Kamis, 26 Juni 2014

Kaliber Besar Belum Tentu Lebih Baik

Mubariz 12,7 mm
Industri senjata Azerbaijan baru-baru ini memperkenalkan versi senapan sniper kaliber 12,7 mm terbaru disamping versi senapan sniper anti-materi Istiglal 14,5mm. Namanya Mubariz 12,7 mm, senapan dengan berat 15 kilogram dengan lima putaran magazin ini jauh lebih ringan ketimbang Istiglal. Istiglal sendiri memiliki berat 33,8 kilogram dan menggunakan kaliber 14,5/114 mm sedangkan Mubariz menggunakan kaliber 12,7/108 mm. Ada juga versi terbaru dari Istiglal yang berbobot 28 kg dan kedua versi Istiglal memiliki jangkauan efektif 3.000 meter.

Industri senjata Azerbaijan selama ini telah memproduksi berbagai macam senjata infanteri, termasuk mortir, truk lapis baja dan berbagai komponen lain untuk militer. Industri senjata Azerbaijan juga mengeskpor senapan sniper kaliber besar untuk Turki dan Pakistan. Turki sendiri dikabarkan akan membeli lisensi untuk produksi senapan sniper Mubariz.

Ini bukan soal menggambarkan kemajuan industri senjata yang dicapai Azerbaijan, namun soal kalibernya. Karena di saat yang sama, pangsa pasar senapan sniper 12,7 mm telah direbut oleh kaliber 8,6 mm. Ini (8,6 mm) terbukti cukup akurat pada jarak yang jauh.
Lapua Magnum 8,6 mm
Sebagai contoh, empat tahun lalu, seorang penembak jitu Inggris, Kopral Craig Harrison, mencatatkan rekor terbaru ketika menembak dua pejuang Taliban di Afghanistan dari jarak 2.620 meter. Harrison melakukannya dengan senapan L115A3 yang menembakkan amunisi Lapua Magnum 8,6 mm. Lapua Magnum 8,6 mm sendiri adalah peluru rimless dengan bentuk bootleneck yang mampu melumpuhkan sasaran dan juga mempunyai kemampuan anti material. Rekor sebelumnya dipegang oleh seorang tentara Kanada (Kopral Rob Furlong) yang menembak pria bersenjata Al-Qaeda di jarak 2.573 meter pada tahun 2002, juga di Afghanistan. Furlong menggunakan senapan kaliber 12,7 mm. Senapan seperti itu cocok untuk jarak 2.000 meter atau lebih, namun beratnya biasanya dua kali lipat dari senapan 8,6 mm.

Lima tahun lalu, Angkatan Darat Inggris mulai memodifikasi sebagian dari 3.000 senapan sniper L96A1 7,62 mm untuk dipakaikan Lapua Magnum 8,6 mm. Akhirnya muncul Accuracy International Super Magnum (L115A1) yang pada dasarnya adalah senapan Arctic Warfare (L96A1) yang dimodifikasi untuk menggunakan amunisi Lapua Magnum 8,6 mm yang lebih besar. Senapan baru (L115A1) beratnya 6,8 kg (tanpa scope), panjang 1,27 meter, panjang laras 685 mm dengan lima putaran magazin.

Penembak-penembak jitu di Irak, dan terutama di Afghanistan, telah menggunakan berbagai kaliber, dan menemukan bahwa senapan 12,7 mm terlau berat. Lapua Magnum 8,6 mm memiliki jangkauan efektif sekitar 1.500 meter, atau 50 persen lebih jauh dari 7,62 mm standar NATO. Dengan rentangnya yang jauh, jika cuaca dan angin bersahabat, maka jarak efektif bisa lebih jauh lagi.

Kaliber 8,6 mm mulai digunakan pada awal 1990-an, dan menjadi semakin populer digunakan oleh polisi dan penembak jitu militer. Penembak jitu Belanda juga telah menggunakan jenis ini di Afghanistan dengan banyak keberhasilan. Menyadari popularitas kaliber 8,6 mm, Barret, pelopor senapan sniper 12,7 mm, akhirnya juga meluncurkan senapan sniper 7 kg untuk dengan amunisi 8,6 mm tersebut. 
Senapan anti material M99 China

Bigger is no longer better, namun China telah sukses dengan senapan sniper 12,7 mm nya, mengekspornya ke berbagai negara serta berbagai gerakan-gerakan perlawanan. Beberapa produsen senjata China juga mengekspor ke siapa saja yang mampu membayar.
SPR PT Pindad sendiri terdiri dari dua versi kaliber, yaitu 7,62 mm dan 12,7 mm (SPR1 7,62mm dan SPR2 dan SPR3 12,7mm). Ketiganya adalah senapan sniper anti material yang bisa menembus lapisan baja dengan ketebalan dan di jarak tertentu. Untuk baja setebal 3 cm dapat ditembus dari jarak 900 meter.
http://www.artileri.org/2013/05/kaliber-besar-belum-tentu-lebih-baik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar