Selasa, 02 Juli 2013

KCR-40 akan Dilengkapi Rudal C-705 China

Rudal C-705
Rudal C-705 (Foto:Defense Update)
TNI Angkatan Laut akan menggunakan peluru kendali (rudal) C-705 asal China pada Kapal Cepat Rudal (KCR) buatan dalam negeri. Rencananya, sebanyak 16 kapal perang jenis KCR-40 buatan galangan kapal PT Palindo Marine, di Batam, akan dilengkapi dengan peluru kendali tersebut.

"Kontrak sudah diteken, rudal diperkirakan tiba pada tahun 2014," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama, Untung Suropati, Senin, 28 Januari 2013.

Sesuai UU Nomor 16 Tahun 2012, pemerintah akan melakukan kerja sama transfer teknologi (ToT) dalam skema pembelian alat utama sistem persenjataan ini. Dengan skema transfer teknologi ini, diharapkan tiga pabrik dalam negeri; PT. Pindad, Lapan, dan PT. Dirgantara Indonesia, akan mampu membuat sendiri rudal C-705.

Sebelumnya, Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Pos Batubara, mengaku tengah bernegosiasi soal kontrak transfer teknologi dengan produsen Tiongkok itu. "Masih kami upayakan ke arah sana," kata Pos, ditemui usai peresmian KRI Beladau-643 di Batam, 25 Januari 2013.

Dia memastikan produsen lokal akan terlibat dalam proses transfer teknologi antara China dan Indonesia. "Harapannya kita mampu produksi sendiri," ujar dia.

Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal Ediwan Prabowo, mengatakan sejumlah produsen lokal mulai terlibat dalam persenjataan KCR 40. "PT. Pindad mulai terlibat, tapi persentasenya masih kecil," kata Ediwan.

Dia enggan menyebutkan nilai kontrak pengadaan rudal China tersebut. "Kontrak pengadaan senjata dipisah dengan pembuatan kapalnya," kata Ediwan. Nilai pembuatan kapal cepat rudal 40 mencapai Rp 75 miliar per unit. Seluruhnya menggunakan skema pinjaman dalam negeri (salah satunya pinjaman dari Bank Mandiri).

Menhan Berharap C-705 Bisa Dibuat Di Indonesia

Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro berharap Rudal C-705 bisa dibuat sendiri oleh Indonesia. "Kami sedang mengupayakan alih teknologi agar nantinya rudal tersebut bisa diproduksi di dalam negeri," kata Menhan, usai peresmian KRI Beladau-643, 25 Januari 2013.

Sebagai negara yang besar, kata dia, Indonesia membutuhkan tambahan alutsista baik untuk TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Menhan mengatakan, apabila rudal dengan jarak jelajah hingga 150 kilometer tersebut bisa diproduksi di dalam negeri, maka banyak keuntungan yang didapat.

"Kami tengah berupaya menuju kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dengan berbagai upaya yang telah dikembangkan didalam negeri. Termasuk pembuatan KCR 40 yang diserahterimakan hari ini (25 Januari 2013 di Batam)," katanya.

Untuk TNI AL, kata Purnomo, hingga 2014 akan ada 16 kapal sejenis KRI Beladau 643 yang akan digunakan untuk mengamankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan kapal ini merupakan upaya peningkatan alutsista yang tengah dibangun bagi seluruh angkatan.

Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.

TNI AL, Purnomo melanjutkan, membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh. Untuk angkatan udara dan angkatan darat, kata dia, juga akan diserahterimakan beberapa alutsista baru untuk menjaga keamanan NKRI.

"Tahun ini anggaran untuk Kementerian Pertahanan dan TNI sekitar Rp81 triliun. Dengan anggaran tersebut, kami akan terus menambah alutsista sesuai dengan kebutuhan secara bertahap," kata Purnomo.
Sumber : Kompas/Antara 
http://www.artileri.org/2013/01/kcr-40-dilengkapi-rudal-c-705-china.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar