Di dalam Al Qur’an surat Asy Syura ayat 7, kota Makkah disebut Ummul Qura’ yang artinya Ibu Negeri (Kota).
Menurut Prof. Korner dari Johannes Guttenburg University, selama era salju (snow age), di Kutub Utara terjadi iceberg. Peristiwa ini perlahan-lahan bergerak ke arah selatan. Adanya proses alam ini mengakibatkan daerah di jazirah Arab menjadi sebuah daerah yang paling subur di permukaan bumi (ais.blogsome.com).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang mengisyaratkan bahwa kota Makkah dahulunya adalah daerah yang hijau dan subur.
Pertama, di dalam Al Qur’an kota Makkah disebut sebagai tempat peribadatan yang pertama didirikan. Ini disebutkan dalam QS Ali Imran ayat 96,
Ketiga, adanya Jabal Rahmah. Tempat ini lokasinya tidak jauh dari Makkah, yang diyakini sebagai tempat pertemuan Adam dan Hawa.
Makkah sebagai Pusat Hemisphere Pangea
Melalui penelitian geologi, yang dipelopori oleh meteorologis Jerman, Alfred Wagner, di tahun 1915 M, yang mengemukakan terjadi perubahan yang lambat pada geologi bumi. Perubahan ini terjadi melalui gerakan lempeng benua pada kecepatan 1—5 cm per tahun.
Kejadian ini digambarkan di dalam Al Qur’an, surat An Naml ayat 88, yaitu mengenai gunung-gunung yang berjalan dan ternyata terbukti secara ilmiah.
Makkah—juga disebut Bakkah—tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan. Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas).
Kemudian gunung api di dasar samudera ini meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar yang membentuk ‘bukit’. Dan bukit ini adalah tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.
Jika demikian, ini berarti bahwa Allah terus-menerus memperluas dataran dari tempat ini. Jadi, ini adalah tempat yang paling tua di dunia.
Maha Suci Allah…
Yang menciptakan segala sesuatu dengan sempurna.
http://kanzunqalam.wordpress.com/2010/07/24/kota-makkah-dan-penemuan-geologi/
“Dan demikianlah Kami wahyukan Al Qur’an kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibu kota (Mekkah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.Bila kita pelajari hasil penelitian para ahli geologi, penamaan Ummul Qura’ itu sangat tepat. Berdasarkan penelitian Makkah bisa jadi adalah tempat pertama yang dihuni umat manusia karena kesuburannya.
Menurut Prof. Korner dari Johannes Guttenburg University, selama era salju (snow age), di Kutub Utara terjadi iceberg. Peristiwa ini perlahan-lahan bergerak ke arah selatan. Adanya proses alam ini mengakibatkan daerah di jazirah Arab menjadi sebuah daerah yang paling subur di permukaan bumi (ais.blogsome.com).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang mengisyaratkan bahwa kota Makkah dahulunya adalah daerah yang hijau dan subur.
“Hari akhir tidak akan datang kepada kita, sampai dataran Arab sekali lagi menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi sungai-sungai.” (HR.Muslim)Lalu dari mana dalil yang menyatakan Makkah sebagai tempat pertama umat manusia?
Pertama, di dalam Al Qur’an kota Makkah disebut sebagai tempat peribadatan yang pertama didirikan. Ini disebutkan dalam QS Ali Imran ayat 96,
”Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia (ialah) Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.”Kedua, sekitar 25 km dari Makkah, terdapat padang Arafah. Padang ini merupakan tempat ’membajirnya manusia’ pada salah satu kegiatan haji setiap tahunnya. Di tempat inilah pula, Adam AS dan Hawa menurunkan generasi pertama umat manusia. Dari nenek moyang yang sama itulah, kini manusia telah menjadi lebih dari 6 milyar jiwa di seluruh dunia. Subhanallah.(irfananshory.blogspot.com).
Ketiga, adanya Jabal Rahmah. Tempat ini lokasinya tidak jauh dari Makkah, yang diyakini sebagai tempat pertemuan Adam dan Hawa.
Makkah sebagai Pusat Hemisphere Pangea
Melalui penelitian geologi, yang dipelopori oleh meteorologis Jerman, Alfred Wagner, di tahun 1915 M, yang mengemukakan terjadi perubahan yang lambat pada geologi bumi. Perubahan ini terjadi melalui gerakan lempeng benua pada kecepatan 1—5 cm per tahun.
Kejadian ini digambarkan di dalam Al Qur’an, surat An Naml ayat 88, yaitu mengenai gunung-gunung yang berjalan dan ternyata terbukti secara ilmiah.
“Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh Dia Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.”Gerakan gunung-gunung ini dipengaruhi oleh gerakan kerak-kerak bumi, yang berada di bawahnya.
Pada penelitian tahun 1945 M oleh Carey, yang didukung penelitian tahun 1970 M oleh Diet dan Holden, mengemukakan Pusat Hemisphere Pangea (kumpulan benua-benua, baik yang terpisah oleh laut maupun tidak), berada di Timur Tengah, dengan lokasi sekitar kota Aswan, Riyard dan Laut Tethis, dengan simpangan pengukuran sekitar 2%.Makkah Sebagai Dataran Tertua
Peta yang dibuat para peneliti ini, menempatkan kota Makkah di dalam pusat Hemisphere Pangea tersebut.
Makkah—juga disebut Bakkah—tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan. Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas).
Kemudian gunung api di dasar samudera ini meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar yang membentuk ‘bukit’. Dan bukit ini adalah tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.
Jika demikian, ini berarti bahwa Allah terus-menerus memperluas dataran dari tempat ini. Jadi, ini adalah tempat yang paling tua di dunia.
Maha Suci Allah…
Yang menciptakan segala sesuatu dengan sempurna.
http://kanzunqalam.wordpress.com/2010/07/24/kota-makkah-dan-penemuan-geologi/



Segala
puji bagi Allah atas berbagai macam nikmat yang Allah berikan.
Shalawat dan salam atas suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada keluarganya dan para pengikutnya.
Semua pasti telah mengetahui keutamaan malam Lailatul Qadar. Namun,
kapan malam tersebut datang? Lalu adakah tanda-tanda dari malam
tersebut? Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkan malam yang
keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan.
Mengenai pengertian lailatul qadar, para ulama ada beberapa versi
pendapat. Ada yang mengatakan bahwa malam lailatul qadr adalah malam
kemuliaan. Ada pula yang mengatakan bahwa lailatul qadar adalah malam
yang penuh sesak karena ketika itu banyak malaikat turun ke dunia. Ada
pula yang mengatakan bahwa malam tersebut adalah malam penetapan takdir.
Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa lailatul qadar dinamakan
demikian karena pada malam tersebut turun kitab yang mulia, turun rahmat
dan turun malaikat yang mulia.
Setiap
muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam
ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun
tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya
rutin dibanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang.
Edisi kali ini kita akan melihat keistimewaan Lailatul Qadar yang begitu utama dari malam lainnya.
Ada
dua jihad di bulan Ramadhan yang perlu diperjuangkan. Dua hal ini butuh
perjuangan untuk bisa terus merutinkannya dan hanya taufik Allah yang
bisa memudahkannya. Apakah itu?
Apa saja yang termasuk pembatal puasa?
Berikut adalah rincian enam pembatal puasa sebagai pelengkap dari artikel
Dalam tulisan sebelumnya kami telah mengangkat pembahasan
Bagi
hamba yang masih memiliki tabi’at baik pasti mengetahui bahwa Allah
selalu menginginkan kemudahan dan bukan menginginkan kesulitan bagi
hamba-Nya. Dalam perihal puasa, Allah Ta’ala juga menginginkan demikian dan ingin menghilangkan kesulitan dari hamba-Nya.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dibolehkan oleh syari’at ini dan tidak membatalkan puasa :
Para ulama di Al Lajnah Ad Daimah (komisi Fatwa Kerajan Saudi Arabia) pernah ditanya,
“Kapan waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan di tengah-tengah perjalanan pesawat?”
Kita
sudah ketahui bersama bahwa apabila wanita mendapati haidh maka ia
tidak boleh puasa atau puasanya batal dan ia pun harus mengqodho’ di
hari lainnya selepas ramadhan. Lantas apa yang mesti dilakukan, jika
wanita muslimah mendapati haidh di tengah-tengah ia berpuasa? Puasanya
jelas batal, apakah ia tetap menahan diri dari makan dan minum hingga
terbenam matahari?
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah
ditanya, “Apa yang mesti dilakukan oleh wanita haidh dan nifas jika ia
telah suci di pertengahan ramadhan, begitu pula bagi musafir jika ia
tidak lagi bersafar di siang hari?”
Ketika
membahas tentang puasa wanita hamil dan menyusui, kami terakhir
menguatkan pendapat bahwa jika wanita hamil dan menyusui tidak puasa,
mereka punya kewajiban untuk mengqodho’ puasanya di hari yang lain
sampai mereka mampu. Kemudian kami tutup tulisan tersebut dengan
mengatakan bahwa jika memang wanita hamil dan menyusui tadi tidak mampu
lagi menunaikan qodho’ puasa karena begitu banyak hari yang ditinggalkan
serta usianya yang tidak kuat, maka mereka bisa mengganti puasanya
dengan fidyah.
Tulisan kali ini akan kembali menguatkan pendapat dalam