Senin, 12 Agustus 2013

Brasil Beli Sistem Pertahanan Udara Terbaik Rusia

Igla
Sistem pertahanan udara portabel Igla (Foto:en.valka.cz)
Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Brasil, Jenderal Jose Carlos de Nardi, mengungkapkan bahwa Brasil akan membeli sistem pertahanan udara portabel Igla (Needle) dan sistem pertahanan udara Panzer-C1 dari Rusia. Tidak hanya itu, Brasil juga akan memperoleh transfer teknologi dan hak untuk membangun pabrik perakitannya di negara mereka sendiri. Hal ini sangat memungkinkan, bahwa Federasi Rusia akan ambil bagian dalam skema organisasi baru yang fundamental untuk sistem pertahanan udara Brasil.
Presiden Vladimir Putin mengatakan pada pertemuan komisi untuk kerjasama militer-teknis Rusia, yang diselenggarakan pada bulan Desember 2012, bahwa salah satu acuan penting untuk meningkatkan ekspor senjata Rusia adalah melalui penelitian bersama, pengembangan dan produksi produk militer. Dia juga mengatakan bahwa perhatian khusus akan ditujukan pada kerjasama dengan negara-negara BRIC (Brasil, Rusia, India dan China).
Rusia telah membuat terobosan besar dalam hubungannya dengan Brasil. Pada bulan Desember 2012, setelah Presiden Brazil Dilma Rousseff mengadakan kunjungan ke Rusia, perusahaan Rusia Russian Technologies dan Odebrecht Defesa e Technologia dari Brasil menandatangani dua perjanjian besar. Perjanjian itu tentang pembentukan perusahaan patungan yang akan merakit helikopter multiguna Mi-171 dan layanan armada tempur helikopter Mi-35M (12 helikopter diakuisisi Brasil). Dan pada bulan Januari, rombongan delegasi Brasil berkunjung ke Rusia untuk membicarakan pembelian sistem pertahanan udara Rusia.
Jenderal Jose Carlos de Nardi, memimpin delegasi tersebut. Ia didampingi oleh para ahli dari Odebrecht Defesa (memproduksi rudal Mectron), Embraer Defesa (memproduksi radar Orbisat) dan Avibrás (memproduksi rudal Astros dan sistem anti-pesawat).
Jenderal Jose Carlos menyatakan bahwa para pihak yang bekerja untuk kontrak akan membeli dua baterai portabel sistem rudal anti-pesawat Igla dan tiga baterai dari sistem pertahanan udara Panzer-C1. Dalam kontrak disyaratkan transfer teknologi sehingga perangkat keras dapat dirakit sendiri oleh Brasil. Kontrak bernilai lebih dari satu miliar dolar AS. Menurut surat kabar Folha de São Paulo, kontrak akan ditandatangani saat kunjungan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev ke Brasil pada akhir Februari nanti. Surat kabar Brasil menulis bahwa udara dan sistem pertahanan rudal adalah jalur terlemah dalam pertahanan negara Brasil. Surat kabar itu juga menyebutkan sistem pertahanan rudal dan sistem anti-pesawat Rusia adalah "senjata paling modern dan efisien di dunia."
"Kesepakatan pada transfer teknologi untuk langkah perakitan selanjutnya merupakan kesepakatan yang saling menguntungkan. Segera setelah Brazil mendapatkan kesempatan untuk memproduksi sistem Panzer berlisensi, Brasil tidak akan lagi perlu untuk mengumumkan tender internasional guna membeli sistem pertahanan udara. Perangkat keras yang akan dirakit di wilayah Brasil akan menjadi milik Brasil," kata seorang sumber di koran Kommersant. "Situasi di pasar senjata sekarang berbeda dengan masa lalu, banyak negara yang hanya bersedia membeli jika ada transfer teknologi atau usaha patungan. Kita tidak bisa menutup mata terhadap hal ini," tambah sumber tersebut.
Perlu dicatat bahwa kerjasama Rusia dengan Brasil memiliki masa depan, karena ini juga tentang penciptaan struktur organisasi fundamental baru udara Brasil dan pertahanan ruang dengan partisipasi Rusia. Biro desain Rusia Almaz-Antey telah menyiapkan presentasi untuk Brasil. Menurut proyek, Brasil harus dibagi menjadi 5 kelompok sistem pertahanan udara eselon dengan hanya menggunakan senjata Rusia. Itu tentang penciptaan sistem tiga eselon tinggi, menengah dan rudal jarak pendek, yang diwakili oleh kompleks rudal S-300 dan modifikasi Buk dan sistem Tor.
Pertanyaannya adalah apakah Brasil memiliki uang untuk itu, wartawan surat kabar Folha bertanya-tanya. Sebelum kunjungannya ke Moskow, Dilma Rousseff mengunjungi Paris, di mana dia mengumumkan membatalkan tender 5 miliar dolar untuk pembelian 36 pesawat tempur Dassault Rafale. Bagi Rusia, itu lebih dari sebuah keputusan yang menguntungkan, mengingat bahwa perusahaan-perusahaan Rusia tidak berpartisipasi dalam tender. Sekarang, mengingat fakta bahwa Rusia telah memutuskan untuk mentransfer teknologi kepada Brasil, ini akan membuka peluang baru bagi Su-35 Super Flanker untuk ditenderkan, itupun jika Brasil memang tetap berminat menambah jet tempurnya.
Adapun mengenai harga sistem pertahanan udara baru yang akan dibeli Brasil ini, jelas bukan barang yang murah mengingat keunggulan tak terbantahkan dari sistem pertahanan rudal dan anti-pesawat Rusia. Seperti ucapan co-pendiri Air Power Australia, Dr. Carlo Kopp mengatakan bahwa pesawat tempur AS F-15, F-16 dan F/A-18, serta F-35 Joint Strike Fighter yang dinilai "menjanjikan", tidak akan memiliki kesempatan untuk bertahan hidup dalam perjuangannya menghadapi sistem pertahanan udara Rusia.
"Sulit untuk mengatakan bagaimana unsur sistem pertahanan udara Rusia memberi mereka keunggulan yang besar, karena kebanyakan dari mereka bekerja di kompleks rudal jarak jauh 48N6E2/E3 dan 40N6, serta radar baru dengan phased array high RF Power. Sangat berbahaya, "kata Kopp dalam sebuah wawancara dengan Lenta.ru.
"Sistem anti-pesawat self-propelled baru, seperti Triumph, Antey-2500, sistem radar untuk melindungi dari rudal anti-radar dan bom pandu (guided), sistem roket dan rudal Including-gun Tor-M2e dan Panzer-C1 juga menjadi penghalang serius bagi musuh untuk menekan melalui udara," kata Kopp. Bukan sesuatu yang kebetulan jika banyak negara (China, Iran, India, Suriah, Irak) ingin membeli sistem pertahanan udara Rusia.
Brazil dan Rusia melakukan kerjasama militer dan teknis berdasarkan perjanjian antar pemerintah sejak tahun 2008. Menurut Russian Technologies, selama 2008-2012, pengiriman senjata Rusia ke Brazil telah mencapai 306,7 juta dolar AS. (FS)
 http://www.artileri.org/2013/02/brasil-beli-sistem-pertahanan-udara-rusia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar