MA-60
Meskipun Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti S Gumay dan Direktur Utama Merpati, Sardjono Johnny Tjitrokusumo menyatakan pesawat Merpati Nusantara Airlines MA 60 bernomor seri 2807 yang jatuh di Perairan Kaimana, Papua Barat pada Sabtu (7/5), laik mengudara. Mereka turut dibela oleh Menhub Freddy Numberi yang mengatakan keputusan pembelian pesawat MA-60 buatan China dilakukan setelah melakukan perbandingan persyaratan dengan produk sekelas, Foker buatan AS-Belanda dan CN 235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
Itu dia! CN 235. Indonesia PUNYA pesawat sendiri koq membeli ke negara lain?
Padahal Merpati pernah menggunakan 15 unit CN-235 masa pertengahan 1980-an. Semua tahu pembelian pesawat terbang buatan Cina ini pernah ditentang Wakil Presiden Jusuf Kalla pada waktu itu karena MA-60 belum memiliki sertifikat kelaikan terbang yang diterbitkan oleh otoritas penerbangan FAA. Bandingkan dengan CN 235 yang memiliki sertifikasi eropa dan diakui FAA.
Mau tahu salah satu aturan FAA. Pabrikan harus memberi jaminan kualitas bahwa tiap produknya harus mampu “take-off”, terbang dan “landing” sebanyak 100.000 kali tanpa ada gerakan yang akumulasinya bisa membuat sebuah pesawat berubah konstruksinya dan membahayakan keselamatan.
CN-235
Sebagai gambaran pesawat buatan Rusia yang diadopsi MA-60 memiliki angka kecelakaan 7 kali, dalam sejuta penerbangan yang dilakukan. Sementara pesawat buatan barat, termasuk CN 235, memiliki angka kecelakaan 0,7 banding sejuta penerbangan. Ini berarti sepersepuluhnya.
Lihat pula yang dilakukan Boeing dalam peristiwa kecelakaan Adam Air di Majene 2008 silam. Boeing langsung memerintahkan pesawat sejenis diseluruh dunia dihentikan pengoperasiannya hingga ditemukannya penyebab. Tidak demikian halnya dengan MA 60, belasan Merpati MA-60 lainnya masih terus beroperasi.
Slogan CINTAILAH PRODUKSI DALAM NEGERI ternyata omong kosong belaka. Tambah konyol ketika kita tidak pernah percaya terhadap kemampuan negara sendiri bahkan untuk memberi peluangpun tidak. Cek negara tetangga Malaysia yang mewajibkan Pejabat Negara menggunakan mobil buatan dalam negeri mereka.
Padahal tak kurang dari 21 negara yang telah menggunakan CN 235 versi militer. CATAT! Negara lain mempercayai CN 235 untuk menjaga kedaulatan negara mereka. Mereka berikut ini :
Afrika Selatan: Angkatan Udara Afrika Selatan (1)
Amerika Serikat: Penjaga Pantai Amerika Serikat (8 HC-144)
Arab Emirat: Angkatan Laut Persatuan Emirat Arab
Arab Saudi: Angkatan Udara Arab Saudi
Botswana: Angkatan Udara Botswana
Brunei: Angkatan Udara Brunei (1)
Chile: Angkatan Darat Chile (4 CN-235-100)
Ekuador: Angkatan Udara Ekuador
Gabon: Angkatan Udara Gabon
Irlandia: Korp Udara Irlandia (2 CN235MP)
Kolumbia: Angkatan Udara Kolumbia
Korea Selatan: Angkatan Udara Korea Selatan (20)
Malaysia: Angkatan Udara Malaysia (8 CN235-220)
Maroko: Angkatan Udara Maroko (7)
Pakistan: Angkatan Udara Pakistan (4 CN235-220)
Panama: Angkatan Udara Panama
Papua New Guinea: Angkatan Udara Papua New Guinea
Perancis: Angkatan Udara Perancis (19 CN235-100, 18 ditingkatkan menjadi CN235-200).
Spanyol: Angkatan Udara Spanyol (20)
Turki: Angkatan Udara Turki (50 CN235-100M); Angkatan Laut Turki (6 CN-235 SW /ASuW MPA); Penjaga Pantai Turki (3 CN-235 MPA)
Yordania: Angkatan Udara Yordania (2)
Australia, Singapura dan Malaysia pun sudah lama tahu kehebatan para insinyur Indonesia. Buktinya? Mereka sekarang sedang mencermati pengembangan lebih jauh dari CN 235 MPA (Maritime Patrol Aircraft) atau versi Militer.
Lalu mengapa kita tidak percaya dan Merpati Indonesia malah membeli 15 unit pesawat Xi’an MA -60 tahun 2005 BUATAN CINA dengan harga Us$234 juta untuk mengganti armada pesawat jenis Fokker dan CN-235 BUATAN INDONESIA yang sudah menua.
Tidak melulu buatan Cina tidak baik. Tapi coba pertanyakan alasan kita membeli Sepeda Motor Cina, Handphone Cina, TV Cina dan sekarang Pesawat buatan Cina kalau tidak karena harganya yang murah!
SUNGGUH KONYOL!
http://dreamindonesia.wordpress.com/2011/05/20/alangkah-konyolnya-negeri-ini-mampu-bikin-pesawat-sendiri-namun-membeli-ke-negara-lain/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar