Rabu, 05 Maret 2014

Marinirnya Indonesia, senjatanya Rusia

Korps Marinir Indonesia mempertunjukkan hampir keseluruhan sesi latihan, mulai dari operasi pendaratan, pelumpuhan sasaran tertentu oleh penembak jitu, tembakan peluncur roket multilaras RM-70 Grad, tank-veteran buatan Russia BTR-50PM, dan yang paling penting adalah puluhan kendaraan tempur infanteri baru tank amfibi BMP-3F, yang baru bergabung dalam persenjataan Marinir Indonesia.

Serah-terima
"Pada hari ini kita melaksanakan acara serah-terima 37 tank amfibi BMP-3F untuk menambah kekuatan TNI. Dengan demikian, lengkaplah 55 unit hasil pengadaan tank BMP-3F,"  jelas Menteri Pertahanan RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro di Karang Tekok.

"Pengadaan tank BMP-3F merupakan bagian dari pembangunan pertahanan untuk mewujudkan kekuatan pokok TNI yang cukup mendalam untuk menjaga dan melindungi wilayah kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia,” tegas beliau.
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro di Karang Tekok bersama Duta Besar Rusia di Indonesia. 

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro di Karang Tekok bersama Duta Besar Rusia di Indonesia. Kredit: Mikhail Tsyganov
Kenapa Rusia?

Lalu kenapa Indonesia membeli sejumlah kendaraan perang dalam partai besar dari Russia? Biarlah pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh pihak Indonesia.
Dari sudut pandang Presiden Direktur PT. Citra Persada Bapak Indra Surya Djani, jawabannya singkat:

Duta Besar Indonesia untuk Rusia Bapak Djauhari Oratmangun juga tidak banyak berkata:

Namun, Marinir Indonesia menjawab hal tersebut secara lebih mendetail:

BMP-3F, apa itu?
Tank amfibi ini buatan Kurganmashzavod, Rusia, masuk dalam kelas amphibious infantry fighting vehicle dengan bobot kosong 18,5 ton dan dimensi 7,14 meter (panjang), 3,2 meter (lebar), dan 2,4 meter (tinggi) dan awak tiga orang (termasuk seorang komandan), mampu membawa tujuh personel bersenjata lengkap plus dua kursi tambahan.

“Jadi, BMP-3F ibarat 'kapal perang' yang memproyeksikan kekuatan militer dari lingkungan laut ke lingkungan darat, lengkap dengan kondisi di atas optimal untuk menggempur kekuatan lawan di darat.

Mesinnya mampu mendorong BMP-3F menuju kecepatan 72 kilometer per jam (jalan pedesaan/aspal biasa), 45 kilometer per jam (jalan bergelombang), dan 10 kilometer per jam di perairan. Berbagai silabus mesin perang dunia memasukkan BMP-3F dalam kelas kendaraan perang infantri berat; ditandai sistem perlindungan persenjataan aktif walau bodi dan kubah meriamnya dari alumunium diperkeras (agar tahan karat). Tidak akan ada pengaruh besar jika dia disembur tembakan kaliber 30 milimeter dari jarak dekat, seumpama dari senapan mesin berat 2A42.

Kendaraan perang Indonesia, rasa Rusia
Akhirnya, kemampuan renangnya yang mencapai tujuh jam nonstop dan mampu menundukkan rawa-rawa yang tidak bisa dijangkau manusia, tidak akan bermakna banyak jika musuh tidak bisa ditumpas. Untuk itulah, meriam 100 milimeter berkecepatan rendah 2A70 menjawab tantangan ini, meluncurkan proyektil 9M117 ATGMs (AT-10 Stabber), yang bisa disimpan dalam rak-raknya sebanyak 40 unit. BMP-3F juga memiliki sepasang senapan mesin berat 30 milimeter 2A72 yang bisa meluncurkan 400 peluru per menit. Jika dia berhadapan dengan musuh, senapan mesin 7,62 milimeternya yang bertugas secara koaksial bisa menyemburkan hingga 2.000 peluru per menit.

"Doktrin pertempuran tank mengajarkan bahwa tank selalu bergerak dalam formasi tempur tertentu sesuai taktik dan strategi, informasi posisi dan kekuatan lawan, serta keadaan geografis saat itu. Dipadukan dengan konsep pendudukan marinir, maka pergerakan tank bisa dibilang menjadi "perintis" dan "pelindung" para personel marinir ini,"  simpul Antara.

Apa lagi sekarang?
Tidak hanya puluhan kendaraan perang Russia yang sampai di Indonesia. "Persenjataan tersebut sangat dapat diandalkan, tetapi supaya marinir Indonesia tidak cemas maka diambil keputusan untuk memberikan garansi selama setahun dalam perjanjian jual beli. Kami bekerja sama dengan para marinir sebagai satu tim, satu keluarga. Oleh sebab itu, semuanya dapat terwujud," kata kepala warranty team, Sergei Safronov kepada RBTH Indonesia.

Menariknya, kontrak besar dengan Indonesia menjadi dorongan bagi ide yang sudah lama ingin direalisasikan dalam pabrik Russia, yaitu pembuatan pusat pelatihan khusus, yang telah dibuka pada bulan Juni 2013.

Pelajar pertama pada pusat pelatihan khusus tersebut adalah para tentara Indonesia, yang telah melewati pelatihan 5 bulan, baik pendidikan teori maupun praktek dalam lingkungan berfasilitas khusus milik pabrik tersebut.

"Telah siap para ahli yang kompeten, dan sekarang semua yang telah kami didik di Kurganmashzavod akan mendistribusikan pengalaman berharga miliknya kepada generasi muda,” rangkum Safronov.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar