Bila Angkatan Laut punya TONTAIFIB [ Peleton Intai Amfibi ] , maka Angkatan Darat punya TONTAIPUR [ Peleton Intai Tempur ]. Banyak yang tidak pernah mendengar tentang kiprah pasukan ini, atau menganggap bahwa pasukan ini merupakan elemen dari KOPASSUS . Berikut sedikit artikel pencerahan tentang unit elit dalam TNI AD ini. Tulisan disari dari bermacam sumber
Sejarah
Pendaratan Pantai Tontaipur 1Peleton Intai Tempur (Tontaipur) merupakan satuan elite Kostrad terbaru, diresmikan pada tanggal 4 Agustus 2001. Setelah latihan secara intensif selama lima bulan, 97 pasukan yang diseleksi dari Brigade Infantri 9 dan Brigade Infantri 13 Kostrad menjadi prajurit-prajurit pertama satuan elite ini.
Sesuai kualifikasinya, Tontaipur akan diterjunkan untuk misi pengintaian jarak jauh ke wilayah musuh dan melakukan penghancuran terhadap sasaran-sasaran penting. Diantara perlengkapan yang dibawa, mereka akan dibekali senapan serbu khusus berikut teropong bidik malam (NVG, night vision goggle). Tiap personel Tontaipur ini memiliki kemampuan operasi sekaligus di tiga matra, yakni di darat, laut, dan udara.
Uji coba pertama bagi Tontaipur adalah operasi penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Gagasan awal Tontaipur
Gagasan awal pelatihan Tontaipur ini lebih banyak ditimba dari pengalaman di lapangan dan berbagai penugasan tempur. Di situ banyak ditemukan kenyataan bahwa satuan kecil lebih efektif dalam melaksanakan manuver di lapangan. Dengan pengalaman ini maka timbulah sebuah gagasan dari Pangkostrad waktu itu, tahun 2001, Letnan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk membentuk satu pasukan kecil yang dilatih khusus dengan ketrampilan-ketrampilan tempur serta persenjataan dan perlengkapan khusus guna melaksanakan operasi tempur dengan hasil yang optimal.
Latihan Tontaipur 1Gagasan ini kemudian diwujudkan kedalam program pembentukan Taipur, yang diawali dengan penyusunan konsep latihan dan alat perlengkapan yang digunakan, hingga pelaksanaannya yang dilakukan secara tahap demi tahap. Dalam latihan pembentukan Taipur juga digagas tentang materi pelatihannya, yang antara lain menyangkut berbagai taktik tempur diajarkan, selain kemampuan satuan kecil, maupun kemampuan perorangan. Materi-maateri ini harus dilatihkan untuk mengasah dan membentuk sosok prajurit yang mempunyai keterampilan, taktik, teknik, dedikasi, kesemaptaan jasmani serta mentalitas handal, yang memang merupakan syarat mutlak bagi seorang prajurit Taipur.
Gagasan ini tentu juga disandingkan dengan kondisi faktual, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. Karenanya sebagai satuan yang senantiasa siap digerakkan ke segala penjuru tanah air, Tontaipur harus memiliki kemampuan baik di darat, laut, maupun di udara untuk melaksanakan infiltrasi ke sasaran sebelum melaksanakan pertempuran yang menentukan.
Dan untuk melaksanakan infiltrasi dengan baik, maka Tontaipur harus dilatih oleh para pelatih khusus yang ahli di bidangnya serta berpengalaman di medan operasi sesungguhnya. Untuk materi aspek udara, Tontaipur dilatih oleh pelatih ahli dari jajaran Kostrad dan Kopassus. Sedangkan untuk materi kelautan, Tontaipur dilatih secara khusus oleh Pasukan Katak, dari Satuan Pasukan Katak TNI AL di Armada Barat. Tontaipur
Tak bisa dipungkiri, sesungguhnya berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa satuan yang paling banyak bermanuver pada saat penugasan operasi adalah tingkat peleton. Itulah sebabnya sehingga merekalah yang harus dibeklali berbagai kemampuan tempur. Kostrad, sebagai Bala Kekuatan Terpusat, yang setiap saat siap bergerak untuk diterjunkan kapanpun dan di manapun, mau tidak mau harus membina para prajuritnya agar memiliki kemampuan seperti itu. Tak heran ketika Letjen TNI Ryamizard menjabat sebagai Pangkostrad, gagasan itu segera bisa direalisasikan. Intinya, satuan di jajaran Kostrad harus mendidik prajuritnya memiliki kualifikasi Peleton Intai Tempur (Tontaipur), yang memang berada di brigade-brigade jajaran Kostrad.
Perlu dipahami, bahwa setiap brigade infanteri di Kostrad memiliki peleton pengamanan, yang menjadi satuan pertama melakukan manuver ke depan. Peleton Pengamanan inilah yang kemudian dilatih menjadi Ton Pam yang handal dengan pelatihan Tontaipur itu. Brigif Kostrad sengaja melatih mereka secara khusus untuk dapat menyediakan satuan intelijen tempur yang sangat handal. Mereka memang harus dilatih secara intensif sehingga memiliki kualitas yang benar-benar dapat diandalkan.
Pelatihan
Latihan pembentukan tontaipur Kostrad melalui beberapa tahap yaitu:
* Tahap I berupa latihan tempur di medan latihan Kostrad yang terletak di Gunung Sangga Buana Komplek.
* Tahap II ialah latihan intelijen/Sandha di Pusdik Passus, Batujajar. Kostrad menitikberatkan latihan ini pada intelijen tempur.
* Tahap III terdiri dari latihan teknik tempur bawah air di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat, di Pondok Dayung dan Pulau Damar, teluk Jakarta.
* Tahap IV merupakan latihan aplikasi latihan berganda di Situ Lembang.
Sampai saat ini pelatihan Tontaipur telah meluluskan 4 gelombang pelatihan yang diikuti oleh perwira, bintara dan tamtama sebanyak kurang lebih 300 personel.
Sangking kerasnya pendidikan sampai ada beberapa siswa yang gugur dalam latihan. Pasukan elit ini memang di proyeksikan sebagai unit recon , gerilya dan anti gerilya, walau bisa juga dilibatkan dalam anti teror jika dalam kondisi terdesak. Tidak heran mengingat suhu mereka adalah KOPASSUS dan KOPASKA yang memang dedengkotnya perang tidak konvensional.
http://forumbebas.com/printthread.php?tid=55180
Sejarah
Pendaratan Pantai Tontaipur 1Peleton Intai Tempur (Tontaipur) merupakan satuan elite Kostrad terbaru, diresmikan pada tanggal 4 Agustus 2001. Setelah latihan secara intensif selama lima bulan, 97 pasukan yang diseleksi dari Brigade Infantri 9 dan Brigade Infantri 13 Kostrad menjadi prajurit-prajurit pertama satuan elite ini.
Sesuai kualifikasinya, Tontaipur akan diterjunkan untuk misi pengintaian jarak jauh ke wilayah musuh dan melakukan penghancuran terhadap sasaran-sasaran penting. Diantara perlengkapan yang dibawa, mereka akan dibekali senapan serbu khusus berikut teropong bidik malam (NVG, night vision goggle). Tiap personel Tontaipur ini memiliki kemampuan operasi sekaligus di tiga matra, yakni di darat, laut, dan udara.
Uji coba pertama bagi Tontaipur adalah operasi penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Gagasan awal Tontaipur
Gagasan awal pelatihan Tontaipur ini lebih banyak ditimba dari pengalaman di lapangan dan berbagai penugasan tempur. Di situ banyak ditemukan kenyataan bahwa satuan kecil lebih efektif dalam melaksanakan manuver di lapangan. Dengan pengalaman ini maka timbulah sebuah gagasan dari Pangkostrad waktu itu, tahun 2001, Letnan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk membentuk satu pasukan kecil yang dilatih khusus dengan ketrampilan-ketrampilan tempur serta persenjataan dan perlengkapan khusus guna melaksanakan operasi tempur dengan hasil yang optimal.
Latihan Tontaipur 1Gagasan ini kemudian diwujudkan kedalam program pembentukan Taipur, yang diawali dengan penyusunan konsep latihan dan alat perlengkapan yang digunakan, hingga pelaksanaannya yang dilakukan secara tahap demi tahap. Dalam latihan pembentukan Taipur juga digagas tentang materi pelatihannya, yang antara lain menyangkut berbagai taktik tempur diajarkan, selain kemampuan satuan kecil, maupun kemampuan perorangan. Materi-maateri ini harus dilatihkan untuk mengasah dan membentuk sosok prajurit yang mempunyai keterampilan, taktik, teknik, dedikasi, kesemaptaan jasmani serta mentalitas handal, yang memang merupakan syarat mutlak bagi seorang prajurit Taipur.
Gagasan ini tentu juga disandingkan dengan kondisi faktual, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. Karenanya sebagai satuan yang senantiasa siap digerakkan ke segala penjuru tanah air, Tontaipur harus memiliki kemampuan baik di darat, laut, maupun di udara untuk melaksanakan infiltrasi ke sasaran sebelum melaksanakan pertempuran yang menentukan.
Dan untuk melaksanakan infiltrasi dengan baik, maka Tontaipur harus dilatih oleh para pelatih khusus yang ahli di bidangnya serta berpengalaman di medan operasi sesungguhnya. Untuk materi aspek udara, Tontaipur dilatih oleh pelatih ahli dari jajaran Kostrad dan Kopassus. Sedangkan untuk materi kelautan, Tontaipur dilatih secara khusus oleh Pasukan Katak, dari Satuan Pasukan Katak TNI AL di Armada Barat. Tontaipur
Tak bisa dipungkiri, sesungguhnya berbagai pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa satuan yang paling banyak bermanuver pada saat penugasan operasi adalah tingkat peleton. Itulah sebabnya sehingga merekalah yang harus dibeklali berbagai kemampuan tempur. Kostrad, sebagai Bala Kekuatan Terpusat, yang setiap saat siap bergerak untuk diterjunkan kapanpun dan di manapun, mau tidak mau harus membina para prajuritnya agar memiliki kemampuan seperti itu. Tak heran ketika Letjen TNI Ryamizard menjabat sebagai Pangkostrad, gagasan itu segera bisa direalisasikan. Intinya, satuan di jajaran Kostrad harus mendidik prajuritnya memiliki kualifikasi Peleton Intai Tempur (Tontaipur), yang memang berada di brigade-brigade jajaran Kostrad.
Perlu dipahami, bahwa setiap brigade infanteri di Kostrad memiliki peleton pengamanan, yang menjadi satuan pertama melakukan manuver ke depan. Peleton Pengamanan inilah yang kemudian dilatih menjadi Ton Pam yang handal dengan pelatihan Tontaipur itu. Brigif Kostrad sengaja melatih mereka secara khusus untuk dapat menyediakan satuan intelijen tempur yang sangat handal. Mereka memang harus dilatih secara intensif sehingga memiliki kualitas yang benar-benar dapat diandalkan.
Pelatihan
Latihan pembentukan tontaipur Kostrad melalui beberapa tahap yaitu:
* Tahap I berupa latihan tempur di medan latihan Kostrad yang terletak di Gunung Sangga Buana Komplek.
* Tahap II ialah latihan intelijen/Sandha di Pusdik Passus, Batujajar. Kostrad menitikberatkan latihan ini pada intelijen tempur.
* Tahap III terdiri dari latihan teknik tempur bawah air di Satuan Pasukan Katak Armada RI Kawasan Barat, di Pondok Dayung dan Pulau Damar, teluk Jakarta.
* Tahap IV merupakan latihan aplikasi latihan berganda di Situ Lembang.
Sampai saat ini pelatihan Tontaipur telah meluluskan 4 gelombang pelatihan yang diikuti oleh perwira, bintara dan tamtama sebanyak kurang lebih 300 personel.
Sangking kerasnya pendidikan sampai ada beberapa siswa yang gugur dalam latihan. Pasukan elit ini memang di proyeksikan sebagai unit recon , gerilya dan anti gerilya, walau bisa juga dilibatkan dalam anti teror jika dalam kondisi terdesak. Tidak heran mengingat suhu mereka adalah KOPASSUS dan KOPASKA yang memang dedengkotnya perang tidak konvensional.
http://forumbebas.com/printthread.php?tid=55180