Minggu, 01 Januari 2012

Ical Vs Prabowo, Siapa Jago ? - Duel Si Nekat dengan Modal Kuat

Jakarta - Bergerak dan terus bergerak. Itulah perintah Aburizal Bakrie pada pengurus dan kader Partai Golkar. Ketua Umum Partai Golkar itu juga tidak akan tinggal diam setelah memberi perintah. Ia pun akan bergerak dengan seabrek agenda. Tujuannya jelas, memuluskan langkah menuju RI-1.

Ical telah diminta menjadi capres Golkar dalam Rapimnas Golkar, akhir Oktober 2011 lalu. DPD Golkar dari 33 Provinsi secara bulat mendaulat Ical untuk maju sebagai capres.

Dalam peringatan HUT ke-47, Golkar pun tanpa malu-malu mengumumkan mantan Menko Kesra itu sebagai capresnya. Spanduk besar bertuliskan 'Ical For RI-1' terpampang dalam HUT Golkar, di Gelora Bung Karno, 29 Oktober 2011 lalu. Maka malam itu pula, di depan Presiden SBY dan Wapres Boediono, perwakilan negara sahabat serta sejumlah tokoh nasional, Ical mengungkap siap jadi capres dengan bermetafora.

"Berkompetisi dalam kebaikan. Tahun lalu, langit biru dan padi sudah mulai menguning. Tahun ini saya laporkan, padi terus menguning semakin matang dan akan menjadi beras pada tahun 2014," ujar Ical dengan percaya diri.

Analogi Ical membuat SBY yang juga ketua umum Partai Demokrat tertawa kecil. Melihat SBY tertawa, Ical ikut tersenyum senang.

Malam itu tentu menjadi malam yang menyenangkan bagi Ical dan Golkar. Jalan menuju kursi RI-1 tampak begitu mulus. Ical telah mengantongi laporan dinobatkan sebagai capres paling populer oleh Reform Institute.

Dalam survei Reform Institute itu, pengusaha kelas kakap ini mendapatkan 13,58 % suara. Ia mengungguli capres lainnya, seperti Prabowo Subianto (8,46 %), Jusuf Kalla (7,06 %), Hidayat Nurwahid (5,17 %) dan Ani Yudhoyono (4,13 %).

Mengapa Ical ‘mendadak’ populer? Menurut Reform Insitute, hal itu tidak terlepas dari banyaknya poster dan spanduk Ical serta program-program Golkar yang terpampang di mana-mana. Iklan Ical dan Golkar itu cukup mendongkrak elektabilitas Ical.

"Kami menemukan fakta yang menarik. Dari survei yang kami lakukan, ternyata pemilih Ical adalah pedagang kecil, dan masyarakat bawah,” ujar Direktur Pengembangan Reform Institute Abdul Hamid.
Para wong cilik itu terpesona pada Ical sebab rata-rata menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Mereka merasa Ical bisa mewujudkan impian itu.

Partai Golkar pun menyambut baik survei yang mengunggulkan ketua umum mereka. Menurut Wasekjen Partai Golkar Leo Nababan, kepopuleran Ical terlihat dari dukungan 33 DPD Golkar yang akan mengusung Ical maju capres tanpa perlu konvensi. Padahal konvensi sudah menjadi tradisi Partai Golkar sejak era Akbar Tandjung.

"Semua DPD sudah mendukung Pak Ical maju sebagai capres. Untuk apa lagi konvensi? “ beber Leo.
Leo tidak setuju dengan konvensi sebab dua capres Golkar hasil konvensi, Wiranto dan Jusuf Kalla, justru kalah dalam Pilpres.

Untuk memuluskan langkah Ical, Golkar menetapkan tahun 2012 sebagai tahun kekaryaan. Ical akan terus berkeliling Indonesia sepanjang 2012. Targetnya, suara Golkar naik dan tentunya elektabilitas Ical ikut terkerek.

Ical memang tidak asal-asalan memburu RI-1. Ia memiliki sejumlah modal. Ia menggenggam dukungan parpol sebagai kendaraan politik. Lalu kuat secara financial, menurut majalah Forbes memiliki harta US$ 2,5 miliar. Juga punya media massa baik online dan TV.

Dengan modal internal yang kuat, wajar Ical mantap melaju memburu RI-1. Terlebih pesaing berat Ical pun tidak banyak."Ical wajar merasa pede. SBY sudah tidak mungkin maju lagi," ujar pengamat politik Charta Politica Arya Fernandes.

Meski demikian, bukan berarti Ical bisa bebas melenggang menuju kursi RI-1. Partai Gerindra telah menabuh genderang perang untuk berebut kursi tertinggi itu. Letjen (Purn) Prabowo Subianto diusung sebagai capres. Modal Prabowo pun bukan kertas kosong.

Sama dengan Ical, Prabowo juga diunggulkan sebagai capres terpopuler. Bila Ical terpopuler versi Reform Institute, maka Prabowo versi Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS). Dalam survei ini, Prabowo unggul dengan angka 28 %, jauh meninggalkan Ical yang hanya meraih posisi empat. Posisi kedua ditempati Mahfud MD (10,6 %). Lalu disusul Sri Mulyani Indrawati (7,4 %). Baru Ical (6,8 %), KH Said Agil Siradj (6 %) dan Din Syamsuddin (5,2 %).

SSS menyimpulkan Prabowo muncul sebagai capres terpopuler karena latar belakang militer dan figurnya yang dinilai tegas di tengah kekecewaan pada pemimpin sipil. "Gejala seperti ini boleh jadi dipicu oleh lemahnya kaderisasi dan rekrutmen kepemimpinan di kalangan politisi sipil," ujar peneliti SSS Ari Nurcahyo.

Gerindra tidak terkejut dengan survei SSS. Parpol ini makin yakin sosok Prabowo memang diminati masyarakat untuk menjadi presiden. Gerindra telah melakukan survei internal dan hasilnya Prabowo memang selalu nomor satu. "Saya kira survei SSS ini bisa diakui legalitasnya," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.

Sama dengan Golkar yang terus bergerak. Gerindra pun terus bebenah sejak kekalahan Prabowo 2009 lalu. Konsolidasi internal terus dilakukan. Motor partai hingga ke tingkat pengurus ranting coba digerakan.

Seperti Pemilu sebelumnya, Gerindra tetap akan mengusung jargon ekonomi kerakyatan. Prabowo kembali menjanjikan perubahan ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan bagi petani, rakyat kecil dan pedagang pasar. Selain wong cilik, Gerindra juga menyasar kalangan terdidik yang rindu pemimpin yang tegas.

Soal dana, Prabowo sama sekali tak kekurangan. Tahun 2009 dia adalah capres terkaya dengan kekayaan Rp 1,57 triliun dan US$ 7,5 juta. Dukungan dana dari perusahaan miliknya maupun back up penuh dari sang adik, Hashim Djojohadikusumo, membuat mantan jenderal ini juga punya modal besar untuk menyaingi Ical."Prabowo akan jadi lawan tangguh untuk Ical," jelas Arya Fernandes.

Persaingan Ical dan Prabowo diprediksi akan makin memanas pada 2014. Sama-sama punya basis massa, punya dana dan merupakan orang yang cukup senior dalam kancah perpolitikan nasional. Sementara capres populer sebelumnya seperti SBY dan Mega tidak akan maju lagi.

Namun bukan berarti keduanya akan diterima dengan mudah. Sosok Prabowo dan Ical sama-sama punya cacat masa lalu. Prabowo selalu dikait-kaitkan dengan isu penculikan dan pelanggaran HAM, sementara Ical dikaitkan dengan tragedi lumpur Lapindo yang membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Namun keduanya tetap nekat bertarung dalam Pilpres 2014. Siapa pemenangnya?

Tulisan detik+ selanjutnya: 'Jenderal 08 Tak Kapok Dipecundangi', 'Di Atas Kertas Ical Kuat, Faktanya?' dan 'Sulitnya Mencari Pasangan untuk Menang' serta laporan khusus 'Seram, Jakarta Segera Tenggelam' bisa anda dapatkan di detiKios for Ipad yang tersedia di apple store.


(rdf/iy)
http://www.detiknews.com/read/2011/11/07/090850/1761554/159/duel-si-nekat-dengan-modal-kuat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar