Minggu, 07 April 2013

Persaingan Bisnis Boeing dengan Airbus

Airbus dan Boeing? merupakan perusahaan raksasa yang selalu bersaing untuk memproduksi pesawat terbang sipil. Persaingan kedua raksasa tersebut bisa dikatakan sebagai persaingan antara eropa dan amerika serikat.  Kedua perusahaan ini mulai tahun 1990 merupakan perusahaan yang mendominasi pasar jet airline. Secara produk kedua perusahaan ini selalu bersaing, walaupun tidak secara langsung head to head produk. Persaingan produk mereka biasanya akan berbeda pilihan, seperti Boeing dengan 737-800 mempunyai range seat yang lebih besar daripada A320 dan A320 lebih besar range seat-nya daripada 737-700. A380 lebih besar daripada 747-800, A321 lebih besar daripada 737-900 tetapi lebih kecil daripada pendahulunya 757-200. Keduanya mempunyai variasi produk yang banyak dan setiap produk dari kedua raksasa tersebut tidak secara langsung head to head. Hal tersebut merupakan sebuah peluang bagi maskapai penerbangan untuk membeli sesuai dengan kebutuhan. Namun persaingan secara produk lebih terasa apabila dilihat secara aircraft family seperti A320 family dengan 737 family, A330 dengan 767, A340 dengan 777, A350 dengan 787 & 777, A380 dengan 747.
Boeing Vs Airbus

Persaingan kedua raksasa manufaktur aircraft ini juga kelihatan dalam hal teknologi. Sudah pasti teknologi mewarnai persaingan kedua raksasa pabrik pesawat ini. Mulai dari penggunaan jenis material, sistem pesawat dan interior. Sudah dikenal bahwa Airbus merupakan pelopor pesawat dalam hal fly by wire, sementara boeing masih menggunakan sistem kabel. Boeing mempelopori dalam hal penggunaan material komposit, seperti yang sudah diketahui bahwa pesawat 787 merupakan satu-satunya pesawat yang menggunakan material paling banyak berupa komposit, dimana dengan penggunaan material ini membuat berat pesawat menjadi lebih ringan dan tangguh. Berkaitan dengan interior cabin, keduanya menawarkan inflight entertainment yang sangat menyenangkan dan canggih.
Kompetisi dalam hal order dan delivery dapat dilihat sebagai berikut :


Berdasarkan order dan delivery yang diumumkan oleh kedua raksasa tersebut, terlihat bahwa dekade 90an Boeing masih memimpin pasar namun mulai tahun 2003 Airbus mulai mengambil alih hal tersebut. Airbus mulai melakukan perombakan besar-besaran guna memimpin pasar baik secar teknologi dan organisasi. Sedangkan Boeing dengan pengalaman lebih lama daripada airbus merupakan hal mudah untuk meningkatkan penjualannya. Kedua raksasa tersebut sama juga melakukan perombakan dalam hal supply chain. Kedua perusahaan tersebut melakukan kolaborasi supply chain yang sangat hebat. Mulai dari design, manufaktur, assemblies, dan customer. Baik dari sisi supplier dan customer. Keduanya mempunyai IT yang sangat handal Airbus dengan bantuan IBM dan HP dapat membuat sistem RFID yang sangat handal, sebaliknya Boeing dengan bantuan Dassault Systemes yang solid mampu membuat supplier-supplier melakukan design part secara concurrent dengan bantuan software design seperti Catia V5 for CAD, Delmia V5 for simulation, and Enovia V5 for collaboration. Tidak cukup itu airbus mempunyai portal khusus untuk supplier dan customer untuk memungkin kolaborasi secara live, begitu juga boeing dengan my fleet boeing mempunyai portal yang worldwide yang memungkin supplier dan customer dapat berinteraksi secara langsung tanpa ada batas dan waktu. Mega proyek pesawat 787 merupakan salah satu contoh model supply chain collaboration yang bagus. Boeing memberikan hampir 50% bagian pesawat didesign, dibuat oleh supplier luar. Seperti diketahui Mitsubishi Heavy Industries and Kawasaki Heavy Industries. Sebaliknya Airbus juga berkoordinasi dengan consortium di EROPA. Model outsource sudah menjadi hal wajib dilakukan oleh kedua perusahaan ini, awalnya Airbus hanya berkoordinasi dengan anggota consortiumnya seperti negara Jerman, Spanyol, Perancis dan Inggris, namun semenjak Boeing berani melakukan kerja sama dengan Jepang dan Korea untuk pembuatan pesawat 787, Airbus juga melakukan ekspansi ke China untuk pembuatan pesawat A320.
Berbicara kedua raksasa tersebut tidak komplit apabila tidak melihat produk keduanya, berikut beberapa pesawat dari kedua negara secara head to head family.

http://images.businessweek.com
787 vs A350
737 Family Vs A320 Family

Melihat grafik order dan delivery di atas menunjukan juga bahwa bagi MRO harus siap untuk melakukan perawatan dari  pesawat-pesawat baik dari Aibus maupun Boeing. Indonesia sebagai salah satu pemakai pesawat yang lumayan besar juga harus mempunyai persiapan untuk mengambil bagian dalam perawatan pesawat. Bagi MRO Indonesia, seperti Garuda Maintenance Facility harus tanggap perkembangan kedua raksasa tersebut. Mungkin sudah tidak asing bagi MRO Indonesia untuk melakukan perawatan pesawat Boeing Namun yang perlu diperhatikan bahwa trend maskapai penerbangan di Asia bahkan di Indonesia sekarang sudah mulai bergeser ke Airbus, sehingga mau tidak mau bagi MRO dan Direktorat Kelaikan Udara Indonesia harus mempunyai kemampuan teknikal untuk pesawat-pesawat Airbus. lihat Air Asia Indonesia, Batavia Air dan Mandala Air yang sekarang meremajakan pesawat dengan A320, Walaupun sebaliknya Lion Air meremajkan pesawat dengan 737-900. Garuda Indonesia sebagai operator terbesar di Indonesia menggunakan keduanya baik Boeing dan Airbus, Yaitu 737-900 dan A330 dan isunya akan membeli 777.
Semoga dunia penerbangan dan perawatan pesawat di Indonesia semakin maju.


http://safinnah.wordpress.com/2010/04/12/persaingan-bisnis-boeing-dengan-airbus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar