Rabu, 27 Januari 2016

AS Siap Sediakan Pengganti F-5 Tiger TNI AU

F-16 Block 60
Amerika Serikat telah menyatakan kesiapannya untuk menyediakan pengganti untuk pesawat tempur F-5 Tiger Indonesia, hal ini diungkapkan oleh David AB. Shear, US Assistant Secretary of Defense for Asian and Pacific Security Affairs, pada hari Jumat, 23 Januari 2015.

"Saya belum memahami betul rincian rencana penggantian F-5, tapi kami selalu siap dan bersemangat untuk mendiskusikan peluang masa depan kami dengan rekan-rekan kami di Indonesia," Shear mengatakan.

Menurut Shear, Indonesia dan AS memiliki kerjasama pertahanan yang komprehensif, termasuk latihan militer, penjualan persenjataan, dan pertemuan pertahanan tingkat tinggi.

Hubungan bilateral antara Indonesia dan AS didasarkan pada nilai-nilai dan kepentingan kedua negara, yang telah terbentuk sejak lama, Shear menambahkan.

Menurut Shear, AS tidak berencana untuk menjatuhkan embargo suku cadang untuk militer Indonesia.

"Sulit bagi saya membayangkan AS memberlakukan embargo (militer) yang akan mempengaruhi Indonesia, yang merupakan mitra yang kuat," katanya.

Dia mencatat bahwa pemerintah AS akan melakukan semua upaya guna memastikan dukungan yang andal, suku cadang dan komitmen untuk peralatan militer Indonesia.

"Kami memiliki perjanjian penting pada jet tempur F-16 dan helikopter Apache (dengan Indonesia)," tambah Shear.

Seperti diketahui, pemerintah Indonesia telah berencana untuk mengganti pesawat tempur F-5E Tiger dengan beberapa pilihan, diantaranya Sukhoi Su-35, Saab JAS 39 Gripen 39, Eurofighter Typhoon, dan F-16 Fighting Falcon Block 60.
Sekilas F-16 Fighting Falcon Block 60

F-16 yang ditandai dengan angka Block dibelakangnya menunjukkan upgrade. Masing-masing Block memiliki perangkat lunak, perangkat keras, sistem, kompabilitas senjata dan perangkat struktural tertentu dan dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan.

F-16 Block 60 diupgrade dengan sejumlah sistem baru yang canggih agar tetap superior di udara yang mana hal ini menjadi persyaratan angkatan udara saat ini.

Beberapa sistem baru pada F-16 Block 60, antara lain:
  • Tanki bahan bakar konformal baru yang secara signifikan meningkatkan jangkauannya.
  • Flight control canggih dan kemampuan deteksi radar yang baru.
  • Avionik baru yang menyediakan data sensor yang lebih banyak dan kesadaran situasional yang lebih tinggi bagi pilot.
Sumber: The Jakarta Post, Lockheed Martin
Gambar: Aero Resource UK

Pengadaan Alutsista dan Kerjasama Teknik Militer dengan Rusia

Su-35

Pemerintah Rusia melalui duta besar yang berada di Indonesia, mengatakan di tahun 2015 pihak Rusia siap untuk meneruskan pengembangan kerjasama bidang teknik militer dan bidang pertahanan dengan pemerintah Indonesia.

Dubes Rusia juga berharap hubungan kerjasama militer dan pertahanan yang telah tercapai di tahun lalu akan menjadi pondasi yang baik untuk perkembangan di tahun selanjutnya.

Demikian dikatakan duta besar Rusia untuk Indonesia M.Y.Galuzin saat bertemu dengan Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, Kamis, 15 Januari 2015, di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.

Putusan kesiapan pihak Rusia tersebut merupakan tindak lanjut atas kesepakatan yang telah dicapai antara Presiden RI Joko Widodo dengan Presiden Rusia,  Vladimir Putin disela-sela pertemuan APEC tahun 2014 lalu. Adapun salah satu kesepakatannya adalah perkuat hubungan teknik militer dan kerjasama di bidang pertahanan diantara kedua negara.

Pembicaraan kerjasama teknik militer ini juga sempat dibicarakan antara Presiden Joko Widodo dengan Direktur Jenderal Rosoboronexport dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia pada tanggal 8 Desember 2014. Pada kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo membenarkan adanya minat dari Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kerjasama teknik militer dengan pihak Rusia.
Rusia siap meneruskan dan memulai kerjasama dibidang pengadaan beberapa alutsista, seperti pesawat tempur Su-35 dan kapal selam Kelas Kilo
Lebih lanjut Dubes Rusia menjelaskan bahwa pihak Rusia bersedia untuk meneruskan kerjasama terhadap proyek-proyek yang mempunyai prospek besar berdasarkan kesepakatan yang telah dicapai kedua belah pihak.

Ditambahkan dubes Rusia pihaknya siap untuk meneruskan dan memulai kerjasama dibidang pengadaan beberapa alutsista, seperti pesawat tempur multiperan Sukhoi Su-35 dan kapal selam Project 636 (Kelas Kilo). Disamping itu berbagai jenis peralatan untuk angkatan darat jenis Panser, helikopter transportasi Mi-17, helikopter serang plus transportasi MI-35 dan K-25, kendaraan berat BMP3F dan jenis alutsista lain.

Tidak hanya itu, Pemerintah Rusia juga akan siap mengembangkan kerjasama di bidang industri pertahanan, diantaranya untuk pelaksanaan proses Transfer of Technology (ToT), mengadakan Joint Production menghasilkan bersama untuk suku cadang berbagai jenis alutsista, mengembangkan skema offset termasuk juga didirikannya service center.

Oleh karena itu pihaknya kata Dubes Rusia siap menerima kunjungan dari beberapa pejabat militer dan pertahanan dari Indonesia seperti kunjungan KASAL dan KASAU ke Rusia untuk melihat langsung pesawat tempur jenis Su-35 dan kapal selam Project 636.

Pada kesempatan pertemuan itu, Menhan mengatakan apa yang menjadi harapan dari pihak Rusia adalah keinginan yang sama bagi pihak Indonesia untuk bisa mengembangkan kerjasama teknik militer dengan pihak Rusia.

"Dari Presiden terdahulu hingga Presiden Rusia yang sekarang Indonesia dengan Rusia menjalin hubungan kerjasama militer, dan kedepannya diharapkan makin meningkat," ungkap Menhan.

Menhan juga menyampaikan ketertarikannya akan pengadaan pesawat yang mampu mendarat di permukaan air atau laut (pesawat amfibi). Keinginan Menhan ini terkait dengan kebijakan Presiden RI Jokowi yang memberikan perhatiannya terhadap hal kemaritiman. Menurut Menhan pesawat ini berguna untuk melaksanakan patroli terhadap pencurian ikan di laut dan bisa digunakan untuk membantu operasi pencarian kecelakaan jatuhnya pesawat di laut.

"Karena Presiden kita concern terhadap hal maritim, saya tertarik akan pesawat yang bisa mendarat di air. Nanti berguna untuk patroli di laut terhadap pencurian ikan di laut dan bisa digunakan untuk membantu pencarian kecelakaan jatuhnya pesawat di laut," kata Menhan.

Sumber: DMC
Gambar: Ace Combat

Rabu, 20 Januari 2016

Argentina Kemungkinan Beli 20 Pesawat Tempur FC-1 Xiaolong China

FC-1 Xiaolong

Argentina dan China dilaporkan telah menandatangani kesepakatan untuk pembelian 20 pesawat tempur FC-1 untuk meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Udara Argentina. Langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di Atlantik Selatan pada 14 Februari tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan tiga hari Presiden Kristina de Kirchner ke Beijing pekan lalu, di mana Argentina menyepakati 15 perjanjian ekonomi dan investasi keuangan dengan China yang secara signifikan akan meningkatkan perekonomian Argentina.

Keputusan ini muncul belum lama sejak Buenos Aires mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pembelian 12 pesawat tempur pembom Su-24 Fencer.

Sumber mengatakan kepada Sunday Express bahwa kesepakatan dengan Rusia, yang dilaporkan oleh Sunday Express pada September 2014 lalu, telah dibatalkan setelah serangkaian penundaan dan kekhawatiran akan layanan purna jual Rusia.

Tapi sekarang, kegagalan pembelian Su-24 Fencer tersebut telah tergantikan dengan pembelian 20 pesawat tempur FC-1 buatan China yang harga per unitnya ditaksir antara USD 15 sampai 20 juta.

Dalam "working group" yang dibentuk oleh kedua negara, Beijing setuju untuk memasok sekitar 20 unit pesawat tempur FC-1 yang diproduksi oleh Chengdu Aircraft Corporation China.

Bernama lengkap CAC FC-1 Xiaolong (Fierce Dragon) oleh China, atau disebut sebagai PAC JF-17 Thunder, pesawat ini adalah pesawat tempur multiperan, ringan dan bermesin tunggal yang dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Industries Corporation (CAC) China dengan bekerjasama dengan Pakistan Aeronautical Complex (PAC) Pakistan.

Kode JF-17 pada JF-17 Thunder yang disebut oleh Pakistan adalah singkatan dari "Joint Fighter-17", sedangkan sebutan FC-1 Xiaolong oleh China merupakan singkatan dari "Fighter China-1".

Baca juga:  Myanmar Berencana Produksi Sendiri Pesawat Tempur JF-17 Thunder

FC-1 Xiaolong dapat dipersenjatai hingga 3.629 kg senjata udara-ke-udara dan udara-ke-darat, serta berbagai peralatan lainnya yang dipasang pada tujuh cantelan (hardpoint) eksternal. FC-1 juga dapat membawa droptank berbagai ukuran untuk membawa bahan bakar tambahan.

Pesawat berkursi tunggal ini memiliki kecepatan tertinggi Mach 1,8 (2205 km per jam) di ketinggian 55.000 kaki (16.764 meter) dan jangkauan tempur hingga 1352 km, yang berarti pesawat ini dapat terbang dengan nyaman ke Port Stanley dan kembali ke Pangkalan Udara Tierra del Fuego di Argentina Selatan. (Air Recognition)
Sumber :  http://www.artileri.org

China Peroleh S-400 Rusia, Taiwan dalam Genggaman


Peluncur S-400
Pada November 2014 lalu, Rusia mengungkapkan bahwa mereka telah menjual enam batalyon sistem rudal pertahanan udara S-400 kepada China. Harga untuk setiap batalyon S-400 disebutkan senilai USD 500 juta yang juga termasuk pelatihan kru, suku cadang, dan rudal tambahan. Pengiriman batalyon S-400 pertama dijadwalkan pada tahun depan.
Satu batalyon S-400 yang dijual ke China terdiri dari delapan peluncur rudal, masing-masing dengan dua buah rudal, ditambah pusat komando dan radar, serta 16 rudal tambahan untuk isi ulang.

S-400 sebelumnya dikenal sebagai S-300PMU-3, kemudian berganti nama menjadi S-400 "Triumf" karena dinilai lebih dari sekedar upgrade dari sistem rudal S-300. NATO sendiri menyebutnya sebagai SA-21 Growler. Rusia pertama kali menyebarkan batalyon S-400 pada tahun 2010, di sekitar kota Moskow.

Menurut analis Barat, S-400 dengan kemampuan peperangan elektronik dan sistem radar yang baik telah memberikan ancaman serius bagi pesawat-pesawat tempur Barat. Dibandingkan dengan sistem rudal pertahanan udara Patriot Amerika Serikat, rudal S-400 secara fisik lebih besar dan memiliki jangkauan yang lebih jauh. Rudal S-400 berdimensi panjang 8,4 meter, diameter 50 cm dan berbobot 1.800 kg. Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 400 kilometer, dan dapat mencegat target di ketinggian 31.000 meter. Rudal ini membawa 145,5 kg hulu ledak, dengan target acquisition radar sejauh 700 kilometer. Usia pakai rudal S-400 dilaporkan selama 15 tahun sebelum akhirnya memerlukan perbaikan.

Jangkauan S-400 dua kali lipat dari jangkauan Patriot AS, dan diklaim mampu mendeteksi pesawat yang berfitur low-signature (sukar terdeteksi radar konvensional). Selain sebagai sistem rudal anti pesawat, S-400 juga memiliki kemampuan anti rudal, yakni untuk rudal balistik jarak pendek (3.500 kilometer) dengan kecepatan sekitar 5.000 meter per detik dari jarak 60 kilometer dari peluncur rudal S-400.  

Peluncur rudal S-400 mampu meluncurkan dua jenis rudal, satu rudal besar dengan jangkauan hingga 400 kilometer dan satu rudal yang berukuran lebih kecil dengan jangkauan 120 kilometer. Empat rudal kecil (rudal 9M96E2) dapat dimuat pada satu peluncur. Rudal yang besar sebenarnya juga terdiri dari dua jenis, satu rudal dengan jangkauan 250 kilometer (rudal 48N6) dan satu lagi yang berjangkauan 400 kilometer (rudal 40N6). Meskipun S-400 belum pernah dikerahkan dalam pertempuran yang sesungguhnya, berdasarkan rangkaian uji coba Rusia sebelumnya intelijen AS yakin bahwa S-400 adalah sistem rudal yang mumpuni. Di tahun 2015 ini, Rusia berencana untuk melengkapi tentaranya hingga 200 peluncur masing-masing dengan dua atau empat rudal.

Analis menilai, batalyon pertama S-400 China akan disebarkan di sepanjang pantai untuk mengatasi Taiwan. Satu batalyon S-400 sudah cukup mengkover seluruh ruang udara Taiwan, sehingga mampu melumpuhkan kekuatan udara Taiwan. Sedangkan batalyon S-400 berikutnya kemungkinan akan disebarkan China untuk mengatasi Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam.

Dalam skenario terjadi perang antara China dan Taiwan, setelah China meluncurkan rudal permukaan-ke-permukaan yang menghancurkan pangkalan udara dan landasan pacu Taiwan di awal terjadinya perang, S-400 akan menghancurkan pesawat-pesawat tempur Taiwan yang berhasil terbang lebih dulu. Diketahui, China telah menyebarkan 1.300 rudal jarak pendek yang ditujukan untuk Taiwan. Pangkalan-pangkalan udara Taiwan akan hancur oleh China ketika perang baru saja dimulai. Tentunya ini dalam skenario perang Taiwan secara tunggal, tidak dibantu oleh AS atau Jepang.

Meskipun begitu, menurut sumber resmi dari Departemen Pertahanan Taiwan yang dilansir media, bahwa meskipun S-400 mudah disebarkan (karena semua diangkut dengan truk) namun jika China tetap menempatkannya di lokasi statis seperti halnya penyebaran S-300 sebelumnya, maka akan membuatnya rentan terhadap serangan dan membuat sistem rudal tersebut tidak berguna.
China sebelumnya telah memiliki sistem rudal S-300 yang dibeli dari Rusia (juga diproduksi sendiri oleh China dengan nama berbeda) dan telah disebarkan untuk mengatasi Taiwan, namun S-300 tidak mampu mengkover seluruh ruang udara Taiwan seperti halnya S-400. Inilah salah satu alasan mengapa China sangat menginginkan S-400.

Wacana Rusia akan mengekspor  S-400 mencuat pada tahun 2011 lalu. China diketahui telah 'merayu' Rusia agar menjual S-400 sejak awal tahun 2012, namun Rusia belum bersedia menjual karena alasan ingin memenuhi kebutuhan tentaranya terlebih dahulu selain karena alasan kekhawatiran S-400 akan dikloning China seperti yang terjadi pada S-300 dan pesawat tempur Sukhoi.

Ada satu hal yang layak dijadikan perbincangan terkait pembelian S-400 oleh China ini. Rusia mengumumkan penjualan S-400 kepada China ini hanya selang beberapa hari sejak pejabat China memberikan dukungannya atas posisi Rusia atas Krimea dan Konflik di Ukraina. Adakah hubungan dari kedua peristiwa ini?

Referensi: Strategy Page, RIA Novosti, Defense News, FAS, Wikipedia

Minggu, 17 Januari 2016

Rusia Kembali Tawarkan Kapal Selam ke Indonesia

Kelas Kilo Project 636

Setelah gagal mendapatkan kontrak pengadaan kapal selam baru beberapa tahun lalu, pemerintah Rusia kembali "merayu" pemerintah Indonesia untuk kapal selam Kelas Kilo dari Project 636 untuk memperkuat pertahanan maritim Indonesia.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Djundan mengatakan bahwa pada hari Kamis lalu Duta Besar Rusia MY Galuzin telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu guna membahas kerjasama militer dan kemitraan pertahanan antara kedua negara.

"Rusia siap menyediakan beberapa sistem persenjataan penting, termasuk kapal selam Tipe 636, jet tempur Su-35, dan helikopter Mi-17," kata Djundan kepada The Jakarta Post pada hari Jumat, menambahkan bahwa Rusia juga siap untuk mentransfer teknologi.

Mengenai tawaran tersebut, Djundan mengatakan bahwa saat ini pihak Kementerian Pertahanan masih menimbang sistem senjata baru apa yang terbaik bagi negara.

Kapal selam adalah mesin perang yang efektif, yang dapat bertindak sebagai pencegah karena kapasitasnya yang tersembunyi di bawah air. Kapal selam Rusia Tipe 636 utamanya difungsikan untuk misi anti-kapal permukaan dan anti-kapal selam di perairan dangkal. Tipe ini juga cocok di segala kondisi cuaca.

Negara-negara yang tercatat telah mengoperasikan kapal selam dari kelas ini adalah Aljazair, China, India, Rumania, dan Vietnam.

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam mengoperasikan kapal selam bekas Uni Soviet. Pada tahun 1967, Indonesia mengakuisisi 12 kapal selam Kelas Whiskey dari Uni Soviet.

"Indonesia telah memiliki kerjasama militer dengan Rusia sejak pemerintahan Presiden Rusia sebelumnya. Saya berharap kemitraan militer akan terus berkembang di masa depan," kata Ryamizard saat pertemuan dengan MY Galuzin.

Pada tahun 2009 lalu, Rusia dan Korea Selatan bersaing untuk mendapatkan kontrak pengadaan kapal selam untuk TNI AL, pada akhirnya Korea Selatan-lah yang menjadi pemenang dengan kapal selam Kelas Chang Bogo-nya.

Pada tahun 2011, Indonesia menandatangani kontrak dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) dari Korea Selatan untuk pembangunan tiga kapal selam Kelas Chang Bogo senilai USD 1,07 miliar. Dua kapal akan dibangun di Korea Selatan sementara kapal yang ketiga akan dibangun sendiri oleh Indonesia di fasilitas galangan kapal PT PAL di Surabaya sebagai bagian dari skema transfer teknologi.

Pada tahun 2013 lalu, Indonesia juga sempat melakukan pembicaraan dengan Rusia untuk pengadaan sejumlah kapal selam kelas Kilo, saat itu masih dibawah kepemimpinan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Namun, tidak ada kesepakatan yang dicapai.

TNI AL saat ini diketahui hanya mengoperasikan dua kapal selam buatan Jerman, KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, yang dibangun di era 80-an. Keduanya akan dinonaktifkan pada tahun 2020.

"Indonesia membutuhkan sedikitnya 12 kapal selam untuk mengontrol wilayah," kata KSAL Laksamana Marsetio pada Desember lalu.

Dalam pertemuannya dengan Duta Besar Rusia, Ryamizard juga mengatakan minatnya untuk pengadaaan pesawat amfibi. Ryamizard mengatakan bahwa pesawat amfibi sangat penting untuk melakukan operasi pengawasan  di wilayah laut negara Indonesia.

"Pesawat ini dapat digunakan untuk memerangi illegal fishing dan evakuasi di laut," katanya.

Sebelumnya dilaporkan bahwa Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu saat pertemuan APEC akhir tahun lalu, dan keduanya sepakat untuk melanjutkan kerjasama pertahanan dan teknologi militer.

Presiden Jokowi juga bertemu dengan Direktur Jenderal badan senjata Rusia Rosoboronexport dan duta besar Rusia pada 8 Desember. Dalam pertemuan tersebut presiden menegaskan bahwa Indonesia tertarik bermitra dengan Rusia untuk teknologi militer.

Sumber: The Jakarta Post. http://www.thejakartapost.com/news/2015/01/17/russia-makes-further-submarine-offer.html
Gambar: Rubin Rusia

Menanti Datangnya K9 Thunder

K9 Thunder

Jika Amerika Serikat memiliki artileri Howitzer swagerak 155mm andalan M109 Paladin, Korea Selatan punya K9, kendaraan artileri swagerak yang tak kalah bagusnya. Pada K9 lah korps Artileri TNI AD melirik dan mempersiapkan akuisisinya. Masa-masa realisasi pembangunan kekuatan TNI yang mengacu kepada MEF (Minimum Essential Force) Renstra I memang sudah hampir paripurna, dengan sebagian besar alutsista yang dipesan sudah mulai berdatangan. Korps Artileri TNI AD sendiri kebagian 37 unit Howitzer berbasis truk CAESAR dari Perancis senilai USD 141 juta dan 36 unit sistem artileri roket ASTROS senilai USD 405 juta dari Brasil. Ini berarti Korps Artileri TNI AD bisa memodernisasi dan membentuk 4 batalyon artileri swagerak, diluar sejumlah meriam tarik 105mm Kh-178 dan 155mm Kh-179 yang dibelinya dari Korea Selatan.

Di luar perkiraan, di tengah masa transisi pemerintahan hasil Pemilu 2014, TNI ternyata tak lantas berhenti dan mengambil napas. MEF Renstra 2 yang sudah di ambang pintu perlahan-lahan mulai mengemuka. Alutsista pilihan dan berkualitas kembali disasar untuk menjaga kedaulatan dan meningkatkan wibawa di antara negara kawasan. Satu yang dilirik untuk semakin memperkuat Korps Artileri TNI AD adalah sistem artileri swagerak berpenggerak roda rantai (tracked). Sistem semacam ini hanya dimiliki oleh sedikit negara. Yang paling mendominasi, tentu saja adalah M109 Paladin yang begitu laku dan dipergunakan hampir sebagian besar Negara NATO. Inggris memiliki AS90, dan Jerman Barat menggunakan Panzer Haubitze (PzH) 2000.

Korps Artileri TNI AD memang sangat butuh penyegaran untuk urusan artileri swagerak berbasis roda rantai. Pasalnya, AMX-13 AUF1 105mm yang dimiliki sudah amat terlalu uzur, pabriknya sudah bangkrut, dan suku cadangnya sudah tak lagi tersedia di pasaran. Untuk mendukung manuver gabungan dengan Kavaleri yang sudah dilengkapi MBT Leopard 2A4 dan Infantri Mekanis yang sudah menggunakan Marder 1A3 dan Anoa sudah pasti kepayahan. Apalagi jarak jangkau meriamnya semakin terbatas.

Namun begitu, pemilihan kandidat sistem artileri swagerak harus dilakukan dengan sejumlah pertimbangan yang benar-benar matang. Soal pertama, apalagi kalau bukan hantu embargo di medio 1990an dan awal milenium baru. Jangan sampai alutsista berharga mahal harus mangkrak karena kelangkaan suku cadang, atau tidak bisa digunakan karena larangan negara produsennya. Kedua, sistem yang dibeli tentu saja harus kompatibel dengan segala jenis munisi yang dipergunakan Korps Artileri TNI AD sendiri, mengingat TNI AD menggunakan amunisi yang berbeda-beda negara produsennya walaupun kalibernya sama.

Yang terakhir, TNI AD tentu mengutamakan keseimbangan. Walaupun pemerintahan lalu percaya pada jargon kosong diplomasi "zero enemy thousand friends", kenyataannya situasi geopolitik seringkali memaksa keberpihakan karena keadaan. Apabila kemudian keberpihakan tersebut dapat menimbulkan implikasi negatif bagi postur pertahanan Indonesia, TNI harus siap. Pengadaan alutsista dari multi negara dianggap mampu menjadi solusi, walaupun berdampak kepada logistik dan suku cadang yang harus disiapkan untuk mendukung penggelaran alutsista.

Nah, dari sejumlah kandidat yang dievaluasi, K9 Thunder buatan Korea Selatan kemudian menyeruak sebagai kandidat yang memiliki kans terbesar untuk dieksekusi pembeliannya. Sistem artileri swagerak terbaru ini menawarkan keganasan meriam 155mm dalam sasis yang sepenuhnya dibuat oleh perusahaan Korea Selatan, Samsung Techwin. Dengan sejarah mesra dimana meriam howitzer TNI AD sebagian besar memang diakuisisi dari Korea Selatan, K9 bak melengkapi kebahagiaan. Apalagi K9 Thunder sudah pula menyandang predikat 'battle proven'. Korps Artileri sendiri menargetkan akuisisi 2 yon tambahan sistem artileri berpenggerak rantai untuk memperkuat batalyon artileri medan TNI AD.

K9 Thunder, sang primadona baru
Korea Selatan sendiri sejak lama merupakan pengguna setia M109 Paladin. Tidak mau membeli mentah-mentah, Korea Selatan melisensi M109A2 sebagai K55 dan K55A1. Namun semakin berkembangnya teknologi, Korea Selatan semakin merasa ketinggalan. M109 Paladin sudah mencapai iterasi A6 dengan jarak jangkauan yang semakin jauh, sementara K55A1 sudah jelas kalah jarak. Rival beratnya Korea Utara sudah diketahui memiliki sistem artileri swagerak berbasis sasis tank Type-59 berkode M-1978 Koksan dengan meriam kaliber 170mm.
K9 Thunder
K9 Thunder. Gambar: Samsung Techwin
Untuk mempersempit selisih tersebut, Korea Selatan menugaskan Samsung Techwin (sebelumnya bernama Samsung Defense Aerospace) untuk mengembangkan sistem artileri swagerak sebagai komplemen, dan kelak pengganti, K55 pada 1989. Purwarupa pertama sudah ditampilkan pada 1994, dan pengujian lanjutan dilakukan sampai akhirnya dapat diterima oleh AD Korea Selatan pada 1998. Dengan kendaraan serial pertama masuk dinas aktif pada 2000an, boleh dikatakan usia K9 masihlah cukup muda.
Spesifikasi K9 Thunder
Baca selengkapnya di Arc.web.id

Jumat, 15 Januari 2016

Taiwan Tambah Jangkauan Sistem Rudal Tien Kung III

Truk dan peluncur Tien Kung III
Chung-Shan Institute of Science and Technology (CSIST) Taiwan dilaporkan akan meluncurkan proyek yang bernama "Chiang Kung." Proyek ini ditujukan untuk meningkatkan jangkauan sistem rudal pertahanan udara Tien Kung III (Sky Bow III).

"Proyek ini diluncurkan untuk memenuhi kebutuhan defensif dari Angkatan Bersenjata ROC (Republic of China) dan pada akhirnya untuk mencapai tujuan memperkuat industri pertahanan dalam negeri," kata Chang Kuan-chun, ketua CSIST melaporkan kemarin, seperti dilansir media-media asing.

Tien Kung III adalah varian generasi ketiga dari kelurga sistem rudal permukaan ke udara Tien Kung yang pertama kali dikembangkan oleh CSIST pada tahun 1981. Kemampuan utamanya adalah mencegat rudal balistik jarak menengah (1.000km-3.000km).

Proyek Chiang Kung diharapkan akan meningkatkan jangkauan penembakan rudal hingga 70 kilometer, dari yang saat ini sejauh 45 kilometer, sumber militer ROC (Taiwan) mengatakan kepada media setempat kemarin.

Peluncur Tien Kung III

Tien Kung III (sebelumnya dikenal sebagai TK-2 ATBM) adalah sistem rudal pertahanan udara lower-tier yang dikembangkan berdasarkan sistem rudal Tien Kung II yang memanfaatkan pencari radar aktif impor Ku-Band (12-18GHz), hulu ledak fragmentasi terarah, dan improved precision controls untuk keterlibatan dengan target berkecepatan tinggi dan target dengan radar cross-section (RCS) rendah seperti rudal balistik taktis.

Tien Kung III didesain dengan fungsi mobilitas yang lebih baik daripada sistem rudal Tien Kung sebelumnya (I dan II), dengan sistem manajemen pertempuran terpadu, dan menggunakan upgrade Chang Bai phased array radar (kinerjanya mirip dengan Patriot PAC-2 AS) atau dengan mobile phased-array radar baru yang dilaporkan disebut sebagai Mobile 3-Dimensional (3D) Air Defense Fire Control Phased Array Radar (Mobile 3D ADFCPAR).

Peningkatan jangkauan tembak Tien Kung III akan membantu militer ROC untuk lebih banyak atau lebih cepat mencegat atau menghancurkan rudal balistik yang memasuki Taiwan, kata sumber-sumber militer Taiwan.

Pengembangan Tien Kung III dimaksudkan untuk menggantikan seluruh sistem rudal Hawk buatan AS pada tahun 2015 nanti. Tien Kung III akan dikerahkan militer Taiwan untuk misi pertahanan udara dan intersepsi rudal dan operasi pertahanan tempur tanah air. Tien Kung III akan memperkuat kerapatan jaringan anti-pesawat Taiwan dan menutup kesenjangan antara kemampuan pertahanan udara jarak pendek dan jauh. Pada tahun ini, militer Taiwan berencana menghabiskan dana senilai USD 2,5 miliar dalam sembilan tahun ke depan untuk pengembangan dan produksi sistem rudal ini.

Selain itu proyek upgrade Tien Kung III, pada tahun 2015 CSICT juga akan meluncurkan proyek "Bees Eyes" atau Point Defense Array Radar System (PODARS) untuk meningkatkan presisi (ketepatan) sistem pertahanan udara militer Taiwan.
Gambar Tien Kung III 1 via Global Security
Gambar Tien Kung III 2 via Sino Defence Forum

Pembunuh di Udara, Pesawat Tempur Su-35 Rusia

Su-35
Sukhoi Su-35 Flanker-E adalah pesawat tempur terkuat yang dioperasikan Angkatan Udara Rusia saat ini. Pesawat bermesin ganda yang kuat dan merupakan turunan langsung dari Sukhoi Su-27 era Soviet ini mampu terbang cepat di ketinggian tinggi, dan membawa banyak rudal. Dilengkapi sistem avionik canggih, membuat Su-35 sebagai pesawat yang paling berbahaya bagi pesawat tempur lain. Mungkin inilah salah satu alasan Angkatan Udara China ingin memilikinya.

"Ini adalah pesawat yang tangguh dan sangat berbahaya, apalagi jika diproduksi dalam jumlah yang banyak," ujar seorang pejabat tinggi Angkatan Udara AS yang memiliki banyak pengalaman dengan pesawat tempur generasi kelima. Pejabat tersebut juga menambahkan bahwa di atas kertas F-15C dan Super Hornet akan tereliminasi oleh Su-35.

Berbeda dari pernyataan seorang pilot Super Hornet Angkatan Laut AS yang lulusan sekolah TOPGUN: "Ketika digunakan sebagai platform (pesawat) tunggal, Su-35 unggul dari seluruh platform (pesawat) kami, dengan mungkin pengecualian atas F-22 dan F-15C." Pilot ini tidak menyebutkan F-35 mungkin karena F-35 saat ini yang belum benar-benar operasional.

Tapi seorang pejabat Angkatan Udara AS yang memiliki banyak pengalaman dengan F-35 JSF mengatakan bahwa Su-35 dapat menimbulkan ancaman serius bahkan bagi pesawat-pesawat tempur siluman AS. F-35 utamanya didesain sebagai pesawat serang dan tidak memiliki kecepatan tinggi atau terbang di ketinggian tinggi seperti halnya Su-35. "Kemampuan Su-35 untuk terbang tinggi dan cepat merupakan masalah besar, termasuk bagi F-35," kata pejabat tersebut.
Keunggulan dari pesawat tempur yang terbang tinggi dan cepat adalah energi peluncuran rudal udara ke udara jarak jauhnya menjadi lebih maksimal.
Su-35 akan meluncurkan rudal dari kecepatan supersonik sekitar Mach 1,5 pada ketinggian lebih dari 45.000 kaki, sedangkan F-35 utamanya akan terbang di kisaran ketinggian 30.000 kaki dengan kecepatan sekitar Mach 0,9.

Su-35 dikembangkan dengan menggunakan desain airframe kuat, yang dalam banyak hal kemampuan aerodinamisnya sudah melampaui F-15 Eagle. Su-35 menggunakan airframe yang ringan dan lengkap dengan thrust vectoring tiga dimensi, avionik canggih dan kemampuan jamming yang kuat.

Dengan mesin yang kuat, mampu terbang supercruise dalam waktu yang lama, avionik canggih, radar passive electronically-scanned array Irbis E, boresight yang luas dan peralatan jamming yang baik, menjadikan Su-35 sebagai pesawat tempur yang sulit dikalahkan di atas kertas. Su-35 dikategorikan sebagai pesawat tempur generasi 4++ karena kemampuannya yang lebih, dan sebagian teknologinya menggunakan teknologi pesawat tempur generasi kelima.

Penambahan kemampuan serangan elektronik (EA) pada pesawat ini dianggap menjadi masalah bagi pesawat-pesawat tempur Barat karena jammer memori frekuensi radio digital pada Su-35 akan menyebabkan penurunan kemampuan radar pesawat musuh secara signifikan. Juga efektif 'membutakan' radar onboard, seperti yang ditemukan pada rudal udara ke udara AS seperti AIM-120 AMRAAM.

Lebih jauh, seorang pejabat Angkatan Udara AS lainnya mengatakan bahwa meskipun pesawat-pesawat generasi ke-4 saat ini diupgrade maka tetap akan mengalami masalah serius ketika berhadapan dengan varian Flanker baru ini. Pejabat tersebut mengatakan bahwa radar AESA pada pesawat-pesawat generasi ke-4 AS bukan merupakan keunggulan yang besar ketika berhadapan dengan Su-35.

"Kami Departemen Pertahanan AS masih berusaha menemukan metode yang tepat untuk mengatasi EA," kata seorang pejabat Angkatan Udara AS yang berpengalaman dengan F-22 Raptor. "Jadi meskipun (pesawat) kami siluman, kami akan membutuhkan kerja keras dan waktu yang lebih untuk mengatasi EA dalam rangka menargetkan Su-35 dan rudal juga akan menemui kesulitan untuk menghancurkannya."
Su-35 juga dilengkapi dengan sistem pencarian dan pelacakan inframerah, serta sensor non EM (elektromagnetik) untuk membantu mendeteksi pesawat lain, yang sangat berguna untuk pendeteksian jarak jauh.
Keunggulan besar Su-35 lainnya adalah bahwa pesawat ini mampu membawa rudal udara ke udara dalam jumlah yang banyak. Seorang pilot Super Hornet mengatakan: "Satu hal yang saya sangat suka dari Su-35 adalah ia ibarat truk high-end; yang dapat membawa satu ton rudal udara ke udara dalam pertempuran.".

Di atas kertas, Su-35 terbilang unggul, namun seorang pilot Angkatan Udara AS yang berpengalaman dengan F-22 Raptor mengatakan: "Apakah mereka bisa mengaplikasikannya dengan taktik tempur yang baik?" Seperti diketahui, Angkatan Udara AS menerjunkan banyak platform untuk mendukung kemenangan pertempuran, seperti pesawat AWACS, tanker dan peperangan elektronik.

Sebagian pilot tempur berpengalaman Angkatan Udara AS  mengatakan bahwa masih banyak hal tentang Su-35 dan kemampuan militer Rusia yang belum diketahui. "Anda tidak akan benar-benar tahu kemampuan sebuah senjata atau keterampilan pilot pihak lain atau bagaimana strategi pertempuran mereka," kata seorang mantan pilot Angkatan Udara AS yang memiliki banyak pengalaman dengan persenjataan Uni Soviet dan Rusia.

Seorang pilot Super Hornet mengatakan bahwa: "Jika saat ini Su-35 berhadapan dengan Super Hornet, maka saya akan memenangkan pilot Barat, meskipun musuh bekerja keras untuk menutupi kesenjangan." Hal senada juga diungkapkan pilot AS lainnya yang mengatakan: "Pelatihan dan keterampilan kami membuat kami lebih siap."

"Pesawat ini bukan (F-22) Raptor dan akan dilumpuhkan oleh dua elemen kunci (pesawat) generasi kelima, yaitu siluman dan fusi sensor spektrum luas," kata pejabat militer AS lainnya. Tapi secara keseluruhan, kita setuju mengatakan bahwa Su-35 adalah pesawat tempur terbaik yang dimiliki Angkatan Udara Rusia saat ini, dan merupakan ancaman serius bagi pesawat-pesawat tempur Barat.
Gambar: Sukhoi

Rabu, 13 Januari 2016

Pindad Tingkatkan Produksi dan Jajaki Kerjasama dengan Asing


SPG1-V2 KAL.40MM
Direktur Utama PT Pindad Silmi Karim mengungkapkan, bahwa Kementerian Pertahanan (Kemenhan) pada 2015 akan meningkatkan pembelian senjata ke Pindad hingga 40%.

Dia menilai, ‎selain kualitas produk, kapasitas produk Pindad juga harus ditingkatkan, terutama untuk memenuhi permintaan user di dalam negeri seperti, Kementerian Pertahanan (Kemhan), TNI, dan Polisi.

"Yang jelas, ada potensi Pindad untuk berkembang, bahkan berdasarkan arahan dari Sekretaris Kabinet, permintaan Kemenhan ke PT Pindad harus ditingkatkan minimal 40% pada 2015," terang Silmi di Kementerian BUMN, Senin, 22 Desember 2014.

Menurutnya, proses trasformasi PT Pindad telah sejak lama dilakukan.

"Sekarang saya akan lanjutkan untuk bisa memenuhi ekspektasi pemegang saham, yakni pemerintah, user, serta menyiapkan Pindad untuk bersaing dalam level internasional," tuturnya. (Sindo)
.
Perkuat Industri Pertahanan, Pindad Siapkan Rp 700 Miliar di 2015
Untuk terus memperkuat industri pertahanan tanah air, PT Pindad akan menyiapkan investasi sebesar Rp 700 miliar di tahun 2015. Besaran investasi tersebut akan digunakan perseroan untuk memperbarui berbagai peralatan alutsista, penambahan kapasitas produksi, dan kerjasama luar negeri.

Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengungkapkan, pihaknya sudah mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada pemerintah sebesar Rp 700 miliar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Rinciannya, dana tersebut akan digunakan untuk modernisasi peralatan yang sudah tua Rp 300 miliar, penambahan kapasitas untuk meningkatkan permintaan Kementerian Pertahanan dan TNI Rp 300 miliar, dan Rp 100 miliar untuk kerjasama dengan luar negeri.

"Kita mengajukan PMN sekitar Rp 700 miliar. Masuk dalam APBNP 2015. Kita sudah mengajukan ke Kemenkeu. Detilnya tanya ke Deputi. Tinggal proses," ujar dia saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, 22 Desember 2014.

Dia menjelaskan, pihaknya berusaha untuk bisa memenuhi permintaan dalam negeri terkait alutsista dengan meningkatkan kapasitas produksi saat ini. Sayangnya, Silmy tidak bisa menyebutkan kapasitas produksi secara keseluruhan. Untuk panser saja, saat ini kapasitas produksinya mencapai 250 panser.

"Yang jelas ada potensi Pindad dapat berkembang dan ada arahan dari pak Andi Wijayanto menyampaikan akan meningkatkan permintaan kepada Pindad minimum 40%.

Hal ini sesuai dengan surat Seskab kepada Kemhan TNI untuk meningkatkan permintaan alat. Permintaannya banyak, ada peluru, panser, dan lain-lain," terang dia.

Dari sisi kerjasama dengan luar negeri, Silmy menyebutkan, tengah menjajaki dengan berbagai perusahaan asing, yang terbaru adalah dengan perusahaan Rusia, namun belum ada pembicaraan lebih lanjut.

"Kita akan ke perusahaan Rheinmetall, FMSS, Rusia, CMI. Yang jelas, adalah kerjasama internasional salah satu cara untuk mempercepat penguasaan teknologi," ungkap Silmy.

"Hal ini dari sisi produk, misalnya Pindad belum mampu untuk membuat amunisi kaliber besar. Kita bisa kerjasama dengan luar negeri seperti joint venture, joint production," tandasnya. (Medan Bisnis)

Gambar: Pindad

Kecanggihan Kapal OSV 190 SC-WB TNI AL

OSV 190 SC-WB TNI AL

Pada 11 Desember 2014 lalu, galangan kapal OCEA bertempat di Les Sables d'Olonne di pantai barat Prancis, meluncurkan kapal pertama dari dua kapal kapal Offshore Survey Vessels (OSV) 190 SC-WB atau kapal Bantu Hidro Oseanografi (BHO) untuk TNI AL. Acara peluncuran ditandai dengan pemotongan tali menggunakan kapak oleh KASAL Laksamana TNI Dr. Marsetio sebagai tanda simbolis.

OCEA memenangkan tender pengadaan kapal BHO ini setelah menyisihkan 8 pesaing lainnya (3 dari Korea Selatan, 1 dari Jerman, 4 dari Prancis termasuk OCEA, dan 1 dari Belanda) dalam tender internasional pada 2011 silam.

Setelah menganalisa tawaran yang diajukan masing-masing calon, akhirnya Kementerian Pertahanan Indonesia mengerucutkan pilihan menjadi tiga (2 dari Korea Selatan dan OCEA) untuk bersaing dalam kompetisi akhir. OCEA adalah satu-satunya kandidat yang menawarkan kapal aluminium.

OCEA akhirnya terpilih menjadi pemenang tender dan menandatangani kontrak dengan TNI AL pada tanggal 1 Agustus 2012. Kontrak ini berupa pembangunan dan pengiriman dua kapal OSV 190 SC-WB dengan peralatan lengkap untuk misi penelitian oseanografi dan hidrografi serta hal-hal lainnya terkait kebutuhan TNI AL khususnya.

Lunas kapal OSV 190 yang pertama diletakkan pada bulan Oktober 2013, sedangkan adiknya baru akan diluncurkan (selesai) pada kuartal kedua 2015. Pengiriman OSV 190 pertama ke Indonesia dijadwalkan pada bulan Maret 2015, sedangkan kapal kedua kemungkinan baru dikirimkan pada kuartal ketiga 2015.
OSV 190 SC-WB TNI AL

OSV 190 dilengkapi dengan berbagai peralatan survei hidro-oseanografi terbaru yang dapat digunakan untuk pengumpulan data perairan sampai dengan laut dalam (deep water) hingga 6.000 m. Mampu mendeteksi benda-benda di laut, pesawat jatuh dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan teknologi multi bim yang bisa mencatat gelombang dan frekuensi bawah laut dengan tepat. OSV 190 termasuk kapal jenis MPRV (Multi Purpose Research Vessel) yang menjadi sejarah baru di jajaran kapal-kapal TNI AL.

Misi OSV 190 SC-WB, diantaranya:
  • Survei hidrografi
  • Studi oseanografi
  • Studi geofisika
  • Survei perikanan
  • Patroli ZEE
  • Dukungan operasi scuba diving
  • External fire-fighting
  • Helicopter winching operations
  • Towing ships.
Untuk menjalankan tugasnya yang kompleks tersebut kapal BHO TNI AL ini dilengkapi dengan berbagai peralatan teknis dan ilmiah yang tercanggih, diantaranya:
  • AUV (autonomous underwater vehicle) dari Kongsberg - untuk menjalankan misi bawah air secara otonom. Melaksanakan pencitraan bawah laut sampai dengan kedalaman 1.000 meter dan mengirimkan kembali data secara periodik ke kapal utama dalam hal ini OSV 190.
  • ROV (Remotely Operated Vehicle) dari ECA - robot bawah air dengan remot kontrol yang dilengkapi kamera bawah air, sehingga dapat memberikan informasi visual kondisi di dalam laut, serta mampu mengambil contoh material dasar laut sebagai bahan penelitian, dengan kemampuan sampai dengan kedalaman 1.000 meter.
  • Hydrographic craft 8 meter - yang dilengkapi dengan teknologi pengumpulan data di daerah dangkal sepanjang pantai. Didesain oleh OCEA, dua hydrographic craft ini (masing-masing satu pada tiap kapal) akan dibangun di Indonesia.
  • Berbagai sensor terintegrasi (terpasang di bawah lunas di haluan) untuk analisis dan data recovering.
Di dalam kontrak juga tertuang dukungan logistik, yang berupa:
  • Dokumentasi teknis untuk operasi dan pemeliharaan
  • Pelatihan kru: teknis dan ilmiah (40 pelaut per kapal)
  • Pelatihan pemeliharaan (16 orang per kapal)
  • On site technical assistance.
Dalam merealisasikan kontrak ini, OCEA bermitra dengan Angkatan Laut Prancis untuk pemilihan peralatan ilmiah dan juga untuk membantu pelatihan ilmiah kru dan bantuan teknis lainnya kepada Indonesia.
OSV 190 SC-WB
Kedua kapal ini merupakan proyek ambisius TNI AL untuk membangun armada oseanografi dan hidrografi. Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau, kebutuhan akan kapal BHO ini sangatlah mendesak, seperti yang ditunjukkan dalam misi operasi pencarian pesawat Air Asia QZ8501.

Performa OSV 190 SC-WB:
  • Excellent sea-keeping.
  • Manuver tinggi. Dalam bermanuver, kapal BHO ini dilengkapi dengan Dynamic Position, Auto Pilot 70 dan stabilitas kapal menggunakan Anti Rolling Tank.
  • Daya tahan 20 hari.
  • Meluncurkan dan merecovery peralatan penelitian dan robot tele-operated.
  • Mengambil, menyimpan, dan menganalisis sampel (air, sedimen, dan ikan).
  • Lifting dan towing berbagai jenis peralatan khusus.
  • Divers support.
  • Mampu membawa shipping containers (misi kemas).
Karakteristik  OSV 190 SC-WB:
  • Bobot benaman: 515 ton
  • Panjang keseluruhan: 60,1 m
  • Lebar: 11,5 m
  • Draft: 3,5 m
  • Diesel capacity: 135.000 l
  • Water capacity: 35.000 l
  • Kecepatan: 16 knot (2 mesin MTU 8V4000M53)
  • Kru: 40 orang
  • Kapasitas penumpang dan VIP: 11 orang.
Kapal BHO yang dilengkapi laboratorium-laboratorium canggih ini juga dilengkapi dengan persenjataan metraliur kaliber 20 mm dan kaliber 12,7 mm. Disebutkan pula bahwa BHO ini juga akan dilengkapi dengan kemampuan ASW (anti kapal selam), meskipun belum ada rincian lebih lanjut terkait fitur ini.

Saat ini data pemetaan laut Indonesia sudah tidak di-update berpuluh-puluh tahun, terutama di perairan kawasan timur. Dengan adanya dua BHO canggih ini, Indonesia akan bisa memperbarui data-data pemetaan bawah laut di semua perairan. Seandainya terjadi perang, TNI sudah memiliki data-data dari survei dan pemetaan ini, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.

Gambar: OCEA SA

Menhan Tinjau Industri Strategis Radar dan Alat Komunikasi

Menhan tinjau PT LEN
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu didampingi Kepala Badan Sarana Pertahanan Laksda TNI Rachmad Lubis dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan Prof. Dr. Ir. Eddy Sumarno Siradj, M.Sc., berturut-turut melakukan peninjauan ke tiga perusahaan industri strategis pembuat radar dan alat telekomunikasi (Alkom), di Bandung, Senin, 29 Desember 2014.

Ke tiga industri strategis yang ditinjau Menhan tersebut yaitu PT Len, PT Inti, dan PT CMI Teknologi. PT Len dan PT Inti merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan PT CMI Teknologi merupakan perusahaan swasta nasional.

Menhan memulai peninjauannya ke PT Len dan diterima langsung oleh Direktur Utama PT Len Abraham Mose yang didampingi jajarannya. Sebelum peninjauan dan melihat secara langsung fasilitas produksi PT Len, Menhan terlebih dahulu menerima paparan mengenai profil dan sejauh mana kemampuan PT Len dalam mendukung dan memenuhi kebutuhan Alpalhankam (Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan).

Dirut PT Len Abraham Mose menjelaskan, hingga saat ini kinerja PT Len terus mengalami kenaikan baik di sektor bisnis transportasi maupun di sektor pertahanan. Khusus di sektor pertahanan, berbagai produk telah dikembangkan dan diproduksi oleh PT Len baik di kelompok Combat System, Radar, Tactical dan Secure Communication System, hingga Cyber System.

Selama periode 2010 hingga 2014, PT Len telah berkontribusi dalam mendukung pemenuhan alutsista TNI diantaranya mendukung proyek pembangunan kapal PKR (Perusak Kawal Rudal) yaitu terlibat dalam pembuatan beberapa modul software untuk CMS (Combat Management System) PKR, pemenuhan sistem komunikasi pengamanan wilayah perbatasan di Kalimantan Timur dan pembuatan sistem komunikasi terpadu untuk kapal markas KRI Surabaya.
CMS PT LEN

Usai kunjungan ke PT Len, selanjutnya Menhan melanjutkan kunjungannya ke PT Inti dan diterima oleh Direktur Operasi Teknik PT Inti Adiaris. Usai menerima paparan mengenai profil dan kemampuan PT Inti, Menhan dan rombongan juga berkesempatan meninjau fasilitas produksi PT Inti.

Direktur Operasi Teknik PT Inti menyampaikan, bahwa kunjungan Menhan ini merupakan suatu kehormatan bagi PT Inti selaku Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis, karena kunjungan ini merupakan kunjungan Menhan yang pertama ke PT Inti.

Dijelaskannya, meskipun tidak begitu besar keterlibatan PT Inti dalam kegiatan pemenuhan peralatan pertahanan, namun PT Inti secara tidak langsung sudah terlibat dalam kegiatan antara lain membantu PT Pindad menyelesaikan retrofit Tank AMX dalam konteks peralatan komunikasi interkom.

Usai kunjungan di PT Inti, Menhan mengakhiri peninjauannya ke PT CMI dan diterima oleh Dirut PT CMI Rahardjo Pratjihno. Dalam peninjauan ini, Menhan melihat secara langsung bagaimana PT CMI memproduksi alat komunikasi yang dipesan oleh TNI. Menhan meninjau fasilitas PT CMI meliputi ruang mekanik dan fasilitas produksi perakitan radar dan Alkom.

PT CMI Teknologi merupakan perusahaan teknologi swasta yang fokus dalam mendesain dan memproduksi microwave radio. Saat ini, PT CMI sudah memiliki kontrak pengembangan sistem radar militer di Indonesia.

Dalam rangkaian peninjauan ini, Menhan secara umum menyampaikan kesan sangat bangga dapat melihat secara langsung bagaimana produk-produk Alkom dan radar yang dibuat oleh industri strategis. Menurutnya produk dalam negeri tidak kalah dengan produksi dari negara maju lainnya.

Kedepan, Indonesia harus mampu secara mandiri membuat radar dan mengurangi ketergantungan dari negara lain. Karena, radar merupakan sarana yang sangat penting sebagai mata dan telinga bagi negara terutama bagi angkatan bersenjata.

Lebih lanjut Menhan berpesan agar apa yang telah dicapai untuk terus dilanjutkan dan ditingkatkan serta disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Selain itu, industri strategis juga harus terus menyiapkan sumber daya manusia secara berlapis dan jangan sampai terputus, sehingga kedepan akan bertambah maju lagi dan harapan Indonesia untuk lebih mandiri akan terwujud.

Sumber: DMC Kemenhan
Kredit gambar: PT LEN

Rabu, 06 Januari 2016

Prototipe Pertama Tejas Versi Angkatan Laut Sukses Terbang dari Ski Jump

http://www.artileri.org/2014/12/prototipe-pertama-tejas-versi-angkatan.html

Prototipe pertama pesawat tempur ringan (LCA/Light Combat Aircraft) Tejas varian angkatan laut buatan India berhasil melakukan penerbangan perdananya di sebuah fasilitas uji coba pantai Shore Based Test Facility (SBTF) di Goa, India, pada tanggal 20 Desember. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) pesawat tersebut terbang dengan sempurna dengan capaian yang sesuai dengan yang diharapkan.

Dr Avinash Chander, seorang pejabat DRDO mengucapkan selamat kepada tim program LCA Angkatan Laut India dan berkata: "Dengan penerbangan LCA (varian) angkatan laut dari fasilitas ski jump di darat hari ini, kita melihat pesawat tempur buatan kita sendiri telah terbang dari geladak kapal induk."

Menurut HAL (pengembang), LCA Tejas adalah pesawat multiperan bermesin tunggal, ringan dan sangat lincah, berkecepatan supersonik, dan dilengkapi dengan quadruplex digital fly-by-wire Flight Control System (FCS). Pesawat dengan sayap delta ini dirancang untuk pertempuran udara dan dukungan udara ofensif, serta misi pengintaian dan peran sekundernya sebagai senjata anti kapal. Penggunaan bahan komposit canggih di badan Tejas memberikannya kekuatan tinggi untuk rasio berat, usia pakai lebih lama dan tentunya low radar signature.

LCA varian Angkatan Laut India diklaim memiliki landing gear yang lebih kuat untuk menyerap kekuatan atau hentakan atas Ski Jump selama 'melompat' ketika take off, jarak lepas landasnya sendiri sudah 200 meter.

Shore Based Test Facility (SBTF) sengaja dibuat untuk meniru ski jump kapal induk yang diperlukan untuk lepas landas dan mendarat, lengkap dengan kabel pengait untuk digunakan menangkap pesawat ketika mendarat.


Sumber :  http://www.artileri.org

GXV-T Darpa: Mereposisi Armor dan Mengelak dengan Cepat


Konsep GXV-T Darpa

DARPA, salah satu dinas Pentagon yang kerap mengonsep teknologi-teknologi aneh, kini meluncurkan konsep baru kendaraan tempur darat yaitu Ground X-Vehicle Technology (GXV-T).

Salah satu tujuan utama dari program GXV-T DARPA ini adalah meningkatkan survivabilitas kendaraan tempur darat dengan cara meningkatkan kelincahannya. Semakin lincah kendaraan maka akan semakin mampu menghindar dari ancaman yang masuk, baik dengan cara mengelak dengan cepat, atau dengan mengkonfigurasi ulang kendaraan sehingga probabilitas hantaman atau penetrasi ancaman yang masuk menjadi rendah tanpa menjadikan kru di dalamnya celaka.

Video konsep dari DARPA ini mengilustrasikan tiga dari beberapa potensi pertahanan diri GXV-T, yaitu mereposisi armor, hentakan akselerasi, dan suspensi unik yang memungkinkannya bertahan atau menghindar dari ancaman yang masuk.


Keselamatan kendaraan tempur darat dan para awaknya sangatlah ditentukan dari lapisan armor dan manuvernya. Tingkat atau lapisan armor yang dibutuhkan untuk melindungi dari ancaman saat ini telah menjadikan bobot kendaraan bertambah dan tidak juga efektif bertahan dari serangan yang terus menerus. Sedangkan konsep GXV-T merupakan tekonologi revolusioner yang minim menggunakan armor, sukar terdeteksi, dan menghindar atau bertahan dengan cepat dari serangan musuh. Di masa depan, ukuran kendaraan ini mungkin kecil, lincah dan cepat sehingga efisien dan efektif dalam situasi pertempuran yang bervariasi dan tidak terduga.


Sumber :  http://www.artileri.org

Minggu, 03 Januari 2016

Inikah 'Humvee' Masa Depan Rusia?

APC baru Rusia
Meskipun terlihat seperti kendaraan dalam film fiksi low-end, bisa jadi kendaraan ini adalah 'Humvee' masa depan versi Rusia. Zil, pengembang, mengklaim bahwa kendaraan lapis baja angkut personel yang belum diberi nama ini telah digunakan oleh Angkatan Darat Rusia dan kemungkinan akan segera diproduksi secara massal.

Zil adalah perusahaan traktor dan limusin terkenal Rusia yang produknya banyak digunakan oleh Partai Komunis Rusia, kali ini sengaja berimprovisasi dengan konsep baru yang cukup aneh ini. Menurut Zil, bisnis APC (kendaraan angkut personel) seperti ini telah dirampas oleh pabrikan asing, sehingga Zil harus mengambil peluang dalam negeri untuk membuat APC modern sendiri, yang mana Angkatan Darat Rusia saat ini membutuhkan APC 4x4 modern dengan bobot antara 1-2,5 ton.

Dengan atap miring dan grill yang besar, APC ini memang tidak tampak seperti APC-APC kebanyakan. Sedangkan lambungnya yang miring difungsikan untuk membelokkan ledakan ranjau.

APC baru Rusia
 APC baru Rusia
APC baru Rusia
APC baru Rusia
APC baru Rusia

Disebutkan, kendaraan perang Rusia ini menggunakan chassis yang berdasarkan chassis Humvee AS dan berkursi lebih banyak (maksimal 10 orang). Zil mengklaim bahwa desainnya dibuat dengan memanfaatkan "pemodelan 3D canggih" dengan penekanan khusus pada psikologis untuk menghadirkan sesuatu menakutkan dan mengancam.

Tata letak tempat duduknya memungkinkan personel di dalamnya untuk menembak ke arah depan, belakang dan kedua sisi kendaraan dengan baik, plus serangkaian pintu clam-shell dan pintu belakang besar. Meskipun kendaraan ini terlihat futuristik, namun sayang masih menggunakan pegas daun dan rem tromol. Sedangkan tenaganya berasal dari mesin diesel Cummins inline-4 dengan 183bhp, yang disalurkan ke empat roda melalui gearbox manual lima kecepatan dan dua speed transfer case.

APC baru Rusia
APC baru Rusia
APC baru Rusia

Rumor menyebutkan bahwa kendaraan ini akan menjadi kendaraan angkut Angkatan Darat Rusia dalam waktu dekat, dengan konfigurasi tambahan dan serangkaian komponen modular yang dapat dipasang atau dilepas dengan cepat. Termasuk, Zil kemungkinan akan membuat beberapa perubahan seperti pada suspensi, mesin, interior, lapis baja atau mungkin yang lainnya. (Trucklist, English to Russia, AutoExpress)
Sumber :  http://www.artileri.org

ATOM, Prototipe IFV Kelas Berat Rusia-Prancis

ATOM IFV

ATOM adalah kendaraan tempur infanteri (Infantry Fighting Vehicle/IFV) beroda kelas berat yang dikembangkan oleh JSC Central Research Institute Burevestnik (divisi dari Uralvagonzavod) Rusia dan Renault Trucks Defense (RTD) Prancis.

Prototipe ATOM IFV pertama kali diresmikan pada bulan September 2013 saat pameran senjata Russian Arms Expo (RAE) yang diselenggarakan di Nizhny Tagil, Rusia. Sebuah model skala penuh kendaraan tempur infanteri ini ditampilkan saat pameran internasional KADEX-2014 di Kazakhstan pada Mei 2014.

Desain dan fitur ATOM IFV

Sasis ATOM IFV berdasarkan sasis kendaraan infanteri Prancis 8x8 VBCI IFV yang diproduksi oleh Nexter Systems yang bekerjasama dengan Renault Trucks Defense. Lambung ATOM menggunakan pelat baja modular (all-welded). Transmisi, mesin, sistem kontrol tembak didesain oleh Renault, sedangkan sistem senjatanya dikembangkan oleh UralVagonZavod.

Kabinnya menawarkan ruangan seluas 10,7m³ yang mampu mengakomodasi tiga orang awak dan delapan personel tentara bersenjata lengkap. Memiliki satu pintu belakang, empat lubang palka atap (roof hatches) untuk masuk dan keluar.

ATOM IFV dirancang sebagai kendaraan transportasi untuk memobilisasi infanteri selama misi tempur dan medan perang. ATOM dapat dikonfigurasi sesuai dengan kebutuhan misi.

ATOM IFV berdimensi panjang 8,2 meter, tinggi 3 meter, dan lebar 2,5 meter. Berat tempur kendaraan ini mencapai 32.000 kilogram dengan daya angkut maksimum 7.000 kilogram.

ATOM IFV

Persenjataan ATOM IFV

ATOM IFV dilengkapi dengan kubah (turet) tak berawak yang dipersenjatai dengan kanon otomatis kaliber 57mm, yang mampu menghancurkan kendaraan lapis baja ringan, kru anti-tank guided missile (ATGM) dan anti-tank grenade launcher (ATGL), serta target udara, seperti UAV, precision-guided munitions, dan pesawat dan helikopter.

Sistem senjatanya ini memiliki jangkauan tembak efektif 6 kilometer dengan rate of fire di kisaran 120-140 putaran per menit. Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah jenis amunisi adalah sekitar 1-3 detik. Kubah memiliki kapasitas penyimpanan amunisi berkisar antara 180-200 putaran dan siap menembakkan hingga 100 putaran.

Survivabilitas ATOM IFV

ATOM IFV menawarkan perlindungan balistik hingga NATO STANAG 4569 level 5. Dilengkapi dengan reaktif armor dan slat armor untuk perlindungan dari proyektil armor piercing 25mm. Selain itu, ATOM dapat dilengkapi (karena ini masih prototipe belum banyak fitur yang disematkan) dengan sistem proteksi aktif, sistem peringatan laser, pelindungan terhadap senjata kimia, biologi, radiologi dan nuklir.

Mesin dan mobilitas ATOM IFV

ATOM mengusung mesin diesel RENAULT berkekuatan tinggi  dengan output 600 hp, plus gearbox otomatis dan suspensi independen. IFV dapat maju berenang di air dengan dorongan sepasang baling-baling yang terpasang di sisi lambung belakang.

ATOM IFV memiliki kecepatan maksimum 100 km per jam dan memiliki jangkauan 750 kilometer (tanpa mengisi bahan bakar ulang), ground clearance 60 cm, dan ban run-flat. Kendaraan ini dapat diangkut dan diterjunkan dari pesawat Ilyushin Il-76.
ATOM IFV
Karakteristik dan spesifikasi ATOM IFV
Jenis Kendaran tempur infanteri
Asal Prancis- Rusia
Status Prototipe
Produksi 2013
Bobot 32.000 kg
Panjang 8,2 m
Lebar 2,5 m
Tinggi 3m
Kru 3
Penumpang 8
Armor (up to) NATO STANAG 4569 level 5
Senjata utama BM-57 kaliber 57 mm
Mesin Mesin diesel RENAULT (600hp)
Daya angkut 7.000 kg
Suspensi Independen
Ground clearance 60 cm
Jangkauan operasi 750 km
Kecepatan maksimum 100 km/jam

Gambar ATOM IFV 1 dan 2 : Aleksey Kitaev/Wiki Common
Gambar ATOM IFV 3: Алексей Гречищев/Wiki Common

Sekilas Dozor-B, APC-nya Ukraina

APC Dozor-B
Kombatan yang satu ini adalah Dozor-B, APC roda empat 4x4 buatan Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau (KMDB) Ukraina. Angkut personel ini diklaim menawarkan tingkat perlindungan yang meyakinkan, dilengkapi pencitraan termal, indeks of power yang tinggi dan mudah dikendarai dalam perjalanan lintas negara.

Dozor-B mampu bertahan dari tembakan amunisi armor-piercing dari jarak 30 meter dan pecahan proyektil 150 mm, yang meledak dari jarak 50 meter. Lambung APC ini dilengkapi dengan Kevlar splinter-proof protection, untuk menjamin keselamatan personel di dalamnya.

Dozor-B mampu mencapai kecepatan 105 km per jam dan jangkauan operasinya (di jalan raya) sejauh 700 km. Dozor-B mampu melewati hambatan setinggi setengah meter dan dengan sudut gulungan (roll angle) maksimum 24 derajat.
APC Dozor-B

Dozor-B diawaki oleh tiga orang kru dan mampu mengangkut hingga delapan personel. Tahun lalu, Ukraina memesan 200 unit kendaraan angkut personel ini.

Untuk senjata, APC yang pertama kali dioperasikan Angkatan Darat Ukrainan pada tahun 2007 ini dibekali senapan mesin 12,7 (remot kontrol), kamera, kamera pencitraan termal dengan Laser range-finder dan senapan mesin NSBT-12.7.
Sumber :  http://www.artileri.org