka Bekal Sdn. Bhd. menandatangani MoU dengan Aerospace Long-March International Trade Co., Ltd (ALIT) China mengenai tawaran penjualan sistem rudal pertahanan udara jarak menengah LY-80 buatan China kepada Angkatan Bersenjata Malaysia, kantor berita kedua negara melaporkan.

Penandatanganan dilakukan selama kunjungan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak ke Beijing yang berakhir pada 1 Juni lalu. Tidak banyak yang dilaporkan, namun, diketahui penandatanganan MoU tersebut juga termasuk transfer teknologi agar Malaysia bisa memelihara dan memproduksi sendiri LY-80 di bawah lisensi.

LY-80 adalah varian ekspor dari HQ-16 yang merupakan sistem rudal pertahanan udara (permukaan ke udara) generasi ketiga yang dikembangkan oleh China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC). HQ16A diperkenalkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China pada September 2011 dalam pameran senjata internasional di Turki.
LY-80/HQ-16 China
HQ-16 merupakan varian darat dari sistem pertahanan udara yang digunakan pada kapal frigat China Type 054A (diluncurkan secara vertikal/VLS). HQ-16 ditujukan sebagai senjata pertahanan wilayah yang mampu beroperasi di semua cuaca untuk mencegat penyusup, seperti pesawat tempur, helikopter, UAV, rudal jelajah dan amunisi presisi lainnya.

HQ-16 dapat mencegat target udara yang terbang dengan ketinggian mulai dari 15 meter hingga 18 kilometer, sementara rentang pencegatan efektif untuk pesawat tempur adalah 40 km, dan rentang efektif untuk rudal jelajah yang terbang di ketinggian 50 meter dengan kecepatan 1.080 km per jam adalah antara 3,5 km sampai 12 kilometer. Klaim China, probabilitas HQ-16 untuk menghancurkan pesawat tempur dalam satu kali tembakan adalah 85% sedangkan untuk rudal jelajah sebesar 60%.

Komponen sistem rudal pertahanan udara HQ-16 terdiri dari truk radar, truk komando, truk bimbingan dan pelacakan radar, truk peluncur rudal, dan tabung rudal. Peralatan pendukung teknik meliputi kendaraan pemuat dan transportasi rudal, kendaraan power supply, kendaraan pemeliharaan, dan perangkat missile-test. Satu unit truk bimbingan dan pelacakan radar bisa mengendalikan hingga 4 unit truk peluncur dengan masing-masing enam rudal yang siap diluncurkan. Radar passive phased-array L-band yang terpasang pada bagian belakang truk dan memiliki jangkauan deteksi 85 km dan mempu mendeteksi hingga enam target. Sedangkan truk komando bertanggung jawab dalam memberikan infomasi dan memerintahkan penembakan atas target.

HQ-16 dikembangkan dari sistem rudal Buk M

HQ-16 merupakan tiruan dari sistem rudal jarak permukaan ke udara jarak menengah "Buk M" hasil pengembangan Uni Soviet dan Federasi Rusia. Namun, tidak seperti Buk M, HQ-16 membariskan rudal dengan tabung vertikal yang dipasang pada truk. China tampak sengaja membuat konfigurasinya mirip dengan sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia.

Buk M diketahui digunakan secara luas selama konflik di perbatasan Georgia. Separatis Abkhazian pernah mengklaim bahwa mereka telah berhasil menembak jatuh empat UAV Georgia, sementara dalam bentrokan antara tentara Rusia dan Georgia pada tahun 2008 silam, dikabarkan bahwa Buk M Angkatan Bersenjata Georgia berhasil menembak jatuh tiga pesawat tempur Su-25 Frogfoot dan sebuah pesawat pembom Tu-22M Backfire milik Angkatan Udara Rusia.
Sebelumnya, Buk M2 termasuk satu dari dua pilihan sistem rudal yang sedang diincar oleh Pasukan Pertahanan Udara Angkatan Udara Malaysia. Kandidat lainnya adalah sistem rudal permukaan ke udara jarak menengah KS-1 buatan China. Laporan sebelumnya juga menyebutkan bahwa Rosoboronexport Rusia siap menjual Buk M2 kepada Malaysia dan kontrak diharapkan akan rampung pada 2015.
Selain China negara lain yang juga memproduksi sendiri Buk-M adalah Iran dengan sistem rudal Raad yang sama dengan Buk-M2EK yang ditampilkan saat parade militer 2012 dan Belarus dengan sistem rudal Buk-MB yang ditampilkan pada Juni tahun lalu.

Gambar: Internet Photos
 http://www.artileri.org

Ditemukan Metode Baru Pelindung dari Senjata Kimia

Gas beracun

Para peneliti di Oregon State University (OSU) Amerika Serikat menemukan bahwa beberapa senyawa yang disebut polyoxoniobates dapat menurunkan atau men-dekontaminasi agen saraf seperti gas sarin yang sangat mematikan. Polyoxoniobates diketahui juga memiliki karakteristik lain yang membuatnya cocok digunakan pada baju pelindung, masker atau perangkat perlindungan lainnya.
Penggunaan polyoxoniobates untuk tujuan ini memang belum pernah dibuktikan, namun para ilmuwan OSU mengatakan bahwa penemuan ini akan berimplikasi penting untuk perlindungan personel militer dan sipil dari gas beracun seperti gas sarin. Tahun lalu, sebuah laporan PBB menyimpulkan bahwa gas sarin telah digunakan dalam konflik Suriah.

Metode baru ini dianggap sebagai terobosan besar dalam melindungi militer dan sipil dari agen-agen saraf. Senyawa organofluorophosphate seperti gas sarin adalah cairan yang tidak berbau dan tidak berwarna yang sangat mematikan bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah. Pengaplikasiannya dalam militer bisa digunakan sebagai hulu ledak artileri, bom dan rudal. Sarin juga gas yang memiliki volatilitas yang tinggi (cairan dapat berubah menjadi gas), sangat berbahaya bila terhirup bahkan konsentrasi uapnya dapat menembus kulit dengan cepat. Bila tidak segera diberikan penangkal seperti atropin, korban gas sarin akan meninggal karena tercekik akibat kelumpuhan otot paru-paru dalam waktu 1 sampai 10 menit setelah terhirup langsung. Sedangkan pada korban yang terpapar gas sarin dalam dosis non mematikan, bila tidak mendapatkan perawatan medis segera, maka akan menderita kerusakan saraf permanen. Selain itu, pakaian seseorang akan terus melepaskan gas sarin selama sekitar 30 menit setelah kontak dengan gas sarin, yang akhirnya dapat menyebabkan paparan bagi orang lain.
Ada juga beberapa senyawa lain yang dapat men-dekontaminasi gas saraf, namun para peneliti mengatakan bahwa senyawa tersebut tergolong senyawa organik, tidak stabil, bisa rusak karena sinar matahari dan memiliki karakteristik berbeda yang tidak cocok untuk diterapkan pada pakaian pelindung. Selain itu ada juga senyawa lain yang meskipun anorganik namun juga tidak cocok diterapkan pada bahan kain.
Sebaliknya, senyawa polyoxoniobates yang anorganik, diketahui tidak hilang dalam kondisi lingkungan normal, bisa larut dengan mudah dan bisa diterapkan pada bahan kain atau bahan pakaian lainnya.
Senyawa polyoxoniobates
Grafik yang menggambarkan kemampuan unik dari senyawa polyoxoniobates dalam menurunkan dan men-dekontaminasi gas sarin. Gambar: Oregon State University
"Ini adalah pemahaman mendasar baru tentang apa yang Anda bisa lakukan pada senyawa ini," kata May Nyman, profesor di Departemen Kimia OSU College of Science. "Senyawa anorganik ini stabil, dan berpotensi penting dalam dekontaminasi dan perlindungan dari gas saraf yang mematikan ini (gas sarin)."
Sebagai bahan kimia, polyoxoniobates sebenarnya telah dikenal sejak pertengahan 1900-an, kata Nyman, tetapi potensinya yang bisa men-dekontaminasi gas sarin baru diketahui baru-baru ini. Selain perlindungan dari gas saraf, katanya, sifat kimia senyawa polyoxoniobates bisa berfungsi sebagai katalis, yang mampu menyerap karbondioksdia yang mana bisa ditemukan sebagai penyerap karbon di pembangkit listrik berbahan bakar fosil.

"Dalam penelitian ini, kami berharap bisa mengeksplorasi lebih jauh fungsi mereka dan kemudian menerapkannya pada permukaan kain pelindung," kata Nyman. " Senyawa ini bisa sebagai dasar perlindungan untuk masker gas atau perlindungan lainnya. Kami juga perlu menguji kemampuan senyawa ini pada lingkungan yang sangat kering, panas ekstrem atau kondisi keras lainnya."
Tujuannya adalah membuat senyawa pelindung ini bertahan lama, berkinerja tinggi dan tentu saja untuk memberikan tingkat perlindungan yang tinggi dari agen saraf seperti gas sarin bahkan di kondisi lingkungan yang keras, ujar para peneliti.
Penelitian OSU ini menunjukkan kemampuan polyoxoniobates untuk menetralisir agen saraf baik secara aktual maupun simulasi. Dalam hal ini OSU bekerjasama dengan Sandia National Laboratories dan Angkatan Darat AS.



 http://www.artileri.org

Piasecki X-49A "SpeedHawk"

X-49A "SpeedHawk"
Piasecki X-49A "SpeedHawk" adalah helikopter empat bilah, dua mesin General Electric T700-GE-701C, dan merupakan helikopter eksperimental yang sedang dikembangkan oleh Piasecki Aircraft untuk Angkatan Darat Amerika Serikat.
X-49A "SpeedHawk"

X-49A masih menggunakan bodi helikopter Sikorsky YSH-60F Seahawk, namun dimodifikasi dengan menambahkan sistem Vectored Thrust Ducted Propeller (VTDP) dan lifting wing hasil desain Piasecki. Teknologi VTDP menggantikan rotor ekor konvensional dan menyediakan anti-torsi dan yaw control dengan tambahan kemampuan dalam daya dorong ke arah depan. Dengan penambahan sayap, helikopter ini akan lebih bermanuver dan  lebih andal.
X-49A "SpeedHawk"
X-49A merupakan bagian dari program eksperimental Advanced Technology Demonstration (ATD) untuk menerapkan teknologi VTDP ke helikopter-helikopter militer guna memberikan berbagai keunggulan mulai dari kecepatan, jangkauan, survivabilitas dan beban yang mampu dibawanya.
X-49A "SpeedHawk"
X-49A Speedhawk terbang pertama kali pada tanggal 29 Juni 2007. Awalnya ini adalah proyek Angkatan Laut AS senilai USD 26 juta dolar yang terdiri dari sebuah helikopter Sikorsky YSH-60F yang dimodifikasi oleh Piasecki Aircraft sebagai helikopter uji coba untuk memvalidasi sistem VTDP. Pada bulan Mei 2003,YSH-60F/VTDP berganti nama menjadi X-49A. Dan pada tahun 2004, program X-49A VTDP dialihkan dari Angkatan Laut AS ke Angkatan Darat AS. Hingga saat ini program X-49A masih terus berjalan.
Gambar: Piasecki Aircraft 
 http://www.artileri.org

Jumat, 15 Agustus 2014

Peluang China Peroleh Su-35 Rusia Kian Terbuka

Sukhoi Su-35

Rusia dan China telah mempererat hubungan mereka yang belakangan ini terkesan berjalan di tempat. Kerjasama multi tahun yaitu kerjasama gas alam senilai miliaran dolar dan kolaborasi kedua negara dalam pengembangan pesawat komersial berbadan besar adalah dua dari beberapa rencana perjanjian yang dibicarakan selama pertemuan presiden kedua negara, Vladimir Putin dan Xi Jinping, bulan lalu. Terkait rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 yang sempat beberapa kali tertunda, hal ini juga dibicarakan, namun keputusan pastinya kemungkinan baru akan keluar pada kuartal akhir tahun ini.
Pembelian China atas Su-35, pesawat tempur hasil pengembangan terbaru dari varian Su-27 Flanker, akan memberikan manfaat yang besar bagi China. Selain kekuatan tempur udara China akan semakin kuat dengan kehadiran Su-35, Su-35 juga akan menjadi tolok ukur bagi China dalam mengukur kemajuannya dalam mengembangkan pesawat tempur sendiri. Tidak hanya itu, kehadiran Su-35 akan memberikan China akses ke teknologi mesin turbofan Su-35 dan potensi upgrade berbagai rudal udara-ke-udara dan udara ke permukaan buatan Rusia. Kita tahu selama ini China berusaha keras dan beberapa kali gagal dalam upayanya meningkatkan kinerja dan keandalan mesin-mesin pesawat tempurnya.


Dialog kedua negara soal pembelian Su-35 sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, namun karena beberapa alasan, Rusia akhirnya menunda penjualannya. China sendiri mengharapkan pembelian Su-35 awal sebanyak 24 unit, yang akan cukup membentuk skadron tunggal. Ketika Angkatan Udara China (PLAAF) membeli Flanker asli pada tahun 1991, mereka mengawalinya dengan 24 unit, lalu dilanjutkan dengan batch tambahan, baru akhirnya China bisa membuat varian Flanker-nya sendiri yaitu J-11B.
Pengembangan independen China atas varian Su-27 yang lengkap dengan avionik, radar, mesin, dan senjata buatan sendiri telah menciptakan gesekan dengan Moskow, yang akhirnya Moskow mengerem penjualan banyak senjata ke China. Dari perspektif Rusia, salah satu upaya peniruan China atas produk militer Rusia yang paling mengerikan adalah pesawat tempur J-15, yang sangat mirip dengan Su-33 varian dari Su-27 khusus Angkatan Laut (untuk kapal induk), yang mana China memperolehnya dari Ukraina.
Meskipun "sakit hati," sekarang Moskow tampaknya masih ingin melanjutkan penjualan pesawat tempur canggih kepada China, meskipun bukan pesawat tempur generasi kelima yang saat ini dikembangkan Rusia. Analis menilai sikap lunak Moskow ini mungkin terkait dengan keuangan, selain tentunya keinginan Moskow untuk terus mempertahankan hubungan pertahanan dan politik dengan Beijing.

Penjualan Su-35 kepada China juga akan memberikan kesempatan bagi perusahaan pembuat rudal Rusia Tactical Missiles Corporation (KTRV) untuk menyediakan paket rudal baru dan paket upgrade terhadap rudal-rudal Rusia yang dimiliki China saat ini. Rudal-rudal ini antara lain RVV-SD atau versi ekspor dari rudal R-77-1 yang merupakan upgrade dari rudal udara-ke-udara R-77 (AA-12 Adder) dan rudal jarak pendek RVV-MD, versi ekspor dari rudal R-73 (AA-11 Archer). Tactical Missiles Corporation juga pernah menampilkan ilustrasi Su-35 yang membawa rudal RVV-BD, varian ekspor dari rudal udara-ke-udara jarak jauh R-37M (AA-13 Axehead). Sebelumnya pejabat Tactical Missiles Corporation mengusulkan agar rudal-rudal ini juga disertakan dalam paket pembelian Su-35, meskipun mereka tidak menjelaskan untuk penjualan kepada negara mana.
http://www.artileri.org

2015: Rusia Produksi Sistem Rudal S-350E Vityaz

S-350E Vityaz

Pada tahun 2015, Rusia akan mulai memproduksi sistem rudal pertahanan udara jarak menengah baru S-350E Vityaz, Ian Novikov, Direktur Jenderal produsen rudal Rusia Almaz-Antey mengumumkan pada hari Kamis, 22 Mei 2014, Kantor Berita Interfax melaporkan.

Seluruh komponen darat S-350E Vityaz sudah siap, dan uji coba penembakan harus diselesaikan pada tahun ini dan produksi massal dari seluruh perangkat/sistem S-350E sudah akan dimulai pada tahun 2015. Sedangkan pengiriman ke Angkatan Bersenjata Rusia direncanakan pada tahun 2016.

S-350E Vityaz pertama kali dikembangkan pada tahun 2007. Secara bertahap, sistem rudal ini akan menggantikan sistem rudal pertahanan udara S-300PS dan S-300PM yang saat ini digunakan oleh Angkatan Bersenjata Rusia.

Pada Februari 2013 lalu, Departemen Pertahanan Rusia dan produsen rudal Almaz-Antey mengungkapkan bahwa uji coba pertama Vityaz sudah dimulai pada tahun 2013. Sistem rudal ini pertama kali diresmikan di hadapan publik saat Pameran Udara MAKS di Moskow, Agustus 2013.
S-350E Vityaz

S-350E Vityaz adalah sistem pertahanan darat-ke-udara mobile baru yang dirancang, dikembangkan dan diproduksi oleh Rusia melalui perusahaan pertahanan Almaz-Antey. S-350E Vityaz dapat memuat hingga 16 rudal anti pesawat atau 12 rudal peluncuran vertikal. Setiap sistem S-350E terdiri dari tiga truk, yaitu truk peluncur 50P6 (dua gambar atas), truk kontrol 50K6, dan truk komando 50K6E. Sistem rudal ini dilengkapi dengan stasiun relay untuk peralatan komunikasi, shelter-mounted fire control system dengan target yang multifungsi, dan radar surveilance 50N6A.

Rudal yang digunakan pada S-350E Vityaz adalah rudal 9M96 yang awalnya dirancang untuk digunakan pada sistem rudal S-400. Rudal ini dimaksudkan sebagai senjata pertahanan diri pada jarak hingga 15 kilometer dengan fitur passive IR homing guidance, bertindak multiperan sebagai pencegat pesawat dan rudal. Rudal yang berdiameter 240 mm dan rentang sayap 480 mm ini dapat memuat 26 kg hulu ledak FRAG-HE dengan kecepatan 900m/detik pada jarak 40 km. 
Menurut informasi sebelumnya, sistem rudal ini dapat dibuat dalam dua konfigurasi: versi yang dioptimalkan untuk perlindungan dari senjata presisi tinggi (rudal jelajah, anti-radiation missile/ARM, bom pintar dan UAV taktis) dan mampu terlibat hingga delapan target secara simultan, dan versi multi peran, pada baterai terdiri dari radar dan hingga empat peluncur dengan masing-masing 32 buah rudal kecil.

Gambar Vityaz: Internet Photo 
 http://www.artileri.org

Rusia Tambah 16 MiG-29SMT pada 2015-2016

MiG-29SMT
Enam belas jet tempur multiperan MiG-29SMT Fulcrum akan bergabung dengan Angkatan Udara Rusia pada rentang 2015-2016 di bawah kontrak yang sudah disepakati sebelumnya, Direktur Jenderal perusahaan MiG, Sergei Korotkov mengatakan saat pameran senjata KADEX 2014 di Astana, Kazakhstan, Sabtu, 24 Mei 2014.

"Kami harus menyelesaikan kontrak (pengiriman) pada tahun 2016. Delapan pesawat akan dikirim pada tahun depan dan delapan lainnya pada 2016," Korotkov mengatakan.

Dilaporkan sebelumnya bahwa Departemen Pertahanan Rusia dan perusahaan MiG telah menandatangani kontrak untuk pengadaan 16 MiG-29SMT senilai 17 miliar rubel (USD 500 juta). Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa kontrak pembelian tersebut sudah fasilitas pelayanan dasar dan peralatan pemantauan dan dukungan lainnya.

Menurut Korotkov, pengadaan 16 jet tempur MiG-29SMT ini ditujukan untuk tetap menjaga variasi tempur Angkatan Udara Rusia. Angkatan Udara Rusia sebelumnya telah menerima 18 jet tempur MiG-29SMT pada 2009-2010. "Pesawat-pesawat terbukti baik dioperasikan dan memiliki jangkauan yang signifikan ditambah dengan penggunaan senjata modern untuk menghancurkan target udara dan darat," katanya.

Mengomentari soal kontrak, Wakil Menteri Pertahanan, Yury Borisov, mengatakan bahwa pembelian atau kepercayaan Rusia ini akan menjadi batu loncatan atau semangat bagi perusahaan MiG untuk mengembangkan jet tempur yang lebih baik lagi, seperti MiG-35.

MiG-29SMT adalah versi yang lebih modern dari MiG-29, jet tempur untuk garis depan pertempuran. Pesawat ini bisa dilengkapi dengan berbagai rudal udara ke udara dan rudal udara ke permukaan dan senjata-senjata lain yang akan membuatnya efisien dalam menghancurkan target udara, darat dan objek yang berlayar di laut.

Dilaporkan bahwa efisiensi tempur MiG-29SMT telah meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan MiG-29 versi standar, dan biaya pengoperasiannya pun telah berkurang menjadi sekitar 60 persen saja, Interfax melaporkan. (Voice of Russia).

Gambar MiG-29SMT: Alex Beltyukov - RuSpotters Team 
 http://www.artileri.org

Selasa, 12 Agustus 2014

Iran Tingkatkan Kemampuan Rudal Jelajah dan Rudal Balistik

Akhir bulan lalu Arab Saudi menarik perhatian media karena memamerkan rudal balistik jarak menengah "DF-3" buatan China dalam sebuah parade militer besar. Demikian pula pameran pertahanan Iran 11 Mei lalu juga menjadi pemberitaan berbagai media dunia.

Rudal Hormuz-1 dan Hormuz-2
Rudal Hormuz-1 dan Hormuz-2. Gambar: Internet
Pameran ini merupakan pameran pertahanan dari Aerospace Force of the Army of the Guardians of the Islamic Revolution (AFAGIR) Iran, yang menampilkan berbagai macam senjata anti-access/area-denial (A2/AD), seperti radar, rudal jelajah dan balistik baru buatan dalam negeri, termasuk mock-up dari UAV RQ-170 Amerika Serikat yang Iran peroleh (karena jatuh) pada tahun 2011 lalu. Pameran ini dianggap sebagai pameran berkelas, karena yang hadir adalah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khomeni dan rombongan besar yang utamanya terdiri dari perwira militer Iran.

Setelah upaya Iran mengembangkan rudal balistik anti kapal selam (ASBM) dengan melengkapi rudal jarak pendek Fateh-110 berbahan bakar padat dengan sistem pencari elektro optik, Iran kemudian mengembangkan dua varian baru dari rudal Fateh-110, yaitu Hormuz-1 dan Hormuz-2. Hormuz-1 disebutkan memiliki kemampuan anti radar, menggunakan passive anti-radiation seeker yang mirip dengan rudal HARM Amerika Serikat atau rudal hipersonik KH-31P Rusia. Rudal ini dikatakan bisa menembus sistem pertahanan rudal Patriot dan THAAD, serta radar lainnya yang digunakan oleh AS dan sejumlah negara Teluk. Dengan tampilan eksterior yang sama dengan Fateh-110, rudal Hormuz-2 dikatakan akan berperan sebagai rudal anti kapal.

Dengan dibuatnya rudal Hormuz-2 anti-radiation, analis menilai Iran akan mengoperasikannya bersama dengan rudal Khaleej Fars electro-optically guided, digambarkan kombinasi dua rudal ini akan menghasilkan serangan 'saturation' pada kapal jelajah dan perusak AS. Memang sistem pertahanan rudal AS dinilai efektif dalam menghadapi rudal-rudal Iran dalam berbagai situasi tempur, namun digunakannya juga rudal anti-radiation akan memaksa kapal-kapal perang AS mencegat rudal tersebut, sehingga akan mengurangi jumlah rudal dalam stok untuk mencegat rudal Iran lainnya (seperti Khaleej Fars). Seperti halnya Fateh-110, rudal Hormuz-1 dan Hormuz-2 juga memiliki jangkauan 300 kilometer.

Senjata lain yang ditampilkan Iran dalam pameran ini adalah "Ya Ali", rudal jelajah untuk serangan darat. Rudal ini masih dalam warna prototipe, menjadi yang terunik diantara item rudal lain yang ditampilkan, menunjukkan bahwa rudal ini masih dalam pengembangan atau belum digunakan militer Iran. Hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai rudal Ya Ali, namun disebut-sebut rudal ini sudah memiliki jangkauan 700 kilometer. Bila saatnya rudal ini sudah melengkapi militer Iran dalam jumlah besar dan dilengkapi dengan sistem pemandu modern, tentu akan membuat suhu keseimbangan militer di kawasan teluk semakin panas. Dibandingan dengan sistem pertahanan anti rudal balistik, sistem pertahanan anti rudal jelajah masih dalam pertumbuhan. Uni Emirat Arab menjadi satu-satunya negara di Teluk yang mengakuisisi sistem pertahanan jarak pendek untuk rudal jelajah, yaitu sistem Pantsir dari Rusia. Sementara rudal Ya Ali baru kali ini ditampilkan ke publik, namun sebenarnya ini bukan rudal pertama dari jenisnya yang Iran telah umumkan. Pada September 2012, seorang pejabat tinggi Iran mengatakan akan menampilkan rudal jelajah Meshkat dengan  jangkauan 2.000 kilometer.

Rudal Ya Ali
Rudal Ya Ali (warna Orange). Gambar: Farnews
Namun rudal ini (Meskhat) tidak pernah ditampilkan, dan diketahui bahwa Iran telah memperoleh sejumlah rudal jelajah jarak menengah (peluncuran dari udara) era Uni Soviet dari Ukraina. Pada tahun 2013, ada laporan Ancaman Rudal Jelajah dan Balistik oleh National Air and Space Intelligence Center Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa Meshkat adalah rudal jelajah dengan hulu ledak konvensional dengan jangkauan 2.000 kilometer, bisa diluncurkan dari udara, kapal perang, dan sistem peluncur lainnya yang berbasis darat. Tapi untuk rudal Ya Ali tidak disebutkan dengan jelas, apakah rudal jelajah jarak pendek ini juga bisa diluncurkan dari pesat terbang dan kapal perang.

Item lain terkait kemampuan A2/AD yang ditampilkan Iran adalah versi rudal balistik Zelzal-3 yang dilengkapi dengan hulu ledak cluster, dan bom Raad-301 precision guided. Rudal Zelzal-3 adalah rudal balistik dengan hulu ledak cluster pertama yang ditampilkan Iran kepada publik.

Sudah banyak amunisi presisi udara lain buatan Iran yang seperti Raad-301. Namun sebagian besar adalah bom laser-guided and electro-optically guide, sedangkan Raad-301 dinilai memanfaatkan panduan GPS. Mengingat juga bahwa pameran ini dilaksanakan oleh IRGC dan bukan oleh Angkatan Udara, maka bisa diasumsikan bahwa Raad-301 dimaksudkan untuk menjadi pelengkap tempur bagi UAV IRGC seperti Shahed-129 (kelas predator) dan UAV tempur bertenaga jet Karrar. Dengan Raad-301, artinya UAV Karrar akan berkontribusi lebih dalam pertempuran, sekaligus melengkapi variasi serangan Angkatan Bersenjata Iran.



 http://www.artileri.org

Air Refueling Hawk 100/200 Skadron Udara 12

Air refueling Hawk 100/200
Tepat pada ketinggian 10.000 kaki (3.048 m) segenap penerbang tempur "Black Panther" Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin melaksanakan latihan air to air refueling (AAR) atau pengisian bahan bakar di udara di wilayah Training Area, kota Pekanbaru, Rabu, 21 Mei 2014. Dengan menggunakan pesawat tanker Hercules C-130 A-1309 dari Skadron Udara 32 Lanud Abd. Saleh, Malang, segenap penerbang tempur Skadron Udara 12 yang mengawaki pesawat tempur Hawk 100/200 secara bergantian melaksanakan AAR.

Pada kesempatan tersebut Danlanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb M. Khairil Lubis menyampaikan bahwa pelaksanaan air refueling tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan para penerbang sekaligus persiapan para penerbang dalam mengikuti latihan puncak TNI nantinya. Menurut Danlanud, pelaksanaan air to air refueling mutlak harus dikuasai oleh seluruh penerbang tempur mengingat AAR bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jelajah pesawat tempur sehingga dapat terbang dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa harus kembali ke pangkalan.

Pada pelaksanaan latihan tersebut, para penerbang Hawk 100/200 melaksanakan secara "dry" memasukkan AAR Probe ke Hose pesawat tanker tanpa mengalirkan fuel dan secara "wet" (langsung mengalirkan fuel dari tanker ke pesawat tempur Hawk). Menurut Danskadron Udara 12, Letkol Pnb Reka Budiarsa, penguasaan teknik AAR mutlak harus dikuasai oleh penerbang, baik penerbang Skadron Udara 12 maupun penerbang Skadron Udara 32, selain itu ketelitian, kecermatan dan kehati-hatian seluruh kru udara sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan latihan tersebut.

Informasi dan gambar: Pentak Lanud Roesmin Nurjadin 
http://www.artileri.org

CS/LR14 7.62x51mm, Senapan Otomatis Baru China

CS/LR14

Sebuah senapan otomatis baru China "CS/LR14" kaliber 7.62x51mm dipamerkan dalam sebuah pameran penegakan hukum di Beijing. Terlihat seperti versi modern dari senapan Type-81 lama tapi menggunakan amunisi 7.62x51mm (Type-81 kaliber 7.62x39mm). Desain Type 81 sendiri terlihat mirip dengan senapan AK, tetapi secara internal, sistem operasinya mengunakan short stroke gas system.

CS/LR14

CS/LR14 dilengkapi dengan rel penutup atas dengan diopter rear sight yang bergaya senapan HK, popor side folding dan adjustable, quad rail handguard, muzzlebrake/kompensator dan magazin polimer 7.62x51mm.

Salah satu aspek yang dianggap menarik dari senapan baru ini adalah rear sight-nya masih menggunakan milik Type-81, yang terletak di atas chamber, disamping diopter rear sight pada top cover.

CS/LR14
 

Gambar dan informasi: Lionel dan Matrix3692 di The Firearmblog.
http://www.artileri.org