Kamis, 10 Desember 2015

Amerika Waspadai Sukhoi PAK-FA Rusia?

PAK FA T-50
Pesawat tempur siluman Sukhoi PAK FA atau T-50 merupakan saingan berat pesawat-pesawat tempur generasi kelima Amerika Serikat, seperti F-22 Raptor dan F-35 Joint Strike Fighter. Dalam beberapa hal, pesawat tempur Rusia ini memiliki keunggulan dari dua pesawat siluman AS itu, tapi di sisi lain PAK FA memiliki kekurangan.

Mengutip pernyataan mantan Kepala Intelijen Angkatan Udara AS Letnan Jenderal Dave Deptula kepada laman National Interest: "Dari analisa saya PAK FA memiliki desain yang cukup canggih yang setidaknya sama dengan, atau bahkan sebagian mengatakannya lebih unggul dari pesawat generasi kelima AS. (Pesawat) Itu memiliki kelincahan yang sangat baik melalui kombinasi dari thrust vectoring, all moving tail surfaces (seluruh permukaan ekor bergerak), dan desain aerodinamis yang sangat baik, daripada F-35."

PAK FA lebih dioptimalkan untuk peran superioritas udara, seperti halnya F-22 yang multiperan dan F-35 yang memiliki kemampuan serang tinggi. PAK FA didesain agar terbang lebih cepat dan lebih tinggi untuk memaksimalkan energi peluncuran rudal udara-ke-udara, sehingga mengoptimalkan atau bahkan menambah jangkauan rudal-rudalnya.

"Performa (PAK FA) yang cerdas seperti itu terlihat untuk bersaing dengan Raptor," seorang petinggi militer AS yang memiliki banyak pengalaman dengan pesawat generasi kelima AS mengatakan kepada laman National Interest.

Dua mesin pada PAK FA mampu membuatnya terbang dengan kecepatan supersonik untuk jangka waktu yang lama dan bahkan kecepatannya melebihi Mach 1.5 (1.837 km perjam), sementara kecepatan maksimumnya lebih dari Mach 2. Namun, tidak seperti pesawat generasi kelima AS, PAK FA kurang menekankan fitur siluman, melainkan lebih banyak menekankan pada manuver.

PAK FA menggunakan mesin (ganda) hasil modifikasi dari mesin Su-30 Flanker yang disebut Izdeliye 117 atau AL-41F1, yang menghasilkan daya dorong sekitar 33.000 pon. Mesin ini lebih panas dari pada mesin AL-31 aslinya, namun penggunaan mesin ini hanya untuk sementara karena versi produksi PAK FA akan menggunakan mesin baru Izdeliye 30 yang lebih powerfull.

PAK FA dibekali peralatan avionik yang kuat, yang merupakan evolusi dari karya Sukhoi pada varian-varian Flanker. Menurut Deptula, avionik PAK-FA terindikasi berasal dari avionik Su-35 namun dengan penambahan very high power-aperture X-band multimode AESA radar.

Ada pula indikasi bahwa PAK FA juga dilengkapi dengan radar L-band, yang mampu mendeteksi keberadaan pesawat siluman yang seukuran pesawat tempur. Pun seandainya radar L-band tidak menunjukkan keberadaan pesawat siluman, pilot PAK FA akan menggunakan sensor lainnya pada area tertentu di udara.

Selain radar dan peralatan dukungan elektronik, PAK FA juga dilengkapi dengan sistem pencarian dan pelacakan inframerah.

Deptula mengatakan: "Rusia telah membuat lompatan besar dalam hal kemampuan sensor, namun pesawat-pesawat tempur Amerika masih yang terbaik dalam hal sensor dan data, yang sangat penting untuk perang modern. Pertanyaan sesungguhnya adalah mampukah Rusia mencapai tingkat kemampuan jaringan dan data yang sama dengan F-22 atau F-35. Untuk hal ini, Saya menaruhkan uang untuk Amerika Serikat dan sekutu."

Seorang pejabat tinggi industri pertahanan AS sependapat dengan Deptula. Dalam hal avionik, PAK FA lebih dekat ke Boeing F/A-18E/F Super Hornet atau F-16E/F Block 60 ketimbang F-22 atau F-35. "Sebagian orang mungkin mengklaim bahwa PAK FA adalah pesawat tempur generasi kelima, sebenarnya hanya lebih baik dari generasi 4,5 menurut standar AS," kata pejabat industri pertahanan AS tersebut.

Minimnya sistem pertukaran data pada PAK FA merupakan kelemahan. Strategi AS saat ini sedang mengarah ke pendekatan dimana setiap pesawat terbang atau kapal permukaan akan menjadi sensor bagi pesawat, kapal atau kendaraan bersenjata lainnya. Rudal yang ditembakkan oleh sebuah pesawat mungkin akan dibimbing oleh pesawat atau kendaraan lainnya. Angkatan Laut AS sudah menerapkan sistem yang disebut dengan Naval Integrated Fire Control-Counter Air (NIFC-CA). Angkatan Udara AS juga sedang mengarah ke sana.

"Di masa depan performa aerodinamis akan lebih fokus pada kecepatan, jangkauan dan muatan ketimbang manuver. Dan yang terpenting lagi adalah kemampuan untuk berbagi data dimana akan memberikan keunggulan dalam pengambilan keputusan yang lebih cepat dari lawan," kata Deptula.

Gambar: Vitaly V. Kuzmin / Wiki Common

Tidak ada komentar:

Posting Komentar