Sabtu, 29 Desember 2012

Ekonomi Pukul 15.00 di 2013

Rhenald Kasali
Oleh : Rhenald Kasali
Guru Besar Fakultas Ekonomi UI


KALAU ditarik garis lurus statistik, mestinya pa­da 2013 Indonesia akan menjadi negara yang makin he­­bat, makin menarik secara eko­nomi. Dan sulit di­sang­kal bah­wa pada 2012 ini hi­dup eko­nomi kita sangat ba­gus. Na­mun, gap yang sema­kin be­sar antara si kaya dan si mis­kin, saya juga tak menyang­kal­nya.

Tapi, itu justru menjadi pe­luang untuk berbagi, bukan? Pe­­luang untuk menjadi pe­mim­pin besar, pejuang sosial, atau ekonom yang hebat masih ter­buka lebar. Tinggal Anda mau mengambil posisi atau tidak.

Bayangkan saja, Standard Chartered Bank berani mera­mal­kan, tiga tahun lagi, rata-rata pendapatan per orang Indonesia double dari pendapatannya pada 2012, yaitu menjadi USD 6.000!

Bahkan, diramalkan, tahun 2030, saat Tiongkok me­nyalip ekonomi Amerika, Indonesia (posisi ke-6 dunia) akan menyalip Jerman (posisi ke-7).

Tapi, bukankah hari telah petang? Pada pukul 15.00, kita di­beri kesempatan untuk ber­siap-siap menghadapi gelap.

Kesulitan Pertumbuhan

Saat ekonomi dunia dilan­da krisis, saya selalu menya­takan, “Selama bumi ini bulat, ma­ka matahari selalu mem­bagi sinarnya”.

Tidak seperti Thomas Fried­­man yang menyatakan “The world is flat”, saya bilang Co­lumbus sudah mem­buk­ti­kan bahwa bumi ini tetap bu­lat. Ya, sekalipun kita semua su­­dah terhubung, matahari te­tap adil. Di sana gelap, di sini te­rang. Kalau bumi sudah flat, sa­tu gelap semua gelap. Arti­nya, wajar kita takut kalau Eropa sudah dilanda krisis. Terbukti, ramalan Friedman tak bisa digeneralisasi. Bah­kan, ekonomi kita tidak sege­lap Eropa, tak tertular ke­su­sahannya.

Tapi, nanti dulu. Bumi terus berputar dan pada masa­nya gelap juga akan tiba di sini. Lan­tas, kalau menjadi gelap, bagaimana proses dan aki­batnya?

Sebenarnya, hukum eko­nomi itu persis hukum alam. Gelap itu tak terjadi tiba-tiba. Se­mua ada tahapnya, sehingga ma­nusia bisa mem­per­siap­kannya. Mungkin ta­hun 2010–2012 dapat diiba­ratkan kita be­rada pada siang pukul 12.00–15.00. Terik terasa me­micu keringat. Nah, saat itulah se­mua orang ingin datang ke sini, te­rutama mereka yang tak ta­han menghadapi kedinginan di benua Amerika dan Eropa. Bah­kan mereka dari negara-ne­gara subtropis seperti Je­pang, Korea, dan Tiongkok. Tengoklah bagaimana Toyota, Ya­maha, dan lain-lainnya me­mindahkan pabriknya ke sini. Bukan sekadar pabrik, tapi pabrik terbesarnya di dunia.

Tengok pula betapa aparte­men-apartemen mewah yang dibangun Podomoro Group dan lain-lainnya habis disewa orang-orang asing di Jakarta. Lihat juga Jakarta Great Sales pada 2011 yang beromzet Rp 8,7 triliun, pada 2012 menem­bus angka Rp 10 triliun.

Nah, masalahnya, kita se­ka­rang mulai mendekati pu­kul 15.00, sinar ma­taharinya mu­lai adem, mulai teduh, seb­­e­lum ak­hirnya beranjak menuju ge­lap. Namun, pada saat gelap pun, kita bisa meli­hat rumah-ru­­mah yang tetap terang ben­de­rang dengan anak-anak yang ber­main ceria, sementara ada ru­mah yang anyep, dingin, dan gel­ap. Temboknya tinggi, na­mun tak tampak ada kehi­dupan.

Ya, seperti itulah pereko­no­mian, sebelum gelap, mata­hari tampak memerah di la­ngit. Persis ramalan Standard Chartered Bank, Deutsche Bank, atau McKinsey Global Institute. Kalau sudah terang, ke depan akan terang terus. In­do­nesia diramalkan akan te­rus ber­kilauan. Padahal, utang pe­kerjaan kita masih ber­tum­puk, mu­lai sistem pen­didi­kan sam­pai pem­berantasan korupsi, mulai infrastruktur sampai reformasi birokrasi.

Seperti apakah kesulitan-kesulitan yang akan dialami? Pertama, ekonomi pukul 15.00 akan ditandai oleh kesulitan-kesulitan mempertahankan “the best ta lent. Terjadi talent war dan orang-orang ba­gus sulit didapat, apalagi di­per­­tahankan. Akibatnya, re­krut­­men tidak bisa dilaku­kan se­tahun sekali, melain­kan se­bulan sekali. Kedua, terjadi lonjakan permintaan terhadap apa saja, khususnya energi dan bahan mentah. Bahkan, demand sudah melebihi supply.

Ketiga, kompetisi akan semakin intens, yang berakibat Anda sulit mempertahankan business legacy. Keempat, data-data internal akan cepat bocor, diperdagangkan orang-orang dalam secara ilegal, karena ada pembelinya. Kalau dulu datadata itu terbatas pada cus­tomers based, sekarang ma­suk hingga em ployee-based (data karyawan), ke­uangan, hingga teknologi.

Kelima, lonjakan struktur biaya yang tidak diimbangi ke­sigapan eksekutif menata ulang cara berbelanjanya. Ine­fisiensi terjadi tanpa disadari dan terdapat keengganan un­tuk memeranginya karena  kenyamanan tak terkira ada di dalamnya.

Keenam, generation gap akan membuat banyak peru­sa­haan dan badan-badan pe­merintah sulit me­ningkatkan pelayanan, mem­pertahankan kaum muda, dan memperbaiki budaya korporat lembaganya.

Ketujuh, akan marak ter­jadi pengambilalihan usa­ha-usa­ha menengah yang tidak di­kelola dengan baik oleh pe­ngu­saha-pengusaha dari ne­ga­r­a-negara tetangga m­e­nyu­sul pasar bersama ASEAN 2015. Hostile take over akan menjadi s­a­ngat biasa, namun anak-anak muda akan terus mem­ba­ngun usaha-usaha baru.

Dengan tujuh poin ter­sebut, saya kira jelas kita se­mua harus berbenah. Pem­be­nahan yang saya pikir­kan bu­kanlah sekadar sebuah reno­vasi, melainkan agak revo­lusi. Ya, dimulai dengan paradigma atau cara berpikir yang benar-benar baru, yaitu ekonomi pukul 15.00 yang sebentar lagi memasuki masa gelap. Pada jam-jam peralihan itu, kata orang-orang tua, hantu-hantu jahat akan keluar dan mata kita agak rabun di senja hari.

Selamat berlibur, sekarang bersenang-senang saja dulu, nanti kita pikirkan lagi bagai­mana mengatasinya. Salam. (*)


http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2807

Tidak ada komentar:

Posting Komentar