Rabu, 20 Januari 2016

China Peroleh S-400 Rusia, Taiwan dalam Genggaman


Peluncur S-400
Pada November 2014 lalu, Rusia mengungkapkan bahwa mereka telah menjual enam batalyon sistem rudal pertahanan udara S-400 kepada China. Harga untuk setiap batalyon S-400 disebutkan senilai USD 500 juta yang juga termasuk pelatihan kru, suku cadang, dan rudal tambahan. Pengiriman batalyon S-400 pertama dijadwalkan pada tahun depan.
Satu batalyon S-400 yang dijual ke China terdiri dari delapan peluncur rudal, masing-masing dengan dua buah rudal, ditambah pusat komando dan radar, serta 16 rudal tambahan untuk isi ulang.

S-400 sebelumnya dikenal sebagai S-300PMU-3, kemudian berganti nama menjadi S-400 "Triumf" karena dinilai lebih dari sekedar upgrade dari sistem rudal S-300. NATO sendiri menyebutnya sebagai SA-21 Growler. Rusia pertama kali menyebarkan batalyon S-400 pada tahun 2010, di sekitar kota Moskow.

Menurut analis Barat, S-400 dengan kemampuan peperangan elektronik dan sistem radar yang baik telah memberikan ancaman serius bagi pesawat-pesawat tempur Barat. Dibandingkan dengan sistem rudal pertahanan udara Patriot Amerika Serikat, rudal S-400 secara fisik lebih besar dan memiliki jangkauan yang lebih jauh. Rudal S-400 berdimensi panjang 8,4 meter, diameter 50 cm dan berbobot 1.800 kg. Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 400 kilometer, dan dapat mencegat target di ketinggian 31.000 meter. Rudal ini membawa 145,5 kg hulu ledak, dengan target acquisition radar sejauh 700 kilometer. Usia pakai rudal S-400 dilaporkan selama 15 tahun sebelum akhirnya memerlukan perbaikan.

Jangkauan S-400 dua kali lipat dari jangkauan Patriot AS, dan diklaim mampu mendeteksi pesawat yang berfitur low-signature (sukar terdeteksi radar konvensional). Selain sebagai sistem rudal anti pesawat, S-400 juga memiliki kemampuan anti rudal, yakni untuk rudal balistik jarak pendek (3.500 kilometer) dengan kecepatan sekitar 5.000 meter per detik dari jarak 60 kilometer dari peluncur rudal S-400.  

Peluncur rudal S-400 mampu meluncurkan dua jenis rudal, satu rudal besar dengan jangkauan hingga 400 kilometer dan satu rudal yang berukuran lebih kecil dengan jangkauan 120 kilometer. Empat rudal kecil (rudal 9M96E2) dapat dimuat pada satu peluncur. Rudal yang besar sebenarnya juga terdiri dari dua jenis, satu rudal dengan jangkauan 250 kilometer (rudal 48N6) dan satu lagi yang berjangkauan 400 kilometer (rudal 40N6). Meskipun S-400 belum pernah dikerahkan dalam pertempuran yang sesungguhnya, berdasarkan rangkaian uji coba Rusia sebelumnya intelijen AS yakin bahwa S-400 adalah sistem rudal yang mumpuni. Di tahun 2015 ini, Rusia berencana untuk melengkapi tentaranya hingga 200 peluncur masing-masing dengan dua atau empat rudal.

Analis menilai, batalyon pertama S-400 China akan disebarkan di sepanjang pantai untuk mengatasi Taiwan. Satu batalyon S-400 sudah cukup mengkover seluruh ruang udara Taiwan, sehingga mampu melumpuhkan kekuatan udara Taiwan. Sedangkan batalyon S-400 berikutnya kemungkinan akan disebarkan China untuk mengatasi Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam.

Dalam skenario terjadi perang antara China dan Taiwan, setelah China meluncurkan rudal permukaan-ke-permukaan yang menghancurkan pangkalan udara dan landasan pacu Taiwan di awal terjadinya perang, S-400 akan menghancurkan pesawat-pesawat tempur Taiwan yang berhasil terbang lebih dulu. Diketahui, China telah menyebarkan 1.300 rudal jarak pendek yang ditujukan untuk Taiwan. Pangkalan-pangkalan udara Taiwan akan hancur oleh China ketika perang baru saja dimulai. Tentunya ini dalam skenario perang Taiwan secara tunggal, tidak dibantu oleh AS atau Jepang.

Meskipun begitu, menurut sumber resmi dari Departemen Pertahanan Taiwan yang dilansir media, bahwa meskipun S-400 mudah disebarkan (karena semua diangkut dengan truk) namun jika China tetap menempatkannya di lokasi statis seperti halnya penyebaran S-300 sebelumnya, maka akan membuatnya rentan terhadap serangan dan membuat sistem rudal tersebut tidak berguna.
China sebelumnya telah memiliki sistem rudal S-300 yang dibeli dari Rusia (juga diproduksi sendiri oleh China dengan nama berbeda) dan telah disebarkan untuk mengatasi Taiwan, namun S-300 tidak mampu mengkover seluruh ruang udara Taiwan seperti halnya S-400. Inilah salah satu alasan mengapa China sangat menginginkan S-400.

Wacana Rusia akan mengekspor  S-400 mencuat pada tahun 2011 lalu. China diketahui telah 'merayu' Rusia agar menjual S-400 sejak awal tahun 2012, namun Rusia belum bersedia menjual karena alasan ingin memenuhi kebutuhan tentaranya terlebih dahulu selain karena alasan kekhawatiran S-400 akan dikloning China seperti yang terjadi pada S-300 dan pesawat tempur Sukhoi.

Ada satu hal yang layak dijadikan perbincangan terkait pembelian S-400 oleh China ini. Rusia mengumumkan penjualan S-400 kepada China ini hanya selang beberapa hari sejak pejabat China memberikan dukungannya atas posisi Rusia atas Krimea dan Konflik di Ukraina. Adakah hubungan dari kedua peristiwa ini?

Referensi: Strategy Page, RIA Novosti, Defense News, FAS, Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar