Jumat, 22 November 2013

Mantan KSAL: Sangat Berlebihan RI-Australia Perang

Aksi demonstrasi di Kedutaan Besar Australia.
Aksi demonstrasi di Kedutaan Besar Australia. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono marah besar atas penyadapan telepon yang dilakukan Badan Intelijen Australia terhadap dirinya dan sejumlah pejabat penting Indonesia.
Hingga saat ini, belum ada permintaan maaf secara resmi dari Pemerintah Australia yang berujung pada beberapa tindakan tegas SBY, seperti penghentian latihan militer antara Indonesia dan Australia.

Menanggapi langkah tegas yang dilakukan SBY, memunculkan respons di tengah masyarakat kemungkinan terjadi kontak senjata antara kedua negara.

Menanggapi respons yang berlebihan itu, mantan Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia, Laksamana Purnawirawan Tedjo Edhy menegaskan bahwa tidak akan terjadi perang antara Indonesia dan Australia.
"Karena proses menuju perang itu sangat panjang," tegas pria yang kini menjadi Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan Partai Nasional Demokrat, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat 22 November 2013.

Dia mengungkapkan, dari segi jumlah pasukan, Indonesia jauh lebih unggul dibanding Australia. Namun, tidak demikian dengan kecanggihan peralatan dan teknologi. "Tidak akan ada perang antara Indonesia dan Australia. Apalagi, penyadapan Australia lazim terjadi di banyak negara," ujar Tedjo.

Meskipun demikian, pemerintah Indonesia harus tetap berupaya membangun kekuatan militernya agar menjadi lebih baik, sehingga bisa menanggulangi ancaman negara tetangga. "Si vis pacem para bellum, siapa ingin damai bersiaplah untuk perang," tegasnya.

Senada dengan Tedjo, praktisi hukum yang saat ini tengah mengambil studi kajian strategis intelijen di Universitas Indonesia, Haghia Sophia Lubis, mengatakan bahwa dalam konteks hubungan internasional dan dunia intelijen, praktik penyadapan bukan hal asing.

"Penyadapan terjadi hampir di setiap kedutaan besar. Motifnya adalah keamanan negara penyadap," kata Lubis. (asp)


http://nasional.news.viva.co.id/news/read/460749-mantan-ksal--sangat-berlebihan-ri-australia-perang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar