Kamis, 23 April 2015

"Pink Lebong", Generasi Terbaru Akik dari Bengkulu

Cincin akik Pink Lebong

Setelah membawa nama Bengkulu melambung di beberapa kontes batu akik nasional melalui red rafflesia dan yellow rafflesia, daerah ini kembali memperkenalkan batuan baru, yakni pink lebong atau rubby lebong.

Batu akik ini dapat ditemui di Kabupaten Lebong yang diambil para penambang emas di Desa Tambang Sawah, Kecamatan Pingan Belapis, Kabupaten Lebong.

Maryono, salah seorang kolektor akik menyebut, batu pink lebong itu sebenarnya telah lama ditemukan oleh para penambang emas tradisional. "Batu itu didapat dari lubang-lubang tambang emas di dalam tanah. Ia berdekatan dengan urat emas, tetapi baru sekitar dua bulan ini laris sejak demam akik mewabah," kata Maryono, Kamis (26/3/2015).

Jika masih berbentuk bahan mentah, batu akik pink lebong dijual seharga Rp 600.000 hingga Rp 1.000.000 per kilogram. Jika telah menjadi batu cincin, gelang, atau liontin, maka harganya bisa mencapai jutaan rupiah.



Bahan baku akik pink Lebong yang belum diolah
Sejak demam batu akik mewabah, pesanan pun meningkat, para pengepul akik memasarkan batuan tersebut hingga Pulau Jawa, tetapi dalam jumlah kecil. "Pesanan belum banyak, baru sebatas puluhan kilogram karena batu akik ini belum begitu populer seperti red rafflesia atau yellow rafflesia," kata Maryono.

Hal senada juga disampaikan pencinta akik lainnya, Arafik Tresno. Menurut Arafik, kemunculan akik pink lebong tergolong menarik perhatian para kolektor. Harganya pun saat ini masih relatif murah bila dibandingkan dengan batuan lain asal Bengkulu yang telah memiliki nama.

Meski menyukai batu akik, Arafik dan Maryono berharap para pencari batu akik tak merusak hutan lindung dan lingkungan karena mayoritas batuan tersebut didapat dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).


Sumber :  http://regional.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar