Selasa, 10 September 2013

Kenapa Turki Tiba-Tiba Berubah Sikap terhadap Suriah?

Kenapa Turki Tiba-Tiba Berubah Sikap terhadap Suriah?

Meski tampaknya Turki telah mengurangi sikap ekstrimnya pada Suriah, sepertinya kenyataannya masih jauh dari itu. Turki hanya mundur taktis sambil menunggu kesempatan yang kondusif untuk menggolkan tujuannya.

Turki memang telah mengubah sedikit retorikanya terhadap Suriah. Buktinya,  Turki mengatakan bahwa krisis Suriah dapat diselesaikan lewat dialog.

Selain itu, rencana usulan Recep Tayyip Erdogan, yang melibatkan Iran dan Rusia dalam negosiasi merupakan indikasi perubahan sikap Turki. Sebelumnya, para pejabat Turki mengkritik peran Iran dan Rusia dalam krisis Suriah bahkan mengeluarkan kedua negara itu dalam proses pembicaraan tentang krisis Suriah.

Beberapa analis internasional dan pengamat menilai perubahan sikap Turki memiliki alasan yang berbeda, termasuk alasan yang disebut media Turki berupa alasan keamanan, ekonomi dan politik. Sebagai contoh, media Turki mengungkapkan bahwa Bank Sentral Turki telah memprediksikan sebuah gejala resesi ekonomi.

Secara politik, Partai Keadilan dan Pembangunan juga semakin deras menuai kritik dari pihak oposisi.

Sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa 51% warga Turki percaya bahwa Turki harus tetap bersikap netral dan tidak boleh mendukung partai apapun di Suriah. Jadi, para analis melihat posisi rumit Turki di Suriah dan mengatakan bahwa pemerintah Erdogan belum cukup kuat untuk benar-benar bergabung dengan sekutu-sekutunya dalam melakukan pendekatan dan memperdalam pengaruh di Suriah.
 
Dengan demikian, Turki terpaksa mengadopsi pendekatan zero-sum yang mengedepankan nlai kebersamaan dalam urusan dengan negara tetangga.

Mungkin, perubahan sikap itu akan membantu Turki, tapi tidak dalam semua masalah. Karena Inggris, Perancis, dan Turki bersama dengan pemerintah Arab reaksioner di wilayah tersebut telah memulai sebuah propaganda yang luas di media tentang HAM, keamanan dan isu-isu  jaringan virtual.

Mereka telah melakukan investasi bersama untuk menaklukkan Daraa (kota di Suriah  yang diharapkan mempengaruhi semua warga Suriah dan menciptakan disintegrasi Suriah. Tapi rencana itu gagal di perbatasan Yordania-Suriah. Lalu mereka segera menerapkan rencana alternatif di Baniyas di perbatasan Lebanon yang juga gagal seperti konspirasi di Daraa.

Sebuah fase ketiga dari rencana itu dilaksanakan di Jisr al-Shughour (sebuah daerah di Idlib, Suriah). Menurut rencana Israel, AS, dan Turki, Kurdi, Turki, dan pasukan Salafis berafiliasi dengan Ikhwan (Ikhwanul Muslimin) akan menjalankan fase ketiga itu. Mereka berharap gerombolan pengungsi akan bergerak dari utara Suriah ke Turki. Tapi harapan mereka itu juga digagalkan oleh Angkatan Darat Suriah. Upaya mereka membentuk zona penyangga di utara Suriah dan menjadikannya sebagai sorotan internasional juga  telah gagal.

Dengan gagalnya rencana mendestabilisasi Jisr al-Shughour dan kerusuhan  yang hanya berlangsung singkat di Noman utara dan timur di perbatasan Irak, maka kapasitas yang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah kerusuhan tidak tercapai. Tampaknya sifat liar para pemberontak dan teroris bersenjata di Suriah lah yang telah menciptakan kegagalan itu dan membuat Barat ragu untuk terus mendukung para tentara bayaran Turki di Suriah.

Di sisi lain, Turki prihatin dengan kehadiran Al-Qaida di perbatasan selatan mereka yang bisa menjadi pedang bermata dua bagi Turki. Sebelumnya, Al-Qaida dianggap Barat dan Turki dapat dikendalikan dan digunakan untuk tujuan mereka. Tapi sekarang, mereka sadar bahwa Al-Qaida jauh berada di luar kendali dan malah menciptakan masalah bagi Turki dan Barat, yang terlihat dalam ancaman Al-Qaeda pada Turki.

Alhasil, semua peristiwa ini membuat sikap keras Turki pada Suriah semakin melunak. Di sisi lain, karena Ankara tidak  memiliki kebijakan independen dan hanya berjalan sesuai kebijakan yang didikte oleh kekuatan asing, Turki tampaknya terpaksa mengubah posisinya di Suriah sesuai dengan pergeseran kebijakan luar negeri AS. Ini akan menjadi sebuah pergeseran taktis yang singkat dan tak bisa dilihat dalam jangka panjang.

Melihat lebih lanjut tentang masalah, waktu, dan tentu saja, hasil kunjungan John Kerry di kawasan akan membuat kita memperoleh alasan lebih banyak dalam waktu dekat ini. [IT/FN/NAT]


http://www.islamtimes.org/vdcjoie8vuqexaz.bnfu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar