Selama ini kita mengenal sumur Zamzam dari buku-buku agama. Namun sebenarnya ada sisi ilmiah saintifiknya juga looh. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang air adalah hydrogeologi.
- “Lah, ya sudah semestinya PakDhe membahas dari sisi ilmiahnya, dhe. Kalau khasiatnya nanti aku tanya Wak Haji sebelah aja ya, Dhe. Eh, Pakdhe mau umrah lagi kapan, Dhe ?”
+ “Emang mau apa ?”
- “Ya oleh-oleh air Zamzam to, Pak dhe ? looh emange nopo saya boleh ngikut nderek ?”
- “Lah, ya sudah semestinya PakDhe membahas dari sisi ilmiahnya, dhe. Kalau khasiatnya nanti aku tanya Wak Haji sebelah aja ya, Dhe. Eh, Pakdhe mau umrah lagi kapan, Dhe ?”
+ “Emang mau apa ?”
- “Ya oleh-oleh air Zamzam to, Pak dhe ? looh emange nopo saya boleh ngikut nderek ?”
Khasiat air Zam-zam tentunya bukan disini yang mesti menjelaskan, tapi kalau dongengan geologi sumur Zam-zam mungkin bisa dijelaskan disini. Sedikit cerita Pra-Islam, atau sebelum kelahiran Nabi Muhammad, diawali dengan kisah Isteri dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar, yang mencari air untuk anaknya yang cerita selanjutnya bisa ditanyakan ke Wak Haji disebelah ya. Sumur ini kemudian tidak banyak atau bahkan tidak ada ceritanya, sehingga sumur ini dikabarkan hilang.
Sumur Zam-zam yang sekarang ini kita lihat adalah sumur yang digali oleh Abdul Muthalib kakeknya Nabi Muhammad. Sehingga saat ini, dari “ilmu persumuran” maka sumur Zam-zam termasuk kategori sumur gali (Dug Water Well).
Dimensi dan Profil Sumur Zam-zam
Bentuk sumur Zam-zam dapat dilihat
dibawah ini.
Sumur ini memiliki kedalaman sekitar
30.5 meter. Hingga kedalaman 13.5 meter teratas menembus lapisan alluvium Wadi
Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang sangat berpori. Lapisan ini
berisi batupasir hasil transportasi dari lain tempat. Mungkin saja dahulu ada
lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula
merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan
yang lebih tinggi topografinya.
Dibawah lapisan alluvial
Wadi Ibrahim ini terdapat setengah meter (0.5 m) lapisan yang sangat lulus air
(permeable). Lapisan yang sangat lulus air inilah yang merupakan tempat
utama keluarnya air-air di sumur Zam-zam
Kedalaman 17 meter kebawah
selanjutnya, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku
Diorit. Batuan beku jenis ini (Diorit) memang agak jarang dijumpai di Indonesia
atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas
batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. Dulu ada
yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Tetapi tidak ada (barangkali saja
saya belum menemukan) laporan geologi yang menunjukkan hal itu.
Dari uji pemompaan sumur ini mampu
mengalirkan air sebesar 11 - 18.5 liter/detik, hingga permenit dapat mencapai
660 liter/menit atau 40 000 liter per jam. Celah-celah atau rekahan ini salah
satu yang mengeluarkan air cukup banyak. Ada celah (rekahan) yang memanjang
kearah hajar Aswad dengan panjang 75 cm denga ketinggian 30 cm, juga beberapa
celah kecil kearah Shaffa dan Marwa.
Keterangan geometris lainnya, celah
sumur dibawah tempat Thawaf 1.56 m, kedalaman total dari bibir sumur 30 m,
kedalaman air dari bibir sumur = 4 m, kedalaman mata air 13 m, Dari mata air
sampai dasar sumur 17 m, dan diameter sumur berkisar antara 1.46 hingga 2.66
meter.
Air hujan sebagai sumber berkah
Kota Makkah terletak di lembah,
menurut SGS (Saudi Geological Survey) luas cekungan
yang mensuplai sebagai daerah tangkapan ini seluas 60 Km2 saja, tentunya tidak
terlampau luas sebagai sebuah cekungan penadah hujan. Sumber air Sumur Zam-zam
terutama dari air hujan yang turun di daerah sekitar Makkah.
Sumur ini secara hydrologi hanyalah
sumur biasa sehingga sangat memerlukan perawatan. Perawatan sumur ini termasuk
menjaga kualitas higienis air dan lingkungan sumur serta menjaga pasokan air
supaya mampu memenuhi kebutuhan para jamaah haji di Makkah. Pembukaan lahan
untuk pemukiman di seputar Makkah sangat ditata rapi untuk menghindari
berkurangnya kapasitas sumur ini.
Gambar disebelah ini
memperlihatkan lokasi sumur Zamzam yang terletak ditengah lembah yang
memanjang. Masjidil haram berada di bagian tengah diantara
perbukitan-perbukitan disekitarnya. Luas area tangkapan yang hanya 60 Km
persegi ini tentunya cukup kecil untuk menangkap air hujan yang sangat langka
terjadi di Makkah, sehingga memerlukan pengawasan dan pemeliharaan yang sangat
khusus.
Nah tulisan kedua nanti akan
dodongengkan tentang monitoring dan pengawasan serta pemeliharaan kualitas air
termasuk menjaga apa saja isi kandungan air Zamzam.
“Pakdhe, jangan
lama-lama nulis yang keduanya ya ?”
“Mengapa hampir
semua agama memiliki air suci ya ?”
http://rovicky.wordpress.com/2007/06/26/rahasia-sumur-zamzam-1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar