Distrik militer selatan Rusia telah melangkah lebih dekat untuk
mengadopsi sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumph baru. Sukses uji
coba penembakan sistem pertahanan udara ini terhadap target beberapa
waktu lalu, lebih dekat membawa S-400 Triumph untuk segera ditempatkan
di gugus tempur, menggantikan sistem rudal pertahahan udara sebelumnya
S-300 PM, seperti yang dilaporkan media distrik setempat.
Distrik militer selatan dibentuk pada bulan Oktober 2010. Distrik ini
terdiri dari republik Adygea, Dagestan, Ingushetia, KArbino-Balkaria,
Kalmykia, Karachay-Cherkessia, Ossetia Utara, Checnya, Krasnodar,
Stavropol, Astrakhan, Volgograd dan wilayah Rostov.
S-400 Triumph adalah sistem pertahanan udara jarak menengah dan jauh
yang secara efektif dapat melumpuhkan setiap sasaran udara, termasuk
pesawat, kendaraan udara tak berawak (UAV), rudal jelajah dan balistik
di jarak hingga 250 mil (400 km) dan dengan ketinggian hingga 18,6 mil
(250 km).
Rusia sudah memiliki empat resimen S-400 yang melindungi wilayah udara
nasional di sekitar ibukota Moskow, di Timur Jauh dan di Kaliningrad.
Pada tahun 2020, Rusia berencana untuk memiliki 28 resimen S-400, yang
masing-masing terdiri dari dua batalyon yang utamanya akan diposisikan
di daerah maritim dan perbatasan.
Berikut infographic yang menggambarkan karakteristik dan spesifikasi dari sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumph. (Klik pada gambar)
Rudal BrahMos didesain berdasarkan rudal Yakhont. Foto: Anurag/wikimedia
Rudal jelajah supersonik BrahMos segera akan menjadi "super roket," yang
mana secara signifikan akan meningkatkan kapabilitas pertahanan taktis
India. Namun, tes peluncuran rudal hipersonik BrahMos II varian udara,
yang seharusnya selesai pada 2012, mengalami penundaan. Tanggal yang
realistis untuk menyelesaikan tes ini kini diyakini pada 2015.
Sumber di Kementerian Pertahanan India mengatakan bahwa India telah
menambah kedahsyatan rudal BrahMos dengan cara "mengawinkannya" dengan
sistem navigasi satelit Rusia. "Perkawinan" dari sistem navigasi BrahMos
dengan rudal jelajah strategis jarak jauh Kh-555 dan Kh-101 Rusia telah menjadikan BrahMos sebagai super roket. -Kata roket disini digunakan dalam konteks senjata, bukan roket ruang angkasa-.
Rudal BrahMos yang baru ini harus menjalani tes dan uji lapangan
terlebih dahulu sebelum dioperasikan oleh Angkatan Bersenjata India.
Namun dikatakan hal ini tidak akan memakan waktu lama.
Versi upgrade dari BrahMos akan dilengkapi dengan kemampuan
sub-strategis dan akan meningkatkan jangkauan taktisnya juga. Versi
BrahMos baru ini juga akan mampu membawa hulu ledak nuklir dan dapat
diluncurkan dari laut, darat dan udara, seperti halnya versi BrahMos
sebelumnya. Jangkauan hit rudal ini nantinya akan berkisar antara 180-300 mil (300-500km) atau bahkan lebih.
Versi BrahMos yang diluncurkan dari udara akan dilakukan oleh pesawat
tempur Sukhoi Su-30 MKI. Angkatan Udara India di set untuk menjadi
kekuatan yang dahsyat pada tahun 2020 ketika saatnya India telah
melengkapi armada tempur udaranya dengan 200 pesawat tempur Sukhoi
canggih dan dilengkapi dengan versi baru dari rudal BrahMos ini. Akan
menjadi sebuah kombinasi super roket mematikan dan menjadikan Sukhoi
India sebagai pesawat pembom strategis.
Fitur penting lain dari upgrade rudal BrahMos adalah ditambahkannya teknologi GPS-GLONASS. Ini merupakan kebutuhan strategis yang penting bagi India.
Rudal BrahMos secara bersama-sama dikembangkan oleh India dan Rusia.
Nama rudal ini diambil dari gabungan dua nama sungai besar di India dan
Rusia yaitu sungai Brahmaputra di India dan sungai Moskva di Rusia.
Rudal ini mampu terbang dengan kecepatan yang sangat tinggi di level tree-top yang menambah keunggulan taktisnya.
BrahMos merupakan rudal dua-tahap dengan mesin pendorong propelan padat
sebagai tahap pertama yang membawanya ke kecepatan supersonik dan
kemudian akan dipisahkan. Diketahui, BrahMos adalah rudal jelajah
supersonik pertama digunakan kapal perang India INS Rajput sejak tahun
2005. Prinsip rudal ini "fire and forget," mengadopsi varietas
penerbangan dalam perjalanan ke target. Kekuatan destruktif rudal ini
tinggi, sebagai dampak dari energi kinetiknya yang besar. Ketinggian
jelajah rudal BrahMos bisa mencapai 15 km (9,3 mil) dan ketinggian
terminal serendah 10 meter.
BrahMos dinyatakan 3,5 kali lebih cepat dari rudal jelajah subsonik
Harpoon milik AS dan 3 kali lebih cepat dibandingkan rudal subsonik
Tomahawk AS
Dibandingkan dengan rudal jelajah supersonik yang ada saat ini, BrahMos
memiliki kecepatan tiga kali lebih tinggi, jangkauan 2,5 sampai 3 kali, seeker range
3 sampai 4 kali lebih banyak dan 9 kali lebih besar energi kinetiknya.
Rudal ini memiliki konfigurasi identik untuk platform darat, laut dan
sub-laut dan menggunakan Transport Launch Canister (TLC) untuk
transportasi, penyimpanan dan peluncuran. Rudal ini universal untuk
berbagai paltform dengan akurasi tinggi dan dampak kinetik yang besar.
Sejauh ini India telah menyebarkan rudal BrahMos di sektor barat untuk
menghadapi Pakistan. Karena rudal ini dipasang pada peluncur mobile
(bergerak), maka dengan mudah dapat diangkut dan dipindahkan kemana saja
di India dalam waktu yang singkat. Dalam waktu dekat, Angkatan Darat
India juga berencana untuk menyebarkan BrahMos untuk menghadapi China.
India telah memulai kesiapannya untuk menghadapi seandainya ada perang
besar di Arunachal Pradesh di sektor timur laut dengan nama sandi
"Pralaya" pada 29 Februari 2012 lalu.
BrahMos adalah rudal siluman jelajah supersonik yang dapat diluncurkan
dari kapal selam, kapal permukaan, pesawat dan darat. BrahMos dinyatakan
3,5 kali lebih cepat dari rudal jelajah subsonik Harpoon milik AS dan 3
kali lebih cepat dibandingkan rudal subsonik Tomahawk AS. India juga
merencanakan sebuah varian BrahMos yang diluncurkan di udara yang
diharapkan selesai pada tahun 2012 dan akan membuat India satu-satunya
negara dengan rudal supersonik di semua kekuatan pertahanan. Namun,
seperti yang dikatakan diatas, batas waktu 2012 tidak mungkin terpenuhi.
Versi hipersonik dari BrahMos saat ini juga tengah dikembangkan dengan kecepatan Mach 7
untuk memangkas lama waktu menghantam target dan diharapkan juga akan
siap pada tahun 2016. Brahmos memiliki kemampuan untuk menyerang target
di permukaan dengan terbang serendah 10 meter.
Versi BrahMos untuk Angkatan Darat dan Angkatan Laut memiliki berat tiga
ton atau lebih. Rudal ini juga tersedia untuk ekspor bagi siapa saja
yang tertarik dengan biaya masing-masing sekitar US$2-3 juta. Biaya ini
tergantung dari versi yang diinginkan.
BrahMos dikembangkan oleh perusahaan patungan antara Defence Research
and Development Organisation (DRDO) dari India dan Federal State Unitary
Enterprise NPO Mashinostroyenia (NPOM) dari Rusia di bawah bendera
BrahMos Aerospace.
Berikut infographic karakteristik dan spesifikasi rudal BrahMos. (klik pada gambar)
Uji coba roket R Han 122 di Baturaja, Sumatera Selatan, Maret 2012. Foto: Kemhan
Untuk memperkuat alutsita dan pertahanan negara, Indonesia akan meningkatkan
kemampuan produksi roketnya sendiri. Pada tahun 2013 nanti, Indonesia akan
meluncurkan roket dengan jangkauan 100 km hingga 900 km. Demikian yang disampaikan Asisten Deputi Menristek
Bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis, Goenawan Wybiesana, dalam
Evaluasi Akhir Tahun di Jakarta, Kamis, 27 Desember 2012.
"Tahun depan kita akan mulai menguji statis maupun uji dinamis roket
berdaya jangkau tiga digit (3 digit dalam ukuran kilometer -
Artileri)," kata Goenawan.
Menurut Goenawan, untuk tahap awal lebih dulu dikembangkan 10-20 unit
roket
balistik kaliber 350 mm yang memiliki jangkauan 100 km. Selanjutnya akan
dibuat roket balistik kaliber berikutnya (lebih besar), disusul roket
kendali.
"Teknologi roket dibangun dari empat kemampuan yakni teknologi material,
teknologi sistem kontrol, teknologi eksplosif dan propulsi serta
teknologi mekatronik yang seluruhnya sudah dikuasai," ujar Goenawan.
Soal pendanaan proyek pengembangan roket tersebut, Kemristek yang
merupakan bagian dari konsorsium roket akan menggelontorkan dana sebesar
Rp10 miliar - Rp 15 miliar pada tahun depan. Selain Kemristek sendiri,
anggota-anggota konsorsium roket adalah PT Pindad, PT DI, Lapan, PT
Dahana, BPPT, LIPI, ITB, UGM, ITS, dan lainnya.
Sejak tahun 2005, Indonesia telah memulai Program Roket Nasional dengan mensinergikan
berbagai lembaga terkait, dilanjutkan pembuatan desain awal dan uji
prototipe serta pengembangan desain pada 2010.
Goenawan menjelaskan, pada 2011 konsorsium roket ini telah meluncurkan freeze
prototype 1 (prototipe jadi) yang dibeli Kemhan lalu dinamai R Han
122 (Roket Pertahanan) untuk diproduksi secara massal melalui program
1.000
roket yang ditargetkan tercapai pada 2014.
Roket R Han 122 merupakan derivasi roket eksperimen rancangan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), D230 tipe Rx 1210. R Han 122
awalnya berkaliber 122 mm dengan jangkauan 15 km, namun pada
tahun yang sama (2011), jangkauannya ditingkatkan menjadi menjadi 25 km
dan pada 2012 kaliber R Han ditingkatkan menjadi 200 mm dengan dengan
jangkauan 35 km. Saat di uji coba di Baturaja, Sumatera Selatan pada
Maret lalu dengan menembakkan 50 roket R-Han, rata-rata kecepatannya di
kisaran 1,8 mach atau 2.205 km/jam.
Lapan telah sejak lama menguasai teknologi roket untuk kepentingan riset
peluncuran satelit, bahkan sebelum diluncurkannya Program Roket
Nasional untuk kepentingan pertahanan negara pada 2005. Saat ini
teknologi roket hanya dikuasai negara tertentu. Untuk kawasan Asia
negara yang terbilang maju dalam teknologi ini antara lain China, India, Korea Selatan, dan Korea Utara.
Pada tahun 2014, Rusia akan memproduksi dua rudal hipersonik, 77N6-N dan
77N6-N1. Rudal ini untuk melengkapi sistem rudal pertahanan udaranya,
S-400 Triumph dan S-500 Prometheus. Departemen Pertahanan Rusia telah
secara resmi menyatakan bahwa "dengan rudal-rudal baru tersebut, sistem
rudal permukaan-ke-udara akan mampu menembak jatuh setiap sasaran
terbang pada kecepatan hingga 7 km per detik, termasuk menghancurkan
hulu ledak nuklir dan rudal balistik." Namun, sistem pertahanan rudal
S-500 belum siap sepenuhnya, sedangkan pendahulunya S-400 saat hanya
bisa meluncurkan rudal-rudal yang sudah ada, antara lain 48N6 dan 9M96.
Model 77N6-N dan 77N6-N1 akan menjadi rudal Rusia pertama dengan hulu ledak inert
(tanpa reaksi/tenaga), yang dapat menghancurkan hulu ledak nuklir
dengan kekuatan dampak (benturan/tumbukkannya), yaitu dengan memukul
target dengan presisi di kecepatan tinggi. Tidak ada bahan peledak yang
diperlukan untuk rudal ini. Perkiraan para insinyur menunjukkan bahwa
tabrakan pada kecepatan 7km/detik dipastikan akan menghancurkan hampir
semua objek terbang.
Rudal baru ini sangat penting untuk perkembangan lebih lanjut dari
perisai anti-rudal di langit Rusia, karena sistem pertahanan rudal
permukaan-ke-udara baru Rusia yaitu S-500 sudah masuk layanan namun
belum dilengkapi rudal. Saat ini hanya S-400 yang dilengkapi dengan
rudal, namun bukan rudal baru, masih menggunakan rudal yang sama yang
digunakan pendahulunya S-300. Jangkauan S-300 sekitar 200 km, sedangkan
S-400 dirancang untuk mencegat target pada jarak 400 km.
S-400 Triumph
Belum ada rudal baru yang lebih maju untuk melengkapi Angkatan Udara
Rusia dan Angkatan Pertahanan Aerospace selain sistem S-400. Sejak tahun
2007, hanya tujuh divisi yang telah dipasok dengan sistem ini, dan 49
divisi lainnya masih menunggu, ini sesuai dengan data resmi Rusia
perihal kurangnya rudal untuk ini.
Keadaan semakin buruk setelah produksi S-300 resmi dihentikan
sepenuhnya. "S-300 yang terakhir diproduksi untuk Angkatan Darat Rusia
pada tahun 1994," kata Igor Ashurbeili, co-chairman dewan pakar
non-departemen pada pertahanan kedirgantaraan dan mantan kepala desainer
di perusahaan pertahanan Rusia Almaz-Antey. "Sejak itu, Rusia hanya
membuat sistem ini untuk diekspor, namun sekarang ekspor untuk S-300
juga telah dihentikan."
Moskow memang telah menolak kontrak dengan Iran pada tahun 2010 lalu,
menyebabkan kehilangan pendapatan sekitar US$800 juta. "Salah satu
masalah yang dihadapi oleh industri pertahanan Rusia adalah bahwa
pesanan untuk S-300 sudah terhenti, namun belum merencanakan ekspor
untuk S-400," kata Ashurbeili.
Desain dari S-400 juga belum sepenuhnya optimal. Sistem ini harus
sepenuhnya kompatibel dengan rudal jarak pendek, menengah dan jauh. Saat
ini S-400 hanya optimal untuk rudal jarak pendek yang dimaksudkan untuk
memukul target di kisaran 150 km, soal ini tidak kendala. Rudal jarak
menengah juga masih "mentah" dan desainnya juga masih harus
ditingkatkan.
Rudal jarak jauh untuk sistem ini belum ada, meski rudal seperti ini
akan menjadi penghalang serius bagi kendaraan musuh potensial, seperti
Airborne Warning and Control Systems (AWACS). Tanpa rudal seperti ini,
S-400 tidak bisa memenuhi tujuannya yaitu untuk mencegah target pada
jarak jauh.
Radar-radar pertahanan udara Rusia
Adapun sistem masa depan S-500 Prometheus, "Itu adalah S-400, namun
dengan rudal jarak jauh," kata Aleksandr Khramchikhin, wakil direktur
dari Institut Analis Politik dan Militer Rusia. "S-500 baru akan
sempurna pada 2020, tidak lebih awal," katanya. Saat ini, dan untuk 10
tahun kedepan, kemungkinan kemampuan Rusia untuk menghadapi serangan
besar dari NATO masih rendah, dibutuhkan waktu lama untuk mengisi ulang
amunisi S-300, sehingga dalam kasus terbaik Rusia hanya bisa mematahkan
serangan gelombang pertama, yaitu sekitar 100 hingga 200 target yang
bisa dilumpuhkan.
Ahli militer Vladislav Shurygin sependapat dengan Khramchikhin: "Untuk
saat ini, S-500 masih merupakan mimpi, dan tidak ada yang tahu apakah
nantinya akan terwujud atau tidak." Meskipun S-300 sudah harus diganti,
namun belum ada pengganti yang cukup untuk mereka. "Inilah sebabnya
mengapa Almaz-Antey dihadapkan dengan beberapa tugas yang sangat
penting, menangani pengembangan sistem ini bukan hanya menentukan masa
depan dari sistem pertahanan anti-rudal, namun juga menentukan nasib
negara Rusia secara keseluruhan," Shurygin meyakinkan. Perusahaan ini
masih mampu untuk memproduksi produk berkualitas tinggi, namun masih
perlu untuk memodernisasi teknologi dan memperbaharui fasilitas produksi
dengan cepat.
Dengan kata lain, produksi modern untuk sistem pertahanan rudal adalah
tugas komperehensif yang memerlukan inovasi teknologi besar dan
modernisasi fasilitas produksi yang ada.
Dua jenis rudal strategis baru yang dikembangkan oleh Rusia, sepertinya
menjadi respon terhadap penyebaran sistem pertahanan rudal AS di Eropa.
Rudal Rusia ini adalah rudal balistik antar-benua (ICBM -
intercontinental ballistic missile) yang berbahan bakar cair berat
dengan bobot 100 ton. Rudal baru Rusia ini sepertinya lebih kuat dari rudal paling kuat di dunia
saat ini yaitu RS-20B Voyevoda (kode nama NATO Satan). Rudal jenis
kedua adalah ICBM yang berbahan bakar padat, yang dikembangkan untuk
menggantikan generasi kelima rudal Yars dan Topol-M.
Berita ini diturunkan pada hari Jum'at, 15 Desember 2012, oleh Komandan
Pasukan Rudal Strategis Rusia, Jenderal Sergei Karakayev.
Karena potensi ICBM yang berbahan bakar padat mungkin tidak cukup
efektif untuk mengatasi sistem pertahanan rudal AS, ICBM yang berbahan
cair berat akan mampu mengatasi sistem ini. Sebagaimana ICBM yang
seharusnya diciptakan untuk mempunyai presisi yang tinggi dan daya ledak
yang dahsyat dengan jangkauan global, seperti yang dikutip ITAR-TASS
dari sang Komandan.
Karakayev mengutuk Washington yang anti-Rusia dalam kegiatan di bidang
pertahanan rudal. Dia juga mengatakan bahwa di beberapa waktu ke depan
akan ada kompleks pertahanan rudal yang dikerahkan dari benua Eropa yang
akan mampu mencegat rudal balistik antarbenua. "Kami diberitahu bahwa
ini sedang dilakukan terhadap ancaman rudal dari Iran. Namun dunia semua tahu, hanya Rusia memiliki rudal seperti ini," kata Karakayev.
Adapun ICBM baru berbahan bakar padat, ini adalah pertama kalinya Rusia
mengumumkan penciptaannya. Menurut Jenderal Karakayev, tahun ini pasukan
rudal strategis telah melakukan peluncuran beberapa prototipe
(pra-produksi) dari rudal jenis ini. Peluncuran terakhir dilakukan pada
tanggal 24 Oktober. Rudal ini diluncurkan dari wilayah darat Kapustin
Yar (wilayah uji coba rudal Rusia) dari sebuah peluncur bergerak
(mobile).
Karakayev menolak mengomentari hasil sementara dari uji coba rudal,
setelah ia menyebutkan alasannya. Namun dari hasil peluncuran, dia
mencatat bahwa rudal baru ini sudah sesuai dengan apa yang Rusia
harapkan.
Tahun depan, Pasukan Rudal Strategis Rusia berencana untuk meluncurkan
11 rudal balistik antar-benua, Sergei karakayev mengatakan ini kepada
wartawan saat peringatan hari Pasukan Rudal yang dirayakan Rusia setiap
tanggal 17 Desember. Tahun ini, kata dia, ada lima peluncuran yang
dilakukan. Tiga peluncuran dilakukan sesuai dengan instruksi untuk
menguji sistem rudal baru yang sedang dikembangkan, satu peluncuran
dilakukan melalui program gabungan, dan satu peluncuran lagi dilakukan
untuk memperpanjang masa pakai rudal.
Pada akhir Desember, lanjut Karakayev, Pasukan Rudal Strategis Rusia akan memiliki 96 peluncur rudal baru untuk Topol-M dan Yars. Dengan demikian, dalam beberapa tahun terakhir, pangsa senjata state-of-the-art dalam Pasukan Rudal Strategis mendekati 30%, pejabat itu menyimpulkan.
Sergei Karakayev juga mengatakan bahwa meskipun masa garansi dari rudal
RS-20 Voyevoda (Satan) sudah melampaui 1,5 kali, namun tetap dijaga
eksistensinya dalam pelayanan sampai tahun 2022. Sebelumnya sang
jenderal mengatakan pernyataan yang berbeda mengenai tenggat waktu rudal
ini berada dalam layanan, yaitu antara tahun 2018 hingga 2026.
Rusia akan terus memperbarui persenjataan pasukan rudalnya. Selain itu,
pada tahun 2020, Pasukan Rudal Strategis akan sepenuhnya beralih ke
teknologi digital untuk transmisi informasi, kata komandan Pasukan Rudal
Strategis Rusia itu.
Komando Pasukan Strategis Angkatan Darat (ASFC) Pakistan telah berhasil
menguji coba rudal balistik jarak menengah produksi dalam negeri Hatf-V
(Ghauri) pada akhir November lalu. Tes penembakan dilakukan di sebuah
lokasi yang dirahasiakan Komando Rudal Strategis, yang uji coba ini
ditujukan untuk mengecek kesiapan dari rudal balistik tersebut.
Dipantau oleh National Command Centre (NCC), dengan keberhasilan ini
berarti menunjukkan semakin kuatnya kemampuan dan keamanan nasional
Pakistan. Sebuah sistem persenjataan canggih dengan akurasi yang tinggi
telah ditunjukkan oleh personel ASFC pada saat peluncuran.
Dikembangkan oleh Khan Research Laboratories (KRL) di bawah penelitian
Program Pembangunan dan Penelitian Rudal Pakistan, Hatf-V adalah rudal
balistik yang menggunakan bahan bakar cair, yang mampu membawa hulu
ledak konvensional dan nuklir hingga 700 kg dengan jangkauan 1.300 km.
Diklaim sebagai kloning dari rudal Korea Utara Rodong-1, Ghauri telah
diproduksi dalam dua varian, Ghauri-I dan Ghauri-II, yang memiliki
jangkauan maksimum 2.000 km. Pakistan saat ini memiliki 30 sampai 70
hulu ledak nuklir, serta rudal balistik jarak pendek dan menengah.
Topol-M (kode nama NATO:SS-27) adalah rudal balistik antarbenua
(ICBM - intercontinental ballistic missile) yang saat ini berada dalam
layanan pasukan Roket Strategis Rusia (RVSN). Topol-M dikembangkan oleh
Institut Teknologi Termal Moskow (MITT) dan merupakan versi upgrade dari
rudal Topol RS-12M.
Topol-M adalah ICBM pertama kali yang dikembangkan oleh Rusia setelah
pecahnya Uni Soviet. Rudal ini diluncurkan dari silo bawah tanah -Silo=bangunan bawah tanah tempat peluru kendali-.
Sekitar 52 rudal Topol-M peluncuran silo (silo-based) dan 18 Topol-M
bergerak (mobile) sudah melengkapi Angkatan Darat Rusia per Januari
2011. Sebanyak 450-500 rudal diharapkan akan dikerahkan antara 2015 dan
2020.
Pengembangan Topol-M
Pengembangan Topol-M digagas oleh MITT dan Biro Desain Yuzhnoye pada
akhir tahun 1980-an. Namun, Yuzhnoye yang merupakan perusahaan Ukraina,
menarik diri dari program, dan semua dokumentasi diambil oleh MITT pada
tahun 1992, menyusul pembubaran Uni Soviet.
Pengembangan Topol-M dikonsolidasikan dan telah disetujui oleh
pemerintah Rusia pada tahun 1993. Konsorsium dipimpin oleh produsen MITT
dengan melibatkan sekitar 500 perusahaan Rusia. Perakitan akhir dibuat
di Pabrik Mekanik Votkinsk.
Topol pertama diuji coba pada bulan Desember 1994. Resimen silo-based
pertama dinyatakan operasional pada tahun 1998. Sistem rudal antarbenua
ini secara resmi diterima ke dalam layanan pada bulan April 2000.
Tes pertama dari Topol-M peluncur mobile dilakukan pada bulan April
2004. Versi pertama dari Topol jenis ini diserahterimakan kepada
Federasi Rusia pada tahun 1995.
Tiga unit Topol-M pertama peluncuran mobile memasuki layanan dengan unit
rudal Rusia dan ditempatkan dekat kota Teykovo pada bulan Desember
2006. RS-24, varian multiwarhead dari rudal Topol-M, pertama kali diuji
tembak dari situs peluncuran Utara pada Mei 2007. Sebuah varian rudal
Topol yang mampu membawa beberapa hulu ledak independen.
Fitur ICBM Topol-M
Topol-M adalah ICBM solid-propelan tiga tahap. Membawa hulu ledak nuklir
tunggal di bawah perjanjian pengawasan senjata AS-Rusia. Di desain
dapat membawa hulu ledak MIRV. Kisaran jangkauan Topol-M adalah 11.000 km dengan kecepatan 17.400 km/jam.
Rudal ini diluncurkan dengan menggunakan booster khusus yang disebut PAD
yang merupakan tahap pertama untuk menembak ke udara dengan mendorong
rudal keluar dari wadah penyimpanan (kontainer). Motor ini dikembangkan
oleh Soyuz Federal Centre for Dual-Use Technologies.
Topol-M dibimbing oleh sistem navigasi otonom digital inersia
menggunakan receiver GLONASS onboard. Waktu pembakaran mesin diperpendek
untuk menghindari deteksi selama fase dorongan oleh satelit surveilans
peluncuran rudal di masa sekarang dan masa depan.
Topol-M dapat melakukan manuver untuk mengelak dari tembakan rudal
pencegat (sistem rudal pertahanan udara). Lintasan balistik Topol-M yang
datar menjadikan rudal anti-balistik (ABM) sulit mengintersepnya.
Rudal antarbenua ini juga terlindung dari radiasi, electromagnetic pulse
(EMP) dan ledakan nuklir, dan mampu menahan tembakan dari
senjata/teknologi laser.
Platform Peluncuran Topol-M
Terdapat sekitar sepuluh silo-based yang terisolasi di Rusia untuk
meluncurkan rudal ini. Silo bawah tanah ini awalnya dikembangkan untuk
rudal R-36M dan UR-100N. Elemen-elemen pada silo yang berharga mahal
tetap digunakan seperti protective covers dan sistem kontrol
dengan sedikit perubahan. Dari silo-based, Topol-M tetap memakai kontrol
peluncuran dan sistem komunikasi yang sudah ada (untuk R-36M dan
UR-100N).
Situs peluncuran bawah tanah ini terdiri dari bunker kontrol dan
komando, keamanan, power supply dan sistem deteksi ledakan nuklir.
Komplek peluncuran ini didesain dapat menahan serangan tinggi
senjata-senjata konvensional.
Rudal Topol-M versi peluncuran mobile ditembakkan dari sebuah tabung
peluncur transporter erektor (TEL) yang dipasang pada truk besar
MZKT-79921, sebuah truk delapan poros yang dimodifikasi. TEL ini
dikembangkan oleh Biro Desain Pusat Titan dan diproduksi di pabrik
Barrikady.
Topol-M mobile dapat diluncurkan setiap saat, bahkan pada saat melalui medan yang buruk. Chassis-nya dengan jack untuk peluncuran. Dilengkapi Gas Onboard dan sistem hidrolik untuk tetap mempertahankan ketinggian kontainer peluncuran.
Pemerintah India menyetujui kesepakatan untuk membeli 200 rudal jelajah supersonik BrahMos
(buatan Rusia-India) sebuah varian rudal peluncuran dari udara dan
10.000 rudal anti-tank Invar buatan Rusia dengan total biaya AS $ 1,5
miliar. Komite Kabinet India yang membidangi masalah kemanan menyetujui
permintaan dari Angkatan Udara India untuk membeli rudal yang nantinya
akan dilengkapkan pada Sukhoi Su-30MKI. Rudal BrahMos ini telah melewati
uji coba peluncuran melalui udara pada Desember tahun lalu.
Sejumlah 10.000 rudal anti-tank Invar untuk tank T-90 India diperoleh
dari produsen pertahanan Rusia, namun kedepannya 15.000 rudal Invar akan
diproduksi sendiri oleh India di bawah lisensi Rusia. Rudal Invar,
senjata yang dipandu dengan laser ditembakkan dari laras tank T-90, didasarkan pada rudal 9M119M Rusia (kode NATO AT-11 Sniper).
MIM-14 Patriot adalah sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) yang
digunakan oleh Angkatan Darat AS dan beberapa negara sekutunya. Patriot
diproduksi oleh Raytheon Company dari Amerika Serikat, dan namanya
diambil dari nama komponen Radar dari sistem rudal ini. AN/MPQ-53 yang
merupakan jantung dari sistem rudal ini dikenal sebagai "Phased Array
Tracking Radar to Intercept On Target" atau disingkat menjadi PATRIOT.
Sistem Patriot menggantikan sistem rudal Nike Hercules sebagai sistem
Medium Air Defense (HIMAD) Angkatan Darat, dan juga menggantikan MIM-23
Hawk System sebagai sistem pertahanan udara taktis menengah Angkatan
Darat AS.
Selain menjalankan peran tersebut, sistem rudal Patriot juga diberikan
fungsi sebagai sistem anti-rudal balistik Angkatan Darat AS (ABM), yang
kini menjadi misi utama Patriot.
Patriot menggunakan rudal pencegat udara canggih dan radar dengan
kinerja tinggi. Patriot dikembangkan di Redstone Arsenal di Huntsville,
Alabama, yang sebelumnya mengembangkan sistem Safeguard ABM dan
komponennya yaitu rudal Spartan dan Sprint. Simbol untuk Patriot adalah
gambar dari Minuteman era Perang Revolusi.
Sistem rudal Patriot telah dijual ke Taiwan, Mesir, Jerman, Yunani,
Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania
dan Spanyol. Pada tanggal 4 Desember 2012, NATO juga menyetujui untuk
penempatan peluncur rudal Patriot di Turki guna melindungi negara itu
dari rudal yang ditembakkan dari tetangganya Suriah yang saat ini sedang
berlangsung perang sipil.
Textron Defense Systems kini memiliki pesawat terbang baru yang dirancang untuk meledak ketika berada di posisi musuh.
The compact BattleHawk Squad Level Loitering Munition, sebut saja namanya BattleHawk,
dipersenjatai dengan muatan tinggi fragmentasi 40mm. Memiliki kamera
video di moncongnya, sehingga infanteri dapat mengendalikan pesawat ini
dari tempat tersembunyi untuk menyerang musuh yang tersembunyi pula.
Bom UAV Textron "BattleHawk"
BattleHawk memiliki berat sekitar lima pound.
Diluncurkan dengan cara dimasukkan ke dalam sebuah tabung khusus. Pegas
akan mendorong pesawat ini ke udara dan motor listrik menggerakkan
baling-baling kecil di bagian belakang.
"Once it's launched, it's
armed," Mick Guthals, direktur dari Business Strategy & Capture di
Textron, ketika menampilkan BattleHawk pada konferensi tahunan Asosiasi
Angkatan Udara di Washington DC, 17-19 September.
Menggunakan remote kontrol kecil, pasukan darat bisa menerbangkan BattleHawk dengan
kecepatan hingga 60 mil per jam selama kurang lebih 30 menit.
BattleHawk dirancang untuk menyerang musuh yang tersembunyi dan
kendaraan-kendaraan kamuflase, kata petinggi Textron tersebut.
Sejauh
ini, BattleHawk telah menjadi proyek rumahan di Textron dan tampaknya
komando unit khusus AS menaruh minat besar pada pesawat ini. Textron
berharap dapat segera memasarkannya ke unit infanteri Angkatan Darat AS.
Petinggi Textron belum berbicara mengenai harga BattleHawk ini,
tetapi hanya mengatakan bahwa "jelas butuh biaya yang lebih
dibandingkan dengan sebuah drone tak berawak dalam ukuran yang sama."
Rudal Stunner, bagian dari perisai rudal David Sling (Foto: Rafael Advanced Defense Systems)
Sebuah sistem pertahanan anti-rudal (perisai rudal) baru Israel "David
Sling" telah berhasil menghancurkan sebuah target rudal
dalam sebuah uji coba di sebuah gurun rahasia
pada 20 November 2012, disaat pertempuran sengit antara Israel
dan Palestina di Jalur Gaza. Perisai rudal David Sling ini diklaim lebih
kuat daripada Iron Dome yang digunakan dalam konflik Gaza, menurut
pejabat pertahanan Israel, pada hari Minggu 25 November.
Pejabat Pertahanan Israel mengatakan bahwa David Sling ((Ketapel David
atau Ketapel Daud)) akan menjadi jawaban Israel atas rudal-rudal
gerilayawan Hizbullah, Lebanon dan Suriah yang jarak tempuhnya semakin
jauh.
Israel mengembangkan perisai rudal David Sling ini dengan
bantuan dari Amerika Serikat. Ini karena kekhawatiran Israel atas
ancaman dari Gaza, Lebanon, Suriah dan konflik internasional mereka
dengan Iran atas program nuklir mereka. Sebuah sumber di industri
pertahanan Israel mengatakan David Sling sejatinya akan diuji coba pada
2013, namun dipercepat mengingat kondisi yang semakin mengkhawatirkan.
David Sling menggunakan teknologi yang serupa dengan Iron Dome,
yang diklaim Israel memiliki tingkat keberhasilan 90 persen,
mengintersep (mencegat) 421 roket yang ditembakkan pejuang Palestina
dari Gaza dalam delapan hari pertempuran yang berakhir dengan gencatan
senjata pada Rabu.
Juga dijuluki sebagai Magic Wand (Tongkat Sihir/Ajaib), David Sling
dikembangkan oleh Rafael Advanced Systems Ltd, sebuah BUMN Israel yang
bekerjasama dengan perusahaan pertahanan Raytheon Co AS.
"Penyelesaian program ini sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan sistem pertahanan anti-rudal Isarel," ujar Menteri Pertahanan
Ehud Barak, dikutip dari Reuters
Untuk tingkatan sistem
pertahanan anti-rudal Israel, Iron Dome adalah yang terendah, yaitu
untuk mengatasi roket gerilyawan Gaza dan Hizbullah. Pada awalnya Iron
Dome dimaksudkan untuk mengintersep roket di kisaran 70 km namun para
pengembang kini tengah meningkatkan jangkauannya menjadi 250 km.
Yang
tertinggi dalam sistem pertahanan anti-rudal Israel adalah interseptor
rudal balistik Arrow, yang dirancang untuk memembak jatuh rudal jarak
jauh Iran dan Suriah di ketinggian Atmosfer -cukup tinggi sehingga setiap hulu ledak konvensional yang di intersep, akan hancur dan musnah di ketinggian (aman)-.
David
Sling akan ditahbiskan sebagai perisai rudal tertinggi Israel. Para
pejabat Israel mengatakan, jika Iron Dome dan Arrow dinilai tidak mampu
menngintersep roket yang diluncurkan oleh musuh karena kecpatan dan
kekuatannya, maka David Sling yang akan ditugaskan.
Pemimpin
Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, yang dipersenjatai dan didanai oleh
Iran, memperingatkan Israel pada hari Minggu lalu bahwa ribuah roket
akan menghujani Tel Aviv dan seluruh kota-kota Israel jika menyerang
Lebanon.
Adalah Roket Fajr-5s, dengan rentang 75 km -mampu mencapai Tel Aviv dan Yerussalem- dan bobot hulu ledak 175 kg, adalah roket yang paling kuat dan jangkauan jauh yang telah ditembakkan dari Gaza.
Seperti
halnya Iron Dome dan Arrow, David Sling telah menarik minat dari
klien-klien asing, terutama karena sistem pertahanan anti-rudal yang
baru lahir ini juga mampu mengintersep rudal jelajah. Setidaknya sudah
ada dua negara bekas Uni Soviet yang berminat terhadap David Sling ini.
Ini terkait kekhawatiran Balkan atas rudal-rudal jelajah Rusia.
Pada tahun 1998, Rusia dan India membuat perusahaan patungan, BrahMos
Aerospace, yang bertugas merancang, mengembangkan, memproduksi dan
memasarkan rudal jelajah supersonik. Versi laut dan darat dari rudal
BrahMos telah berhasil diuji coba dan telah masuk ke dalam layanan
Angkatan Darat dan Angkatan Laut India.
Angkatan Laut India telah berhasil menguji-tembak rudal jelajah
supersonik BrahMos yang diluncurkan dari geladak sebuah kapal perang di
lepas pantai barat Goa, Minggu, 7 Oktober 2012. Rudal BrahMos, merupakan
rudal jelajah supesonik pengembangan bersama Rusia dan India,
diluncurkan dari fregat kawal rudal INS Teg yang dibuat oleh Rusia
berdasarkan pesanan dari Angkatan Laut India.
"Rudal itu menghantam target yang ditentukan pada jarak 290 km," kata
DRDO (Defense Research and Development Organization). BrahMos Aerospace
Ltd, yang didirikan pada tahun 1998, memproduksi rudal jelajah
supersonik berdasarkan rancangan Rusia sebelumnya NPO Mashinostroyenie
3M55 Yakhont (SS-N-26).
Rudal BrahMos memiliki jangkauan tembak 290 km (180 mil) dan mampu
membawa hulu ledak konvensional hingga 300 kg (660 lbs). Secara efektif
dapat melumpuhkan target dari altitude serendah 10 meter (30 kaki) dan
memiliki kecepatan maksimal Mach 2.8, yaitu sekitar tiga kali lebih
cepat daripada rudal jelajah subsonik Tomahawk buatan Amerika Serikat.
Rudal BrahMos untuk Versi laut dan darat telah diluncurkan dan telah
berhasil diuji coba dan dimasukkan ke dalam layanan Angkatan Darat dan
Angkatan Laut India.
Uji coba rudal BrahMos untuk versi udara (peluncuran udara) akan segera
selesai pada akhir tahun ini. Angkatan Udara India berencana untuk
mempersenjatai 40 Sukhoi Su-30MKI Flanker-H Fighter mereka dengan rudal
jelajah BrahMos. Selain keberhasilan uji coba penembakan rudal BrahMos
ini, Rusia dan India baru-baru ini sepakat untuk mengembangkan rudal
hipersonik BrahMos 2 yang mampu terbang dengan kecepatan Mach 5 - Mach 7
Pada tahun 2013 nanti, Angkatan Udara Rusia akan dilengkapi dengan rudal jelajah baru Raduga Kh-101.
Rudal ini memiliki presisi yang tinggi dengan hulu ledak konvensional
(non nuklir) untuk jarak yang jauh. Rudal Raduga, yang saat ini sedang
dalam proses uji coba, mampu mencapai target dengan akurasi hanya 30
kaki (10 meter) di kisaran jarak hingga 6.000 mil (10.000 km).
Dengan kemampuan tersebut, menjadikan rudal ini sebagai rudal dengan
jarak tempuh terjauh dan akurasi tertinggi dalam sejarah Angkatan Udara
Rusia. Seperti yang diketahui, pesawat pembom (bomber) Angkatan Udara
Rusia saat ini menggunakan rudal jelajah konvensional Kh-555, yang hanya
memiliki akurasi 75-90 kaki (25-30 meter).
Rudal subsonik Raduga
Kh-101 dinavigasikan dengan menggunakan Sistem Navigasi Satelit Rusia
GLONASS, tetapi juga dilengkapi dengan mekanisme panduan intertial yang
dapat mengambil alih navigasi jika navigasi satelit bermasalah. Raduga juga akan mampu memukul target kecil yang bergerak seperti kendaraan.
Rudal jelajah baru Rusia ini memiliki bobot yang lebih berat
yaitu 880 pon (400 kg) dibandingkan dengan pendahulunya Kh-555 yang
memiliki bobot hanya setengahnya (440 pon). Nantinya sebuah varian dari
Raduga yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir yaitu Kh-102 juga akan
dilengkapkan kepada Angkatan Udara Rusia.
"Dengan bobotnya yang besar, berarti rudal jelajah Raduga Kh-101 hanya dapat dibawa oleh pesawat pembom Rusia terbesar yaitu Tupolev tu-95MS dan Tu-160"
Kemampuan rudal dengan jarak yang jauh menjadi sangat penting, mengingat
Rusia kini tidak lagi memiliki basis pertahanan di luar negeri dan
karena itu Rusia tidak dapat memberikan pengawalan untuk armada bomber
untuk jarak tempur yang jauh, kata Alexander Konovalov dari Institut
Evaluasi Strategis.
Dengan bobotnya yang besar, berarti rudal jelajah Raduga Kh-101 hanya dapat dibawa oleh pesawat pembom Rusia terbesar yaitu Tupolev tu-95MS dan Tu-160, bukan pesawat bomber Tu-22M3 yang mana pesawat bomber ini masih akan terus dipakai Rusia untuk membawa rudal Kh-555.
Untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya, Pakistan saat ini tengah mengembangkan senjata nuklir non-strategis,
bila benar adanya Pakistan bisa disejajarkan dengan negara-negara
seperti Amerika Serikat dan Rusia, ujar seorang analis pertahanan
Amerika Serikat.
Negara tetangga Pakistan, India, yang juga berkemampuan nuklir,
bagaimanapun, tidak termasuk di antara lima dari sembilan negara yang
memiliki atau sedang mengembangkan senjata nuklir non-strategis, kata
Hans Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir, dan Dr Robert S
Norris, senior Kebijakan Nuklir, di Nuclear Notebook.
Nuklir Pakistan Ghauri 2
"Saat ini, setidaknya ada lima dari sembilan negara yang
berkemampuan nuklir, memiliki atau sedang mengembangkan senjata nuklir
non-strategis, yaitu: Rusia, Amerika Serikat, Perancis, Pakistan, dan
China," kata mereka dalam informasi terbaru di Bulletin of the Atomic
Scientists.
Seperti halnya Perancis, Pakistan mengkarakterkan semua senjata nuklirnya sebagai nuklir non-strategis.
Pakistan saat ini juga sedang mengembangkan roket jarak pendek baru
yang berkemampuan nuklir yang tentu akan langsung disikapi sebagai
senjata nuklir non-strategis jika itu dikembangkan oleh Rusia atau
Amerika Serikat. Disinilah posisi nuklir Pakistan menjadi tanda tanya
dan kenyataan ini bisa saja menempatkan nuklir Pakistan berada dalam
kategori berbeda, seperti yang ditulis Kristensen dan Norris.
Dalam
laporan mereka, dua ilmuwan nuklir Amerika menulis bahwa rudal baru
Pakistan, Nasr, adalah rudal balistik berjarak 60 kilometer yang
diluncurkan dari sebuah peluncur mobile mobile twin-canister.
Setelah
uji coba peluncuran pertama di bulan April 2011, organisasi berita
militer Pakistan, mengatakan bahwa Rudal Nasr membawa hulu ledak nuklir
dengan jangkauan seperti yang diharapkan dan dengan akurasi yang tinggi.
Lengkap dengan fitur shoot and scoot yang disebut sebagai
sistem respon cepat. Ini semua dilakukan untuk meningkatkan program
pembangunan strategis senjata nuklir pakistan untuk rudal jarak pendek
guna mengantisipasi ancaman yang sedang berkembang.
Nasr, rudal nuklir jarak pendek Pakistan
"Dari informasi-informasi yang didapatkan setelah beberapa tes Rudal
Nasr, kuat diindikasikan bahwa senjata nuklir Pakistan tersebut masih
mirip dengan senjata nuklir non-strategis," tulis mereka.
Masih
menurut laporan itu, disebutkan juga rumor China yang telah
mengembangkan senjata nuklir non-strategis sejak waktu yang lama, namun
masih sedikit informasi yang dapat diandalkan untuk menentukan status
China saat ini.
China melakukan uji coba nuklir pada tahun 1960
dengan bom nuklir yang diluncurkan dari sebuah pesawat pembom. Mungkin,
namun belum bisa dipastikan, bahwa beberapa skuadron pesawat bomber
China telah memiliki kemampuan nuklir sekunder untuk saat ini, kata
mereka.
Demikian pula, komunitas intelijen AS dalam beberapa periode menilai
bahwa kemampuan nuklir China mungkin telah berkembang untuk rudal
balistik jarak pendek seperti DF-15. Selain itu, komunitas intelijen AS
menggambarkan rudal jelajah DH-10 adalah rudal konvensional dan juga
nuklir," kata laporan itu.