Kamis, 14 Mei 2015

Batu Akik Khas Bukit Menoreh Akan Dipamerkan di Borobudur

Kompas.com/Ika Fitriana 
Beberapa Batu Akik asli Perbukitan Menoreh dan Kali Sileng, Borobudur, Kabupaten Magelang

Perbukitan Menoreh menyimpan bebatuan alam yang disebut sangat bagus sebagai bahan akik. Batu-batu di perbukitan yang membelah Kabupaten Magelang dan Kulonprogo, DIY, itu diklaim memiliki kualitas dan ciri khas yang berbeda dengan batu dari daerah lainnya.

Menurut Budi Ismoyo (51), perajin batu akik Menoreh, batu yang berada di lereng Menoreh kebanyakan berasal dari fosil kayu yang mengendap sejak jutaan tahun lalu. Batu dari fosil kayu memiliki karakter berbeda-beda, antara lain memiliki tekstur padat dan keras serta memiliki motif dan warna alami, yakni cokelat, hitam dan putih.

"Batu yang berasal dari fosil misalnya jenis Bio Solar, Lavender dan lainnya," ungkap Budi di rumahnya di Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Kamis (16/4/2015).

Selain mengambil dari perbukitan Menoreh, lanjut Budi, dirinya juga biasa berburu batu-batu mulia di sepanjang aliran Sungai Sileng yang terletak sekitar tiga kilometer dari Candi Borobudur.

Di sungai ini, terdapat beberapa jenis batu akik yang unik dan digemari. Sebut saja Lavender, Klawing dan Untu Bledeg.

"Keistimewaan batu dari Sileng ini antara lain motifnya tampak atau tembus cahaya, beberapa jenis batu bahkan memiliki daya magnet (badar besi). Lalu akik Untu Bledeg (Gigi Petir) berasal dari batu yang berukuran kecil tidak ada yang besar," ucap Budi.

Menurut PNS di UPT Pendidikan di Kecamatan Borobudur itu, batu terbaik dihasilkan dari batu di sungai Sileng yang diselimuti karang. Karena tekstur batu lebih keras dan mengkristal seperti batu jenis sarang tawon.

"Batu Sarang Tawon lebih cocok untuk liontin, motifnya lebih keluar," kata dia.

Budi mengumpulkan batu Menoreh sekitar tiga tahun lalu, meski dia sendiri sudah menggemari akik sudah sejak duduk di bangku sekolah dasar pada tahun 1970-an. Dalam enam bulan terakhir, batu produksi Budi mulai dipasarkan ke masyarakat dengan harga bervariasi berkisar Rp 50.000-Rp 1,5 juta per buah.

"Pembeli batu akik tidak hanya dari warga Magelang namun ada juga dari luar daerah," ucap Budi.

Budi kini memiliki usaha kerajinan batu akik Menoreh di rumahnya. Sehari-hari, dia dibantu oleh tiga pekerja dalam mengolah batu alam menjadi batu cincin akik yang siap dijual.

Dalam waktu dekat, para perajin akan menggelar pameran untuk mengenalkan batu akik asli Menoreh Kabupaten Magelang kepada masyarakat. Pameran batu akik akan digelar di Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.



Sumber :  http://regional.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar