Senin, 21 Januari 2013

Kenapa banjir Jakarta luar biasa?


Jakarta memang akrab dengan banjir saban musim penghujan datang. Tak terkecuali kali ini. Setelah dua hari hujan lebat dengan intensitas 98 hingga 100 milimeter, sejak Rabu hingga Kamis kemarin beberapa kelurahan terendam tumpahan air dari sungai dan saluran air (drainase). Ketinggian genangan air bervariasi dari setengah hingga tiga meter.

Sebenarnya apa penyebab banjir Jakarta ini? Guru Besar Konservasi Tanah dan Air di Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ir Naik Sinukaban, berpendapat bila banjir di Jakarta disebabkan penggunaan lahan di kawasan DAS (daerah aliran sungai) Ciliwung. Penggunaan lahan jelas tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah (penggunaan lahan dari hulu hingga hilir sungai).

"Jadi, koefisien muka air hampir di semua DAS yang masuk ke Jakarta itu tinggi. Karena penggunaan lahan untuk pengelolaan DAS sudah sangat buruk," kata dia ketika dihubungi merdeka.com, Jumat (18/01).

Sinukaban menjelaskan, curah hujan di Jakarta sebenarnya tidak terlalu tinggi. Tetapi kenapa banjirnya luar biasa? Dia melanjutkan, itu karena pengelolaan DAS buruk. Akibatnya, sebagian besar air hujan tidak terserap tanah, tetapi mengalir di permukaan tanah, lalu langsung masuk ke sungai.

Apalagi selama ini pemerintah juga kurang bersungguh-sungguh menangani persoalan banjir dan buruknya DAS ini. Pemerintah, khususnya Provinsi DKI Jakarta hanya melakukan pencegahan lewat pendekatan perbaikan (engineering) saluran drainase, normalisasi sungai lokal, membangun saluran air untuk mempercepat aliran air ke laut. Padahal, cara-cara itu merugikan warga karena dampaknya juga buruk.

Seharusnya, dia melanjutkan, pemerintah bisa mengelola banjir dari hulu hingga hilir bersamaan dengan pendekatan pendekatan engineering itu. Selain bisa mengatasi banjir, sekaligus menjadi solusi kekurangan air bersih ketika kemarau tiba."Nah saya pernah menghitung, selama musim hujan, Oktober, November, Desember, Januari, Februari, ada sekitar 1,3 sampai 1,5 miliar meter kubik air yang hilang. Air itu tidak bisa digunakan."

Heri Santoso, Tenaga Ahli Menteri Kehutanan Bidang Pengembangan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai mengatakan, DAS mutlak harus dikelola dengan benar. Sebenarnya, Heri menjelaskan, ada tiga banjir di Jakarta. Pertama banjir kiriman dari daerah hulu (DAS) kemudian mengalir ke muara di Jakarta. Bila saluran-saluran itu tidak mampu menampung air, maka air bakal meluap.

Kedua banjir lokal. Intensitas hujan tinggi sebenarnya tidak hanya di hulu, tetapi di wilayah DKI Jakarta juga. Kalau saluran-saluran air, termasuk 13 sungai, drainase, dan gorong-gorong tidak mampu menampung air, air bakal meluap ke permukiman warga. Di sisi lain, Jakarta juga memiliki banjir rob akibat pasang air laut.

Sekitar 40 persen wilayah daratan Jakarta memiliki ketinggian di bawah permukaan laut. Bila hujan tiba air di daratan sulit mengalir ke laut, sehingga air kembali meluap. "Dan semua dipicu oleh intensitas curah hujan tinggi. Jadi kalau yang terkait dengan daerah hulu DAS," kata dia menegaskan.
[tts]
 
 
http://www.merdeka.com/khas/kenapa-banjir-jakarta-luar-biasa-banjir-3.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar