Kamis, 27 Oktober 2011

Bram Djermani: Beri Sentuhan Indonesia di Boeing 787 Dreamliner

Pesawat Boeing 787 Dreamliner memang buatan Amerika Serikat tetapi ada sentuhan Indonesia di dapur pembuatan pesawat itu. Ada seorang insinyur Indonesia yang terlibat dalam pembuatan pesawat itu, salah satunya adalah Bram Djermani.

Jakarta, BNP2TKI, Kamis (6/10) - Pesawat Boeing 787 Dreamliner memang buatan Amerika Serikat tetapi ada sentuhan Indonesia di dapur pembuatan pesawat itu. Ada seorang insinyur Indonesia yang terlibat dalam pembuatan pesawat itu, salah satunya adalah Bram Djermani.

"Di Boeing ada sekitar 32 orang lebih orang Indonesia. Yang di 787 Dreamliner itu ada sekitar 4 orang dari Indonesia," ujar Bram Djermani.

Bram bergabung dengan tim bagian produksi sedangkan 3 insinyur Indonesia lainnya bergabung dengan tim planning engineer, liaison engineer dan stress engineer. Mereka bersama hampir 500 orang lainnya dipercaya Boeing untuk terlibat dalam pembuatan hingga pengiriman pesawat.

Ayah 3 anak ini bergabung dengan Boeing sejak 2008 lalu, sehingga dia telah membidani lahirnya Dreamliner yang pertama hingga yang terbaru. Baginya apa yang telah dilakukannya menjadi kebanggan tersendiri. Maklum, dia telah bergabung dengan perusahaan pesawat kelas dunia bersama orang-orang dari berbagai negara. Apalagi pesawat yang ditanganinya merupakan salah satu pesawat tercanggih dengan teknologi modern.

"Seharusnya Indonesia juga bisa begitu, bisa memproduksi dan menngirim pesawat buatan sendiri ke pelanggan. Untuk suatu negara yang besar, seharusnya Indonesia bisa independen dengan memenuhi transportasi negeri sendiri," sambung Bram.

Bram lahir di Jerman 12 November 1970. Ayahnya adalah salah satu dari 16 insinyur PT DI yang dulunya masih bernama Nurtanio. Karena kedekatannya dengan pesawat membuat dia ingin berkecimpung di dunia pembuatan burung besi.

SD hingga SMA dijalani Bram di Jakarta. Mengingat dia berasal dari jurusan IPS saat SMA, ketika kuliah dia mengambil Ekonomi di Universitas Trisakti. Namun dia tidak bisa mengesampingkan keinginannya yang kuat untuk menjadi 'koki' di 'dapur' pesawat sehingga memutuskan meninggalkan Trisakti dan mengambil jurusan Industri di AS.

"Saya lalu kuliah di University of Toledo. Kalau di Indonesia, kan, umumnya kalau dari sosial larinya ke sosial. Di luar negeri, saya yang latar belakangnya sosial belajar di ekstakta tidak kesulitan karena benar-benar mempelajari dasarnya. Ada teori lalu aplikasi," papar Bram.

Sebelum bergabung dengan Boeing di tahun 2008, selama 8 tahun Bram menimba ilmu di General Motor dan Crafter. Namun dia tidak akan selamanya berkecimpung di 'dapur' pesawat. Karena itu dia bermimpi untuk membangun perusahaan sendiri. Perusahaan yang mampu menarik banyak karyawan sehingga menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang.(Hpp/b)


http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/5507-bram-djermani-beri-sentuhan-indonesia-di-boeing-787-dreamliner.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar