Rabu, 11 Januari 2012

Rakit Mesin Sejak 10 Tahun Lalu

 Image: corbis.com

"AYO ini porosnya diangkat sama-sama untuk dipasang di bagian as roda depan dan belakang. Satu-satu dulu, kemudian pasang mur dan baut di masing-masing bagian. Jangan lupa untuk mengambil ban roda dan rodanya sekalian."

Itulah intruksi dari guru pembimbing kepada sejumlah murid SMK Negeri 2 Solo saat memasang pondasi chasis atau rangka bodi mobil Esemka jenis pikap dengan kapasitas mesin 1.500 cc. Mereka merakitnya di Solo Techno Park (STP), kemarin siang.

Andri Kurniawan, murid kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) yang ikut praktik mengaku, proses perakitan kendaraan tersebut cukup berat. Meski demikian, dia dan teman-temannya mengaku senang setelah Wali Kota Solo Joko Widodo dan Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mau menggunakan kendaraan rakitan anak-anak SMK sebagai kendaraan dinas.

"Kami bangga kendaraan rakitan kakak-kakak kelas kami dipergunakan oleh wali kota dan wakilnya," akunya.

Sekolah yang ramai diliput media ini kemarin sedang mendapat giliran untuk merakit mobil pikap. Proses perakitan dilakukan secara manual karena alat assembling plan yang biasa digunakan untuk membantu perakitan kondisinya belum sempurna.

"Proyek SMKN 2 kali ini merakit jenis pikap 1.500 cc. Kalau secara terus menerus dikerjakan, satu unit selesai dikerjakan dalam waktu kurang dari sebulan. Praktik ini dilakukan secara bergantian dengan murid lainnya," kata Ketua Kompetensi Kejuruan SMKN 2 Solo Bambang Suprayitno.

Saat ini, mereka sudah merakit 11 unit kendaraan, termasuk kendaraan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo. Tersedia tiga tipe mulai dari SUV, double cabin, dan pikap.

Kepala Sekolah SMKN 2 Solo Susanta mengaku belum dapat menerima produksi massal karena terkendala izin dan modal. Pihaknya baru sebatas menerima pesanan dari SMK se-Indonesia.

Kepala Sekolah SMK Warga Heru Munandar menambahkan, sebetulnya perakitan mesin termasuk dalam program pembelajaran siswa yang sudah berlangsung selama sekira 10 tahun. Selain mesin juga diajarkan dua hal utama lainnya seperti kelistrikan dan chasis.

Dia berharap, bila ada Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) yang berminat dengan produk Esemka, maka pihaknya siap melayani dan menjadikan produk ini menjadi cikal bakal mobil nasional. Mobil 'rakyat' ini dirintis sejak 2010 lalu. Saat itu Direktorat Pembinaan SMK Kemendiknas (sekarang Kemendikbud) mengarahkan murid-murid SMK untuk merakit mobil nasional yang diberi nama Esemka.

Pada tahun pertama telah terpilih lima SMK untuk diberikan pembekalan dan praktik perakitan mobil nasional, yakni SMKN 5 Solo, SMKN 2 Solo, SMKN 1 Singosari Malang, SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang, dan SMK Warga Solo. Dalam perakitan tersebut, Direktur Pembinaan SMK bekerja sama dengan PT Autocar Industri Komponen di Cikampek, Karawang, Jawa Barat.

Komponen mobil Esemka menggunakan 80 persen produk lokal dan 20 persen sisanya produk impor.

"Sementara ini, murid-murid SMK baru menguasai perakitan tiga jenis mobil tersebut karena yang diajarkan baru itu. Alasan mengapa dinamakan Esemka, karena memang produk buatan anak-anak SMK," katanya bangga.

Tipe SUV Rajawali memiliki body full pressed setebal 1,2 mm. Mesin sudah menggunakan Engine Fuel Injection (EFI) 1.500 cc dengan bahan bakar premium. Sedangkan kapasitas penumpang sekira 8-9 orang. Mobil ini diklaim sebagai kendaraan antibanjir.

Tipe Digdaya double cabin juga memiliki kelebihan yang sama. Namun kapasitas penumpang hanya maksimal lima orang. Lain halnya dengan tipe Bima pikap, paling banyak hanya dapat mengangkut tiga penumpang. Ketiga tipe tersebut, memiliki bodi termasuk lebih tebal dibandingkan produk mobil lainnya yang kebanyakan hanya berkisar 0,8 mm. (siti estuningsih/koran si)(//rfa)

http://kampus.okezone.com/read/2012/01/05/373/551908/rakit-mesin-sejak-10-tahun-lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar